Catatan Nasir Nurdin/Pemred Portalnusa.com
NAMA lengkapnya Bukhari bin Mahmud. Dia juga menyandang gelar Doktor, AKS, dan MM. Namun di kalangan wartawan, sosok yang satu ini lebih dikenal dengan Bukhari AKS. Titel AKS (Ahli Kesejahteraan Sosial) diraihnya dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung pada 1984. Karena latar belakang displin ilmu itu pula, Bukhari lebih dikenal di kalangan pekerja sosial maupun organisasi yang aktif di bidang kemanusiaan, penanggulangan bencana, dan lain-lain. Lagi-lagi karena alasan disiplin ilmu itu pula, Bukhari pernah menolak dilantik sebagai Kasatpol PP dan WH oleh Gubernur Aceh, dr. Zaini Abdullah pada 23 Maret 2015. Bukhari yang waktu itu adalah Kadis Sosial Aceh kepada wartawan mengatakan, sikapnya menolak dilantik sebagai Kasatpol PP dan WH Aceh bukan bentuk pembangkangan pada keputusan atasan, apalagi dirinya sebagai abdi negara. Penolakan itu semata-mata karena dia tak punya kemampuan untuk mengemban jabatan sebagai Kasatpol PP dan WH. Disiplin ilmunya di bidang sosial. Daripada mengecewakan, lebih baik dirinya mengambil sikap tidak bersedia dilantik. Setelah tidak lagi sebagai Kadis Sosial Aceh, Bukhari terlihat tenang-tenang saja hingga akhirnya dia lolos untuk menjadi Sekda Kota Lhokseumawe dan dilantik pada jabatan tersebut oleh Wali Kota Lhokseumawe, Suaidi Yahya pada 27 Juli 2016 menggantikan Dasni Yuzar yang tersandung kasus korupsi. Pensiun dari PNS, Bukhari lebih banyak menghabiskan waktu dengan silaturahmi bersama kawan-kawan dan mengurus kebunnya di kawasan pegunungan Seulawah (Saree), Aceh Besar. Meski secara fisik jarang bertemu namun komunikasi melalui aplikasi WhatsApp tetap terjalin. Hingga pukul 20.21 WIB, Rabu, 7 Juni 2023, Bukhari masih merespons salah satu link artikel yang dikirim Portalnusa.com ke jaringan pribadinya. Selanjutnya, pada Kamis pagi, media ini menerima postingan berita duka yang mengabarkan sosok pekerja sosial itu meninggal dunia. “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Telah berpulang ke rahmatlullah Kanda Dr. H. Bukhari Mahmud AKS di RSUZA Banda Aceh pada 8 Juni 2023 pukul 04.45 WIB. Jenazah almarhum dikebumikan di Banda Masen, Kota Lhokseumawe.”
Belum diperoleh informasi mendetail mengenai penyakit apa yang diderita Bukhari AKS sebelum akhirnya meninggal dunia. Kabar yang berkembang di grup WhatsApp hanya memberi tahukan tempat dan waktu meninggalnya.
Jenazah sempat disinggahkan ke kediamannya di Jalan Manunggal, Lingkungan Sejahtera, Gampong Neusu Jaya, Kota Banda Aceh sebelum dipulangkan ke kampung asalnya di Lhokseumawe, sekitar pukul 09.00 WIB setelah dishalatkan di Masjid Al-Falah, Gampong Neusu Jaya.
“Ramai yang melayat ke kediaman almarhum,” kata seorang tokoh Neusu Jaya yang juga relawan RAPI, Amry/JZ01BAR.
Almarhum Bukhari AKS meninggalkan seorang istri bernama Herawaty Siregar dan seorang anak laki-laki yang sudah dewasa dan sudah berkeluarga (akrab dipanggil Ayi) yang kini bekerja di sebuah perusahaan IT di Jakarta. Sedangkan di Kota Lhokseumawe, rumah duka di Jalan Kenari, Desa Uteun Bayi, Kecamatan Banda Sakti.
Kini Bukhari benar-benar pulang
Menjelang dilantik sebagai Sekda Kota Lhokseumawe pada 27 Juni 2016, Waredpel Harian Serambi Indonesia (waktu itu), Nasir Nurdin menurunkan satu tulisan tentang sosok Bukhari, berjudul: ‘Pekerja Sosial itu Kini Pulang Kampung.’
