SAYA menyesal gak menyaksikan konser bertajuk “hitman” yang menghadirkan komposer David Foster akhir pekan lalu. Di Convention Center. Sentul International.
Sentul yang jaraknya sepelemparan dari rumah tinggal saya tetapi gak ketulungan macetnya. Apalagi kalau macetan di sabtu malam. Seperti di malam konser itu. Berpilin…
Saya lebih menyesal lagi tak hadir di sana setelah tahu ada penampilan Putri Ariani. Ia didaulat ikut bernyanyi sembari diiringi David Foster. Sebuah surprise lain. Kejutan yang bikin terkejut…
Bagi Anda yang gak tahu tentang David Foster silakan klik di goggle search. Gak perlu bertanya. Cukup amini saja bahwa ia memang salah seorang komposer terkenal di dunia.
Selain menyesal ada kata untung atas ketidakhadira saya di Sentul Convention itu. Seperti dikatakan anak saya, tiket terbatas dan harga selangit. Yang pasti akan robek kartu kredit saya selama satu bulan biaya hidup. Hahaha….
David Foster bukan komposer abal-abal. Sudah meraih enam belas grammy awards.
Tiga di antaranya kategori producer of the year, emmy award, golden globe, dan tiga nominasi oscar untuk best original songs.
Saya bukan pengamat musik. Hanya penyuka. Semua genre. Dari cengkok “engkau laksana bulan”-nya P. Ramle hingga “teluk bayur”-nya Ernie Johan.
Sejak dari orkes “gumarang”-nya Asbon hingga grup band “dewa”-nya Ahmad Dhani.
Bahkan saya bisa ber zig..zag.. untuk nyanyian Aretha Franklin, Whitney Houston, Sam Cooke, Billie Holiday, Mariah Carey, Ray Charles, Stevie Wonder hingga Beyonce.
Bacaan musik saya dulu majalah dari dulu prestise. Yang mungkin gak kebayang dengan Anda: “rolling stone” Tentu bukan Rolling Stone-nya si Mick Jager yang moncongnya dower itu.
Dalam edisi terakhirnya majalah yang sudah bermutasi ke “epaper” itu merilis daftar terbaru dua ratus greatest singers of all time. Daftar yang langsung viral di media sosial.
Sebelumnya “rolling stone” pernah merilis daftar seratus penyanyi terhebat. Ada legenda Michael Jackson, Kurt Cobain, dan John Lennon, termasuk penyanyi pop kontemporer.
Bahkan pernah menurunkan tulisan dengan titel “special space” bagi penyanyi kontemporer Lady Gaga, Ariana Grande hingga Adele.
Selain itu rolling stone pernah menulis secara berurutan sembari memuji keartisan Aretha Franklin. Aretha yang menguasai banyak jenis musik, seperti gospel, funk, rock, hingga blues.
Tentang grammy awards raihan David Foster saya menganjurkan Anda untuk tidak ngotot mencarinya. Cukup amini saja selesai. Terlalu ruwet buka mesin pencari untuk penjenisannya. Atau akan keluar cuan baca rolling stone berbayar.
Tentang Ariani: alhamdulillah bisa menjadi bagian di konser itu. Ia menulis di akun media sosial pribadinya dengan kalimat berbunga-bunga atas panggung yang diberikan kepadanya.
Bagi Putri, begitu sapaan untuk Putri Ariani, Foster dan karya lagunya telah menjadi inspirasinya dalam bermusik. “Saya tumbuh dengan mendengarkan aransemen dan lagu-lagu dia”.
Bagi Ariani, Foster bukan sekadar composer. Ia adalah penemu bakat untuk penyanyi Celine Dion, Josh Groban hingga Michael Buble.
Di aksi panggungnya bersama Foster, Putri menyanyikan lirik lagu yang menggelitik. Lirik syairnya menyindir dunia masa kini yang hanya ingin menjadikan orang populer dalam waktu singkat dan cepat.
Ia, seperti yang saya simak dari postingan youtube, menyanyikan penggalan lagunya sambil memainkan keyboard. Suaranya yang jernih dipadukan lirik lagu yang unik dan menggelitik membuatnya riang.
“Welcome to dunia maya, lihat kolom komentar, isi komen-komennya emang bikin pusing,” ujarnya sambil bernyanyi.
“Yang bikin konten nyanyi malah dibilang lypsinc, dan jangan lupa ada body shaming,” lanjutnya.
Putri penyanyi dan pemusik tunanetra seperti Anda tahu menjadi tersohor karena mendapatkan “golden buzzer” pada ajang pencari bakat america’s got talent.
Putri seperti Hellen Keller dalam ingatan saya. Wanita Amerika yang bukan hanya buta tapi juga tuli. Wanita yang sangat terkenal di eranya.
Ariani sendiri waktu lahir tidak buta. Tapi karena dia lahir prematur, enam bulan delapan belas hari, maka dia ditempatkan dalam inkubator.
Karena pembuluh darah di retina matanya belum terbentuk sempurna dan kadar oksigen dalam inkubator terlalu tinggi, maka dia mengalami retinopathy of prematurity.
Kasus ini diakronimkan dalam istilah kedokteran “rop.” Menyebabkan kebutaan permanen.
Saya selalu berdecak melihat Putri Ariani begitu trampilnya memainkan smart phone-nya, “Membaca” komen dari netizens dan mengetik jawaban di layar hand phone.
Begitu lincahnya sang jemari tangannya. Seperti menari mengetik tombol huruf di layar .
Dia juga memanfaatkan kecanggihan teknologi yang bisa mengeluarkan suara dari tulisan yang terpampang di handphone.
