Laporan Imran/Portalnusa.com
JUMAT sore, 5 Mei 2023 saya menyeberang dari Pelabuhan Balohan, Sabang ke Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh. Penyeberangan rurin bagi saya yang bekerja di Sabang namun bertempat tinggal di Aceh Besar.
Setelah membeli tiket kelas ekonomi Rp 35.000, saya bersama ratusan penumpang lain masuk ke Kapal Roro KMP BRR, salah satu kapal penyeberangan yang melayani jalur Balohan-Ulee Lheue dan sebaliknya. Selain jenis roro yang dikenal oleh masyarakat sebagai kapal lambat, ada juga beberapa kapal cepat.
Menyeberang dengan kapal lambat memiliki sensasi tersendiri meski waktu tempuh mencapai lebih dua jam. Bandingkan dengan kapal cepat yang hanya butuh waktu sekitar 45 menit.
Di Kapal Roro KMP BRR sore itu, saya bersama puluhan penumpang lain memilih duduk di lantai tiga. Penumpang disambut dengan alunan musim ber-genre milenial yang terdengar begitu syahdu dari sound system kapal. Deburan ombak pelabuhan melengkapi romantisme menjelang meninggalkan dermaga Sabang.
Lagu ‘Kehilangan’ yang mengalun dari KMP BRR menjelang meninggalkan Pelabuhan Sabang sore itu mengingatkan saya pada cerita tragis 27 tahun lalu ketika KMP Gurita tenggelam di perairan Ujong Seukee, menjelang masuk Teluk Sabang, 19 Januari 1996 sekitar pukul 18.45 WIB. Semoga tragedi memilukan di dunia pelayaran tersebut tak pernah terulang. Biarlah Gurita terbaring damai di dasar samudra untuk menjadi kenangan sekaligus pelajaran bagi kita.
Kini, di jalur penyeberangan Balohan-Ulee Lheue maupun sebaliknya, masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan layanan pelayaran dengan moda transportasi laut yang semakin baik, nyaman, dan aman. KMP BRR sendiri adalah nama yang ditabalkan untuk jenis kapal roro yang diproduk pada masa rehab rekons Aceh pascatsunami 2004.
Bagi masyarakat yang menyeberang di jalur Sabang-Banda Aceh setiap sorenya, selain menikmati suasana di dalam kapal –baik kapal cepat maupun kapal lambat—juga pesona lain yaitu menatap matahari tenggelam (sunset) di kaki langit yang ‘memagari’ hamparan samudera.
Pesona sunset menjadi momen tak dilewatkan oleh penumpang kapal menjelang memasuki Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh setiap harinya. Begitu indah untuk direkam atau diceritakan kepada mereka yang belum sempat merasakan sensasi yang luar biasa itu.[]