Ini kutipan lengkap tulisan yang ditayangkan 11 Juli 2016 pukul 09:49 WIB:
DI kalangan birokrat dan pekerja sosial maupun organisasi yang bergerak dalam tugas-tugas kemanusiaan di Aceh, rasanya tak ada yang tak kenal sosok Bukhari AKS MM.
Tulisan AKS di belakang namanya merupakan titel akademik dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung pada 1984 sedangkan Magister Manajemen (MM) diraih pada program S2 Unsyiah 2016. Bukhari juga kandidat doktor Universitas Merdeka, Malang tahun 2015 berlanjut 2016.
Ketika dihubungi Serambi, Minggu (10/7/2016), Bukhari membenarkan telah menerima SK Gubernur Aceh tentang pengangkatannya sebagai Sekda Kota Lhokseumawe.
“Semoga saya bisa melaksanakan amanah ini dengan sebaik-baiknya,” ujar laki-laki kelahiran Banda Masen, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, 1 Maret 1959. “Saya pulang kampung,” lanjut putra almarhum/almarhumah H Mahmud Abu dan Hj Hanifah Sabi.
Karier Bukhari sebagai PNS dimulai Maret 1980 setelah menamatkan SMAN Lhokseumawe pada 1979. Kariernya berawal di Kantor Wilayah Departemen Sosial (Kanwil Depsos) Aceh.
Posisi sebagai ‘orang sosial’ dijalaninya selama lebih 30 tahun. Bahkan, sejak era otonomi khusus tahun 2001 (peralihan dari Kanwil ke Dinas) Bukhari mendapat jabatan sebagai Kepala Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial (Kabid Banjamsos) Dinsos Aceh.
Dalam rentang 30 tahun itu, Bukhari telah malang melintang dan belajar banyak terkait permasalahan sosial dan kemanusiaan.
“Ada dua program paling monumental yang sempat saya tangani ketika jadi Kabid Banjamsos Dinsos Aceh yaitu penanganan dampak bencana alam gempa dan tsunami serta reintegrasi,” ujar ayah satu putra dari pernikahannya dengan Herawaty Siregar yang juga berprofesi PNS di jajaran Pemerintah Aceh.
Ketika proses mutasi yang terjadi pada masa kepemimpinan Gubernur Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Muzakir Manaf, Bukhari ikut terkena kebijakan tersebut.
Pada 2010, Bukhari dipindahkan dari ‘habitat’-nya di Dinsos Aceh menjadi Kepala Biro Isra Setda Aceh yang dijabatnya hingga 2012.
Pada 2013, Bukhari mendapat posisi sebagai Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Aceh untuk masa yang hanya tujuh bulan. Selanjutnya, pada 2013 sampai 2014, Bukhari menjadi Kadispora Aceh.
Masih pada 2014, Bukhari dikembalikan ke Dinsos Aceh untuk posisi Kepala Dinas. Tak lama, awal Januari 2015 Bukhari dipindah lagi sebagai Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah (Kasatpol PP dan WH) Aceh yang sempat memunculkan kontroversi, meski akhirnya ia jalani tugas itu sejak Februari-November 2015.
Pada gelombang mutasi akhir 2015, Bukhari dipindahkan lagi dari Kasatpol PP dan WH menjadi Kepala Dinas Registrasi Kependudukan Aceh (DRKA). Ternyata, posisi itu juga tidak lama.
Ketika mutasi pada bulan Ramadhan 1437 H, Bukhari termasuk salah seorang pejabat yang ‘di-nonjob-kan.
Setelah ‘mengembara’ dari satu dinas ke dinas lainnya di lingkup Pemerintah Aceh selama puluhan tahun, akhirnya Bukhari pulang kampung untuk mengemban tugas dan amanah sebagai Sekda Kota Lhokseumawe.
“Insya Allah pengalaman panjang yang saya dapatkan selama puluhan tahun, termasuk di bidang sosial dan kemanusiaan, bisa lebih mendukung tugas yang akan saya emban berikutnya,” demikian Bukhari.
Kini, Bukhari telah berpulang untuk selama-lamanya. Insya Allah semua kebaikan yang beliau tebar semasa hidup di lingkungan masyarakat maupun sebagai abdi negara mendapat balasan setimpal dari Allah SWT. Semoga pula keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan menghadapi cobaan ini.[]