Lantas setiap kali mengulang menonton Putri Ariani di youtube, saya teringat Stevie Wonder. Teringat ada persamaannya. Tapi beda usia ketika mereka menjadi wouw…
Di usia tujuh belasan Ariani mendapat “golden buzzer.” Itulah hadiah yang dinanti oleh semua talenta di seluruh dunia. Momen ini menjadi viral, dibahas oleh berbagai penggemar musik banyak negara.
Tentang pencapaian Ariani ini saya mencatat peristiwa di awal pertama tahun enam puluhan dulu sekali.. Saat itu, seorang bocah seusia kelahiran saya, di umur sebelas tahun bernyanyi.
Ia kemudian dikenal dengan nama Stevie Wonder. Ia anak tuna netra, tak bisa melihat. Tapi ia begitu powerful menyanyi, bermain piano dan harmonika.
Seorang guru talenta yang sangat ditakuti komen musiknya bernama Ronnie sempat terpekik: ” Wow !,”
“Anak kecil ini jenius musik, a child prodigy.”
Di sebuah wawancara dengan jaringan televisi di enam belas tahun lalu Ronnie berujar, ketika ia pertama kali melihat Stevie Wonder bernyanyi.
“Saya langsung berkata. Anak kecil ini akan menjadi superstar dunia.”
Ronnie White kemudiannya membantu Stevie Wonder masuk ke dalam industri musik. Ia membawa Stevie Wonder ke Motown Records untuk menandatangani kontrak rekaman.
Ronnie White dengan grup band-nya “the Miracles” membantu memproduksi beberapa lagu Stevie Wonder. Sisanya adalah sejarah.
Kita pun tahu, di usia masih kanak-kanak album yang dinyanyikan Stevie Wonder, Fingertips, menjadi the number one billboard seratus.
Hingga hari ini, tak ada penyanyi yang bisa memecahkan rekor penyanyi berkulit hitam dengan rambut dikepang itu.
Di usia lanjutnya Stevie Wonder yang menerima total dua puluh lima grammy awards untuk ukuran penyanyi solo mencatatkan rekor awards terbanyak.
Ia tidak hanya puas bernyanyi tapi juga aktif dalam gerakan hak asasi manusia.
Lantas saya sebagai pengagum Putri Ariani bergumam. Apakah ia akan tumbuh seperti Stevie Wonder?
Berharap Putri bisa menjadi selebriti dunia, lalu juga bergerak untuk isu hak asasi manusia.
Sehari setelah ia tampil bersama David Foster di Sentul Convention dan viral saya mendapatkan youtube lain tentang kedalamannya melantunkan ayat-ayat Alquran. Bukan main….
Sebuah mukjizat….
Ada yang istimewa lainnya dari seorang Ariani. Di banyak video seringkali penonton atau pewawancaranya meneteskan air mata. Sesuatu yang sangat dalam, menyentuh, mengalir dari suaranya.
Sempat pula saya menonton kecepatannya membuat lagu. Ia diuji. Putri diceritakan satu narasi kisah personal. Kisah itu ia langsung terjemahkan menjadi lagu yang enak didengar, dengan lirik yang juga kuat.
Putri diuji berkali-kali dengan narasi yang berbeda. Berkali- kali pula ia ciptakan lagu dari narasi itu, secara cepat sekali.
“Wow,” saya mengulangi pekikan Ronnie ketika melihat bocah Stevie Wonder. “Ini jenius musisi.”
Soalnya, melahirkan superstar itu tak hanya soal bakat. Tapi itu juga soal ekosistem industri musik.
Sehebat apapun bakat seorang musisi, jika ia tak hidup dalam ekosistem industri musik dunia, ia paling jauh hanya berhenti di tingkat nasional negaranya saja.
Putri Ariani jika memilih ingin menjadi superstar dunia harus hidup lebih sering nun di dunia sana. Di negeri yang ekosistem industri musik dari hulu ke hilir sudah sangat kuat.
Putri harus lebih intens muncul di aneka pentas panggung dan televisi di dunia barat. Ia harus masuk komunitas musik di sana.
Jika ini terjadi, kita pun harus mengikhlaskannya pergi. Kita mungkin hanya bisa melihatnya menjadi selebriti dunia dari jauh saja.
Seikhlas seorang apresiasi Indra Aziz. Pelatih vokal kenamaan. Yang setuju banget untuk menjagokan Ariani bersentuhan dengan musik dunia.
Indra mengungkapkan, Putri memiliki peluang cukup besar bukan hanya sebagai juara tetapi juga penyanyi hebat di panggung yang hebat.
Indra sangat percaya diri dengan kiprah sang penyanyi tuna netra itu nanti. Putri juga disebut memiliki bekal lainnya yang tak kalah mengejutkan.
Dia punya kisah yang benar-benar luar biasa buat pemirsa. Sebuah kisah menakjubkan. Dia adalah seorang gadis, masih muda, tuna netra, dan dia adalah seorang hijaber.
Itu hal yang aneh banget. Hijaber nyanyi ikutan “america’s got talent, dapat golden buzzer, dipuji Simon Cowell.
Itulah Putri Ariani kelahiran Bangkinang, Kampar, Riau, anak pasangan Ismawan Kurnianto dan Reni Alfianty.
Gadis berjilbab yang kini tinggal di Jogjakarta memiliki hobi bernyanyi sejak masih berusia empat tahun. Sejak saat itu, ia selalu mengikuti berbagai lomba atau ajang-ajang pencarian bakat.
Catatlah komentar Simon tentang Ariani: “Kamu adalah salah satu penyanyi terbaik dalam show kami”.
Lantas… gemuruh tepuk tangan dan sorak sorai penonton di tengah siraman hujan perca kertas di panggung…[]
- Darmansyah adalah wartawan senior, penulis “Kolom Bang Darman”