NEWS, OPINI  

Kisah Anwar dan Renungan Jelang Pilpres Kita

Sumber foto: Radar Bangsa


Oleh: Afriadi Sanusi, Ph.D*)

MAYORITAS  mereka yang dulu pernah berjuang dalam reformasi manyokong Anwar Ibrahim menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia tidak mendapatkan jabatan, uang, imbalan apapun.

Tiada bagi-bagi kue jabatan Menteri, CEO, komisaris BUMN dan sebagainya setelah Anwar menjadi PM kecuali bagi mereka yang betul-betul layak dan profesional di bidangnya.

Hanya mereka yang menang dalam pemilu dan segelintir saja yang menikmati jabatan dan gaji yang lumayan. Selebihnya mereka hidup seperti biasa.

Namun, menyesalkah rakyat menyokong Anwar?

Pemantauan saya di lapangan, tidak.

Ini karena popularitas Anwar bila berkunjung ke berbagai tempat selalu mendapatkan sambutan yang meriah mengalahkan Perdana Menteri lainnya.

Bahkan saya prediksikan jika pemilu diadakan tahun ini, partai Anwar Pakatan Harapan akan menang dengan mudah 2/3 suara secara solo.

Musuh utama pemerintahan Anwar Ibrahim sebelum ini adalah propaganda politik identitas dan sekarang rakyat sudah sangat cerdas dari sebelumnya.

Cuma saja di waktu-waktu tertentu serangan komentar di sosial media agak meningkat setelah Anwar mengungkap kasus mega korupsi dan salah guna kuasa seperti Pandora Paper dan sebagainya.

Kembali kepada apa yang didapatkan oleh rakyat setelah Anwar menjadi PM?

Selain usaha Anwar yang mengamalkan good governance, menyatakan perang terhadap korupsi serta mengusut harta negara yang dicuri dengan cara korupsi dan salah guna kuasa untuk dikembalikan kepada rakyat, banyak lagi kebijakan Anwar yang tidak pernah dibuat oleh pemerintahan sebelumnya seperti;

sembako yang biasanya naik harga bahkan hilang di pasaran di musim hari raya, di masa pemerintahan Anwar tidak lagi hilang.

Bahkan Anwar berhasil mengungkap skandal minyak goreng yang sekarang masih dalam proses hukum.

Kasus bunuh diri, bendera putih yang marak berlaku sebelumnya saat ini tidak terdengar lagi.

Telur ayam yang dulu pernah langka, hanya dengan gertakan menterinya para tengkulak mafia telur akhirnya menyerah kalah.

Ini karena pemerintah ini tidak bisa didikte, tidak terutang budi karena dimodali oleh pengusaha masa pemilu dulu dan tidak juga menjadi wayang dari dalang atau apa yang disebut sebagai pak turut.

Sebanyak 33 ruas jalan tol gratis selama 4 hari di hari raya Idul Fitri ini yang jumlahnya bisa mencapai triliunan untuk manfaat rakyat.

Perdana Menteri Anwar memperkenalkan menu rahmah yang banyak membantu mereka yang berpendapatan rendah selama ini.

Anwar memberikan diskon tilang yang hanya perlu dibayar RM 50 saja demi rakyat.

Cuti empat hari dan bonus bagi PNS dengan jumlah sangat membantu mereka untuk belanja persediaan hari raya.

Kendaraan yang murah diberi diskon untuk melakukan service agar selamat pulang hari raya.

Anwar juga menurunkan harga semen yang harganya jauh di bawah harga semen di Indonesia, kata seorang tukang Indonesia di Malaysia.

Anwar membayangkan hanya perlu waktu 3,5 tahun untuk membasmi kemiskinan tegar di negara ini. Mengembalikan Malaysia menjadi macan asia dengan mengamalkan konsep madani.

Namun, sebagaimana tokoh reformasi seperti Dr Mursi, Amien Rais, Suu Kyi, Erdohan lainnya, Anwar juga berhadapan dengan usaha-usaha ke arah “kudeta dingin”.

Tentu saja seperti yang diduga oleh Anwar sendiri ia didanai oleh mereka yang selama ini mendominasi dan memonopoli ekonomi negara dengan cara korupsi dan salah guna kuasa.

Akhirnya, pemilihan presiden (pipres) di Indonesia semakin dekat. Terserah pada rakyat (Indonesia) apakah ingin memilih capres dengan imbalan sembako uang seratus ribu yang hanya bisa tahan seminggu atau hidup adil makmur sejahtera dengan berbagai diskon dan kemudahan setelah negara punya presiden cerdas, amanah dan berkualitas seperti Anies Rasyid Baswedan yang memiliki konsep, ide yang jelas untuk menerapkan good governance di NKRI.[]

*) Penulis adalah doktor bidang Sains Politik Islam Universiti Malaya Kuala Lumpur Malaysia