PAGI itu, Senin, 2 Oktober 2023, menggunakan empat unit minibus, serombongan besar wartawan lintas media dari organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Banda Aceh, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Aceh, dan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Aceh bergerak dari pelataran parkir PLN Unit Induk Distribusi (UID) Aceh di Jalan Tgk H. Daud Beureueh, Banda Aceh. Wartawan berjumlah 40 orang itu mengikuti program Media Gathering ke Sumatera Utara dengan sasaran Unit Pelaksana Pengaturan Beban (UP2B) Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) Medan dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan (UPDK) Belawan. Ketua PWI Aceh, Nasir Nurdin yang juga Pemred Portalnusa.com ikut bergabung dalam kegiatan ‘edukasi kelistrikan’ yang hanya berlangsung dalam hitungan jam itu. Berikut laporannya.
Lepas tengah malam, memasuki hari Selasa, 3 Oktober 2023, rombongan tiba di Kota Medan.
Kami beristirahat di salah satu hotel di Jalan Pattimura. Waktu istirahat tak sampai lima jam karena setelah shalat subuh kami harus mengikuti kegiatan utama sekaligus check out dari hotel. Kawan-kawan sempat nyeletuk, “inilah waktu check in-check out tersingkat.”
Setelah breakfast, didampingi Manager Komunikasi PLN UID Aceh Lukman Hakim, Asisten Manager Fahmi, dan Senior Analis Ridwan Saputra, rombongan bergerak ke UP2B di kawasan Glugur Kota Medan. Di sini kami disambut General Manager (GM) PLN UID Aceh Parulian Noviandri bersama Asisten Manajer Bagian Operasi Sistem UP2B Sumbagut Aimanuddin Bilad.
Pada bagian awal penjelasannya, Parulian memaparkan tentang kondisi kelistrikan Aceh yang masuk dalam sistem Sumbagut.
Menurutnya, Aceh pantas bersyukur karena telah memasuki era kemandirian energi listrik dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya Unit 3 dengan daya 200 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan di Aceh Tengah pada akhir tahun ini dengan kapasitas 40 MW.
“Ya, tahun ini PLN Aceh telah merencanakan tambahan pasokan daya sebesar 240 MW,” kata Parulian Noviandri.
Dengan masuknya pasokan daya 24 MW tersebut maka total daya listrik di Aceh mencapai 850 MW. Sedangkan beban puncak 557 MW. Itu artinya terjadi surplus 293 MW.
Pertanyaannya, lanjut Parulian, “akankah kemandirian energi ini mampu meningkatkan arus investasi yang ditandai dengan tumbuhnya berbagai industri di provinsi ini?”
Jika mengacu pada data yang diperlihatkan GM PLN Aceh, tampaknya untuk sementara pertanyaan itu harus dijawab dengan “belum”.
Data tersebut memperlihatkan konsumsi listrik untuk sektor industri di Aceh hanya 1 persen sedangkan di Sumatera Utara mencapai 10 persen. “Artinya, jika ketersediaan energi listrik tidak dipakai industri di Aceh akan dipakai Sumatera Utara,” imbuhnya.
Parulian berharap investasi atau hilirisasi dapat berkembang di Aceh dengan ketersedian cadangan energi yang relatif besar yang dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Arun Lhokseumawe, PLTU Nagan Raya serta energi terbarukan yang bersumber dari daerah Aceh sendiri.
“Insya Allah akan segera masuk tambahan pasokan dari PLTU Nagan dan PLTA Peusangan. Sistem kelistrikan Aceh terhubung dengan sistem Sumatera dengan pengaturan beban melalui jaringan 250 KV. Dengan sistem terhubung seperti ini jika terjadi gangguan di Aceh bisa dipasok dari Medan, begitu juga sebaliknya,” kata Parulian menjelaskan kehandalan listrik dengan sistem interkoneksi. “Sistem kelistrikan di negara-negara maju juga terhubung secara interkoneksi,” lanjutnya.
Pengaturan Beban
Selain mendengarkan pemaparan dari Parulian mengenai kondisi terkini kelistrikan Aceh, juga didapat penjelasan yang tak kalah menarik tentang pengaturan beban (pasokan listrik) oleh Unit Pelaksana Pengaturan Beban (UP2B) Medan.
