SAYA menemukan media itu di belantara online. Juga kehilangan di belantara yang sama. Belantara hutan digital lebat.
Bekas jejaknya tinggal di google search. Hang… Terkunci. Gak bisa membuka.
“This site can’t be reached.” Perintahnya: reload..tapi hang..hing..heng….
Hanya dua pekan saya berteman dengannya. Pertemanan menjelang tidur. Saya senang. Tapi di dua pekan terakhir ia benar-benar ditelan “black hole.” Lubang google.
Hilang. Hanya menemukan jejaknya. Di lapak judul dan judul…dan terus judul tanpa bisa mendapatkan isi.
Jika Anda memiliki informasi lain tentang media ini tolong beritahu saya. Saya ingin terus berteman. Terima kasih….
Inisial media itu: www aceh moorden.com. Aceh-nya bukan “atjeh.” Aceh lama. Ejaannya milik era saya.
Aceh yang moorden ini ada unsur kekiniannya.
Beda dengan “moorden”-nya. Sangat era lalu. Era hindia holandia. Anda pun sudah tahu atau pun gak perlu tahu.
Atjeh moorden itu sendiri arti leterijk-nya aceh gila. Bahasa indatu: aceh pungo. Belanda yang memberikan sebutan itu. Dalam perang penaklukan dulu.
Belanda yang kehabisan taktik dan strategi menghadapi para pejuang aceh. Yang dalam perang berdurasi lama itu kesulitan dalam memaknai sebuah “keacehan”.
Keacehan pejuang “do da idi do da idang” yang teurebang seorang diri dengan bermodalkan rencong. Keacehan yang didiskusikan hingga kini. Gak pernah berakhir.
Saya gak tahu kenapa media itu memakai dua kata yang saling nendang. Kata “aceh”nya modern. Sedang “moorden”nya berbau “aso lhok.” Menjadikannya sebuah media yang unik dari sisi nama.
Keunikan lainnya media itu tak punya susunan redaksi. Gak punya alamat jelas. Dari jejak digital admin-nya saya hanya tahu ada di ibu kota.
Pra katanya gak obral. Seadanya. Gak jelimet. Ingin mengulas tentang fenomena sosial yang terjadi di Aceh. Seperti sejarah, politik, dan kebudayaan yang terkadang pungo dan tidak waras.
Mungkin karena ke“pungo”an informasinya itu menyebabkan media itu mudah menghilang. Atau pun d”hilang”kan. Seperti banyak kasus lalu. Kasus orang hilang.
Yang menyebabkan seorang Munir juga harus dihilangkan.
Jargonnya medianya yang sempat saya baca: membangun jembatan peradaban. Jembatan yang belum lengkap terpasang sebagai penghubung.
Karakteristik media onlinenya berbeda secara penulisan. Berimplikasi pada obyek penulisan. Mengesankan subyek.
Ada unsur promosi produk lokal kesejarahan yang menyambung pada kritikan sebagai pelampiasan keresahan Saya tahu matematikanya. Agar masuk ke ruang baca.
Mereka sepertinya tahu media online dikenal sangat ‘tidak setia’. Mereka mencoba memindai halaman web untuk menemukan sesuatu yang menarik.
Mereka tahu ketika menyajikan tulisan ada ruang padat dan ramai. Mereka tahu seperti apa yang cocok untuk pembacanya.
Pembaca akan memindai halaman depan dan judul yang bagus. Idealnya mencerminkan isi berita. Ini penting agar mereka tidak akan kecewa ketika mengklik dan membaca berita.
Bila isi berita tidak sesuai judul atau tidak sesuai dengan harapan, mereka bisa langsung menutup halaman dan tidak akan kembali membukanya. Itu Anda pasti udah ngerti.
Saya mengikuti isi tulisan di media online “aceh moorden” itu sebisanya. Dalam bentuk esai. Esai sejarah. Gak orisinil betul tapi lebih dari cukup.
Lebih dari cukup untuk latar penulisnya. Ada remaja muda dan remaja bangka. Gak tahulah yang lain-lainnya.
Penulisan itu gak penuh amat dengan tambahan latar belakang. Saya tahu untuk menulis background itu tentu memerlukan banyak kaitan Kosa kata kerennya : Related news.
Menautkan tulisan-tulisan tentu tidak mudah. Apalagi mencari yang diinginkan pembaca. Informasi lebih lanjut.
Agar lebih menarik, penampilan tulisan di media online hendaknya menggunakan gambaran yang kuat berupa data, dan kutipan.
Penulis media online bisa memanfaatkan multimedia. Apakah menulis ratusan kata adalah cara terbaik untuk menyampaikan berita di internet.
Mungkin tulisan tentang satu kisah nyata lebih menyentuh, misalnya bila digabung-gabung. Itulah keunggulan media online, kemampuan menggabungkan teks.
Di “aceh moorden” tulisan dan penulisnya ini ingin menjadi jembatan. Jembatan sebuah era dengan era lainnya. Banyak tulisannya berangkat dari aceh lama yang menyambung ke aceh baru.
Yang menyambungkan itu generasi aceh baru. Mereka membuat sedang membangun jembatan peradaban lewat karya tulis. Mereka tidak hanya bicara tentang kesejarahan. Tapi juga tantangan hari ini.
Kesan saya mereka ingin membuat lompatan besar lewat ide-ide besar. Eee … tahunya menghilang. Gak tahu alasannya menghilang.
Padahal keberadaan sebuah media online adalah komunikasi Komunikasi yang terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya.
Secara kehadiran “aceh moorden” berada dalam konteks komunikasi massa yang menyajikan produk jurnalistik.
Secara khusus, mereka adalah situs berita atau news site. Atau portal berita. News portal Secara spesifik lagi termasuk media siber.
Media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan.
Secara teknis atau ”fisik”, media online yang juga disebut digital media Media berbasis telekomunikasi dan multimedia.
Maaf kalau saya sedikit harus memberi kejelasan terhadap keberadaan “aceh moorden” dalam kaitannya dengan sebuah media. Penjelasan atas kekecewaan karena ga mendapat akses masuk lagi.
Juga kecewa gak dapat langsung mempostingnya. Mengunggahnya. Me”upload. Yang sebelumnya cuma dalam hitungan detik.
Padahal sebagai pengguna saya berada dalam posisi otonom menentukan informasi mana yang diutuhkan.
Saya punya pendapat media itu berada di posisi relevan bagi informasi yang kitabutuhkan. Posisinya di awal saya mengunggahnya berada hamparan self kontrol.
Kalau media itu terkendala dari sisi hambatan non teknis itu yang harus diluruskan. Pembaca, pengguna, atau penunjung bebas mengonsumsi informasi mana saja yang dianggap penting atau menarik.
Di media online, pengguna juga dapat mencari informasi yang diinginkan melalui mesin pencari . Search engine. Terutama google, Juga kotak pencarian sebuah web.
Bahkan, berita yang sudah dihapus pihak redaksi pun masih bisa diakses atau tersimpan jika berita itu diposting ulang. Lewat repost atau di-screen shot.
Itulah keunggulan media online. Keunggulan “aceh moorden.” Hilang di rimba raya goggle click.[]
- Darmansyah adalah wartawan senior, penulis “Kolom Bang Darman”