Aksi Mustofa di Kantor MUI Diduga karena Eksistensinya sebagai Wakil Nabi Tak Diakui

Petugas mengamankan pria pelaku penembakan di Kantor MUI Pusat di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa siang, 2 Mei 2023. Pria yang teridentifikasi bernama Mustofa (60) tersebut pingsan dan akhirnya meninggal. (Foto: Republika/Nashih Nashrullah)

PORTALNUSA.com | JAKARTA – Pria yang teridentifikasi bersana Mustofa alias M (60) yang melakukan penembakan secara brutal di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat pernah mengakui diri sebagai ‘wakil nabi’ yang mampu mempersatukan manusia di dunia ini.

Pria asal Lampung itu diduga sakit hati karena eksistensinya selaku ‘wakil nabi’ tidak ada yang mau mengakui. Maka, aksi brutal di Kantor MUI Pusat itupun terjadi.

Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI), Islah Bahrawi membeberkan sejumlah pengakuan yang cukup mengejutkan terkait sosok Mustofa, pelaku penembakan brutal di Kantor MUI Pusat di Jakarta, Selasa, 2 Mei 2023.

Melalui akun Twitter pribadinya, Islah Bahrawi mengungkapkan, almarhum Mustofa yang tewas dalam aksi di Gedung MUI Pusat mengaku sebagai wakil Nabi Muhammad SAW karena mendapat bisikan gaib sejak tahun 1982.

Bisikan gaib itu didapatkan Mustofa saat ia sedang sakit di gunung daerah Tenumbang, Krui, Pesisir Barat. “Mus saya Nabi Muhammad, katakan kepada semua orang bahwa kamu adalah Rasulullah yang kedua,” tulis akun Twitter @islah_bahrawi diduga menirukan ucapan Mustofa.

Kemudian pada tahun 1992, Mustofa juga mengaku  bermimpi lagi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Dalam mimpi itu, konon Nabi mengajarkan dirinya mengaji.

Selanjutnya pada tahun 2003, Mustofa merasa bisa mempersatukan manusia di dunia ini. Sejak itulah, ia meyakini kalau dirinya benar-benar sebagai ‘wakil nabi’, lalu ia mencoba menemui para alim ulama setempat, untuk mengkonsultasikan dirinya sebagai ‘wakil nabi’.

Saat itu para alim ulama tidak membenarkan pengakuannya. Karena rasa penasarannya, ia kembali mencoba untuk menemui pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat pada tahun 2011. Ia juga mendatangi kantor media massa dan mengumumkan bahwa dirinya sebagai wakil nabi.

Lalu, apakah penembakan yang dilakukan oleh Mustofa ini masuk kategori terorisme?

“Menurut saya kurang pas jika terma ’terorisme’ dipakai dalam aksi ini, karena motifnya bukan menimbulkan ketakutan masif melainkan lebih kepada sakit hati akibat aksistensinya selaku ‘wakil nabi’ tidak ada yang mau mengakui. Wa bil khusus kepada MUI, lembaga yang menurut Mustofa seharusnya mengakui.”

“Kesimpulan saya, pelaku adalah orang yang terdampak pemahaman agama yang salah, sehingga berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan,” begitu tulis Islah Bahrawi. 

Kronologi kasus 

Melansir detik.com, peristiwa berawal pukul 11.24 WIB, Selasa, 2 Mei 2023 ketika seorang pria yang belakangan diketahui bernama Mustopa (60) datang ke Kantor MUI Pusat dan meminta bertemu dengan Ketua MUI.

Petugas pengamanan Kantor MUI Pusat sempat bertanya tujuan dan siapa Ketua MUI yang hendak ditemui. Tiba-tiba mengeluarkan senjata dan menembak secara brutal.

Petugas pengamanan Kantor MUI menduga senjata yang digunakan pelaku diduga airsoft gun jika melihat bentuk senjata dan bekas tembakan. Meski demikian, senjata itu sudah dibawa oleh pihak kepolisian untuk pemeriksaan.
Usai melakukan penembakan, pelaku sempat dikejar pihak keamanan Kantor MUI. Pelaku kemudian pingsan saat diamankan.

Pelaku yang pingsan itu dibawa ke Puskesmas terdekat. Beberapa waktu berselang, pelaku dinyatakan meninggal.[]