PORTALNUSA.com | SABANG – Pj Wali Kota Sabang Reza Fahlevi bersama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), menebar 24 ribu bibit lele di Gampong Paya Seunara, Senin, 5 Februari 2024.
Budidaya ikan lele yang dikombinasikan dengan metode bioflok ini, merupakan program dari Gampong Paya Seunara sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan, dengan menggunakan dana desa.
“Hari ini kami meninjau program Gampong Paya Seunara untuk ketahanan pangan, dengan menggunakan dana gampong. Gampong Paya Seunara hari ini membuat program bioflok lele, ada sebanyak 24 ribu bibit yang sudah di tebar,” kata Pj Wali Kota Sabang, di Gampong Paya Seunara.
Lebih lanjut dikatakan, Pemerintah Kota Sabang sangat mendukung program ini, karena selain menjaga ketahanan pangan, juga berdampak positif pada pengendalian inflasi daerah. Sehingga dapat mengurangi ketergantungan Sabang terhadap pasokan pangan yang selama ini didatangkan dari daratan.
“Jadi secara bertahap kita bisa membangun stok pangan secara lebih mandiri, sehingga harganya pun lebih stabil dan dapat menekan inflasi,” jelasnya
Sementara untuk pemasaran, disebutkan bahwa berdasarkan survei ataupun analisa secara sederhana yang dilakukan masyarakat dan Gapoktan Paya Seunara, hasil dari budidaya ini akan difokuskan untuk meningkatkan usaha masyarakat di Kota Sabang.
“Ada rumah makan, ada makanan-makanan yang terbuat dari olahan lele. Kalau stoknya mencukupi dan harganya cocok, tidak menutup kemungkinan kita juga bisa memasarkan ikan maupun produk olahannya ke luar Sabang. Tapi untuk sementara ini kita fokus dulu di Sabang,” jelasnya.
Pj Wali Kota Sabang berharap Gapoktan Paya Seunara dapat memelihara, merawat, dan mampu mengembangkan bibit tersebut dengan baik, sehingga hasilnya nanti bisa memberikan manfaat bagi perekonomian rumah tangga mereka.
Ketua Gapoktan Paya Seunara, Edi Kusnandar mengatakan tujuan utama budidaya lele ini adalah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Dijelaskan, sistem bioflok adalah metode budidaya dengan memanfaatkan mikroorganisme berupa probiotik untuk mengurai bahan organik dari limbah yang dihasilkan. Sistem itu juga memanfaatkan kolam dengan spesifikasi tertentu dan sejumlah teknologi lain.
“Dengan menggunakan metode bioflok, maka 24 ribu bibit biasanya akan panen dalam waktu 3 bulan,” kata Edi Kusnandar. []