Sekolah Siaga Kependudukan di Pedalaman Galus, Strategi Mengatasi Stunting

Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Sahidal Kastri didampingi Kepala DP3AKB Gayo Lues Yunidar, SE melaunching Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) SMA Negeri 1 Pining, Kabupaten Gayo Lues. (Humas BKKBN Aceh)

PORTALNUSA.com | BLANGKEJEREN – Pining, kawasan pedalaman yang berjarak sekitar 40 km dari Blangkejeren, ibu kota Kabupaten Gayo Lues (Galus) memiliki satu lembaga pendidikan menengah atas yaitu SMA Negeri 1 Pining-Lokop, Serba Jadi. Sekolah ini memiliki 162 siswa-siswi yang dibimbing 17 guru.

Siaran pers yang diterima dari Humas BKKBN Aceh menyebutkan, kini SMA Negeri 1 Pining semakin dikenal. Pasalnya, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Aceh, Drs Sahidal Kastri, M.Pd, dua hari lalu melaunching Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) di SMA Negeri 1 Pining-Lokop.

Prosesi tersebut didampingi Kepala SMA Negeri 1 Pining Gemasih Ganti Nireta,S.Pd, Camat Pining diwakili Sekcam Sopyan, Kapolsek diwakili Aipda Usmandari, Danramil diwakili Serda Ali Subandi dan undangan lainnya

Kepala BKKBN Aceh mengatakan, baik buruknya masa depan bangsa sangat ditentukan bagaimana kualitas generasi muda saat ini.

Generasi muda masa kini diharapkan tahu soal batasan umur yang baik untuk menikah yaitu minimal 25 tahun bagi laki-laki dan 21 tahun bagi wanita. “Usia ideal untuk menikah terus kita kampanyekan lewat Generasi Berencana (GenRe),” kata Sahidal.

Sahidal juga menyinggung bahayanya stunting. Bahaya pertama terganggunya pertumbuhan, kedua hilang kecerdasan, dan ketiga gangguan metabolisme tubuh.

Berdasarkan penelitian Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), tahun 2021 Aceh masuk dalam kategori stunting tertinggi secara nasional yang mencapai 33,2 persen dan  Kabupaten Gayo Lues tercatat kasus stunting tertinggi mencapai 42,9 persen. “Kita harapkan awal tahun ini keluar hasil SSGI 2022 dan kondisinya membaik atau terjadi penurunan persentasenya,” lanjut Kepala BKKBN Aceh.

“Remaja sebagai generasi penerus, hendaknya menjadi generasi penerus yang berkualitas dan berkepribadian yang baik. Motivasi wajib diberikan agar siswa-siswi semangat dalam menimba ilmu. Semoga sekolah ini menjadi Center of Excelent (CoE) di Kabupaten Gayo Lues,” tandasnya.

Kepala SMA Negeri 1 Pining, Gemasih Ganti Nireta melaporkan, hampir setiap tahun ada siswa-siswinya putus sekolah karena menikah usia dini. Menurut Gemasih, inilah kasus dan persoalan yang mereka hadapi. “Semoga dengan kehadiran SSK ini menjadi solusi persoalan yang kami hadapi,” ujarnya.

Kepala OPD KB Kabupaten Gayo Lues Yunidar, SE dalam diskusi tersebut mengatakan tidak sepenuhnya kesalahan itu dilakukan oleh anak, tetapi orang tua juga wajib mengontrol bagaimana perkembangan buah hati mereka.

“Sebagai Kepala OPD yang membidangi perlindungan anak tentu saya berkeinginan kita duduk bermusyawarah guna mencari solusi terbaik terhadap persoalan yang dilaporkan Kepala SMA N egeri 1 Pining.

Rumah Data Kependudukan

Sementara itu untuk kegiatan sosialisasi sistem registrasi Rumah Data Kependudukan (RDK) dilaksanakan di Balai Desa Pertik, Kecamatan Pining, dan Kampung Makmur Jaya, Kecamatan Teurangon, Kabupaten Gayo Lues.

Menurut Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, RDK sangatlah penting yang berfungsi sebagai bank data sehingga dalam mengintervensi persoalan dan kebutuhan akan lebih mudah mendapatkan datanya.

Juga dijelaskan, Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) dengan usia ideal menikah bagi pria 25 tahun dan wanita 21 tahun. Ini harus dikampanyekan tersebut karena salah satu penyebab stunting adalah dari kurangnya pengetahuan pasangan suami istri untuk mencegah kasus tersebut.

“Kita telah menggunakan aplikasi SistEm Monitoring keluarGA BEREsiko Stunting yang disingkat SEMOGA BERES. Aplikasi ini dibangun untuk melakukan verifikasi dan validasi data keluarga berisiko stunting secara real-time. Muara akhirnya adalah untuk percepatan penurunan stunting di Aceh,” demikian Sahidal Kastri. (*/bkkbn)