Potensi Ekonomi Aceh jangan Sebatas Dipetakan, Harus Action

Isa Alima. (Foto for Portalnusa.com)


PORTALNUSA.com | BANDA ACEH – Aceh memiliki berbagai potensi ekonomi yang bisa melepaskan masyarakatnya dari belenggu kemiskinan.

“Masalahnya potensi ekonomi Aceh masih sebatas dipetakan dan menjadi bahan diskusi di warung kopi, seminar atau materi debat tanpa solusi,” kata Ketua DPD Brigade Anak Serdadu (BAS) Aceh, Isa Alima.



Menurut Isa, beberapa dekade lalu ekonomi Aceh pernah begitu semarak ditandai dengan terbukanya peluang kerja di banyak sektor.

“Aceh pernah bertabur pabrik di tengah pertumbuhan berbagai industrinya. Pelabuhannya sibuk di berbagai kawasan. Kenapa itu tak menjadi inspirasi. Kenapa kita seperti orang bodoh, tak bisa melakukan apa-apa di tengah kemiskinan yang membelit rakyat,” kata Isa yang mengaku sangat miris dengan kondisi ini.

Baca: Romantisme Aceh Masa Lalu: “Ada Berbagai Pabrik, Banyak Pelabuhan”

Sebagai pemerhati ekonomi, Isa hakkul yakin kondisi ekonomi Aceh bisa kembali berdenyut jika pemerintah serius mencarikan solusi.

“Serius mencarikan solusi, misalnya menghidupkan kembali pabrik yang pernah ada di masing-masing daerah. Pelajari apa yang menyebabkan pabrik-pabrik itu mati. Segera carikan solusinya, termasuk regulasi. Jangan hanya beretorika,” tulis Isa dalam pernyataannya.

Dia menegaskan, Aceh harus mandiri secara ekonomi. Jangan terus bergantung dari luar untuk mencukupi kebutuhan sendiri. Pemerintah harus action, bukan malah disibukkan dengan program yang bersifat eksperimen di tengah kebutuhan darurat rakyat yang dililit kemiskinan.

Menurut Isa Alima, di periode pertama kepemimpinan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, pernah dibuat peta potensi ekonomi yang menghabiskan anggaran sekitar Rp 1 miliar. Namun sayangnya, potensi yang terpetakan menggunakan uang daerah itu tidak dijalankan. 

Di Bireuen, misalnya, pernah berdiri pabrik korek api dan pabrik kawat berduri. Namun karena persaingan ekonomi dan konflik di Aceh, pabrik tersebut ditutup. Demikian juga beberapa pabrik lain, seperti pabrik tripleks dan pabrik kertas. 

Di saat yang sama, kata Isa, pemerintah juga gagal mempertahankan operasional pabrik beras di daerah penghasil padi di Pidie dan Aceh Utara. Padahal pemerintah berkepentingan untuk memastikan pabrik-pabrik tersebut terus beroperasi guna menyerap tenaga kerja. 

Isa berkeyakinan, dengan menghidupkan pabrik-pabrik berskala kecil di Aceh, perekonomian bakal tumbuh merata. Industri tersebut bakal memberikan efek domino yang besar, seperti menghidupkan kembali pelabuhan-pelabuhan yang selama ini jarang difungsikan. 

“Tapi ini semua memerlukan pemikiran yang mandiri. Artinya, pemerintah harus dapat memberikan kemudahan bagi investor. Pemerintah harus menjadi bagian dari upaya rakyat Aceh untuk merdeka secara ekonomi,” demikian Isa Alima. []