PORTALNUSA.com | SABANG – Hari ini, 27 tahun lalu, tepatnya 19 Januari 1996, tragedi pelayaran paling memilukan terjadi di jalur penyeberangan Malahayati, Krueng Raya (Aceh Besar)-Balohan (Sabang). KMP Gurita yang mengangkut 378 penumpang tenggelam merenggut 54 nyawa dan 284 lainnya dinyatakan hilang.
Mengenang 27 tahun tenggelamnya KMP Gurita, keluarga korban melakukan doa bersama dan tabur bunga dari atas KMP BRR, Kamis, 19 Januari 2023. Prosesi mengharukan itu dilakukan pada titik KMP Gurita tenggelam, kawasan Ujong Seukee.
Prosesi doa bersama dan tabur bunga ini digelar PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) pada penyeberangan trip I dari Pelabuhan Balohan Sabang ke Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh.
“Hari ini, 19 Januari 2023, kita mengenang musibah tenggelamnya KMP Gurita 27 tahun lalu,” kata Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kota Sabang, Ady Akmal Shiddiq.
Doa bersama dipimpin oleh Tgk Ibrahim dan diikuti Nahkoda KMP BRR, Kapten Eko Medianto beserta ABK. Sambil berdoa, KMP BRR juga berputar dan membunyikan klakson di sekitar lokasi karamnya KMP Gurita.
Ady menjelaskan, peristiwa tenggelamnya KMP Gurita pada Jumat malam, 19 Januari 1996 terjadi di perairan Ujong Seuke, Sabang. KMP Gurita berlayar dari Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya Aceh Besar pada pukul 18.45 WIB, menuju Pelabuhan Balohan Sabang yang seharusnya tiba pada pukul 21.00 WIB.
“Kejadiannya tepat tiga hari menjelang bulan Ramadhan,” ujar Ady Akmal.
Pada pelayaran tersebut, KMP Gurita membawa penumpang 378 orang. Dalam musibah itu, hanya 40 orang yang berhasil diselamatkan, sedangkan 54 lainnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
“284 orang lainnya dinyatakan hilang. Tentu kita sangat berduka atas kejadian ini. Mari sejenak kita berdoa kepada para syuhada yang tenggelam bersama Gurita, semoga amal ibadah mereka diterima di sisi Allah SWT,” ujar Ady Akmal menyiratkan keharuan mendalam.(*/sbg)