Asisten Manajer Bagian Operasi Sistem Sumbagut, Aimanuddin Bilad menjelaskan, pusat kontrol pengaturan beban di UP2B Medan bekerja 24 jam nonstop. Dari sini akan terpantau ‘naik turun’ arus listrik di Sumbagut, termasuk Aceh dan memastikan kestabilan dan kehandalannya.
“Kami mengatur bebanya dan dimonitor secara terus menerus dengan teknologi berbasis digital. Dari sini pula akan terlihat bagaimana pergerakan beban hingga ke titik-titik terjauh. Semua unit terintegrasi sehingga memudahkan penanganan kalau terjadi gangguan,” kata Bilad.
Menurut Bilad, di UP2B Medan dibagi dua sub-sistem, yaitu Aceh dan Sumut. Khusus Sumut dibagi lagi menjadi dua sub-sistem yaitu Medan dan Siantar. Dengan sistem itu lebih mudah mengatur beban kalau ada pemeliharaan di Aceh atau di Sumut.
“Tahun 2027 nanti Aceh akan tersambung dengan sistem Siantar sehingga kelistrikan Aceh akan lebih handal. Kalau sebelumnya Aceh selalu kekurangan sekarang surplus,” ujar Bilad dibenarkan GM PLN UID Aceh.
Selain mendengarkan pemaparan, rombongan wartawan juga juga diberi kesempatan melihat secara langsung ruang kontrol UP2B dengan penerapan teknologi tinggi, termasuk papan-papan panel digital yang memperlihatkan secara detail kondisi perjalanan arus dan fluktuasi beban di seluruh wilayah pelayanan.
Gas mengalir sampai jauh
Dari UP2B Medan, rombongan wartawan bergerak ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Sicanang, Belawan.
PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Belawan terletak di dalam sebuah pulau yang bernama Naga Putri dengan luas wilayah 47 hektare berada dalam wilayah Desa Pulau Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, berjarak sekitar 24 kilometer utara Kota Medan.
Pembangkit ini dibangun tahun 1983 dan mulai berproduksi pada tahun 1984 dengan kapasitas awal 130 MW. Saat ini sudah berkembang menjadi 1.156,3 MW yang terdiri dari 4 unit PLTU, 2 Unit Blok PLTGU, dan 5 Unit PLTG.
PLTGU Sektor Pembangkitan Belawan merupakan salah satu pembangkit terbesar di Sumbagut dengan kapasitas daya mampu sekitar 730 MW. PLTGU Belawan merupakan pemasok utama kelistrikan atau sebanding dengan sekitar 37% kebutuhan listrik Sumbagut dan merupakan salah satu obyek vital nasional.
Sebagai pembangkit yang tergantung dengan bahan bakar gas, kebutuhan gas PLTGU Belawan dipasok dari Aceh tepatnya dari PT Perta Arun Gas (PAG) di Arun, Lhokseumawe dengan panjang pipa sekitar 360 kilometer.
Di PLTGU Belawan, rombongan wartawan juga diberi kesempatan melihat ruang kontrol pembangkit dipandu oleh Team Leader Perencanaan & Pengendalian Operasi PLN Nusantara Power UPDK Belawan, Fajri Wiryananda. Sedangkan pemaparan secara umum tentang kondisi terkini pembangkit disampaikan langsung oleh Senior Manager Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan (UPDK) PLTGU Belawan, Harmanto.
Peninjauan ke PLTU Belawan menjadi ending Media Gathering PLN Aceh. Ketua PWI Aceh, Nasir Nurdin yang didapuk untuk menyampaikan kesan dan pesannya mengatakan kesempatan ini secara langsung telah memberikan pemahaman dan edukasi tentang sistem kelistrikan dan berbagai upaya yang dilakukan PLN untuk memastikan kehandalannya hingga ke konsumen.
“Masyarakat hanya berharap listrik tidak mati, dan kalau pun terpaksa mati tentu ada solusi secepatnya termasuk membuka akses ke masyarakat tentang penyebab dan berapa lama listrik akan nyala lagi. Alhamdulillah, kebiasaan listrik mati jelang Ramadhan sudah tak ada lagi sejak beberapa tahun terakhir, semoga citra buruk masa lalu tidak terulang, apalagi di Aceh,” kata Nasir Nurdin.[]