‘WARNING’ yang disampaikan Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA), Safaruddin, SH, MH bahwa Pj Gubernur Aceh perlu secepatnya melakukan langkah kongkrit mengatasi ancaman burung terhadap keselamatan penerbangan di Bandar SIM, mengingatkan kita pada tragedi bird strike yang telah merenggut ratusan nyawa di dunia penerbangan.
Bird strike adalah tabrakan antara burung dan pesawat yang sedang terbang. Biasanya tragedi itu terjadi saat pesawat lepas landas (take off) atau mendarat (landing).
Dikutip Portalnusa.com dari laman www.skybrary.aero, bird strike yang terjadi pada pesawat dapat berakibat pada struktur badan pesawat maupun pada mesin pesawat itu sendiri, khususnya pada bagian mesin jet pesawat.
Bila burung terkena mesin pesawat, mesin akan kehilangan daya dorong dan burung akan terbawa ke intake udara mesin. Hal tersebut akan berakibat fatal dan memungkinkan terjadinya kecelakaan fatal.
Kegagalan mesin pesawat bisa terjadi pada sebagian maupun keseluruhan. Hilangnya fungsi instrumen penerbangan tersebut terjadi karena adanya efek benturan pada sistem Pilot Static System yang dapat membuat kerusakan pada pembacaan instrumen dependen pesawat.
Kegagalan mesin secara keseluruhan maupun sebagian atau hanya pada satu mesin saja akan sangat mempengaruhi pesawat. Bila bird strike terjadi pada lebih dari satu mesin, maka pesawat rentan kehilangan kontrol.
Biasanya pada kasus tersebut, bird strike terjadi karena adanya sekawanan burung berukuran sedang atau sekelompok burung dengan ukuran kecil namun dalam jumlah banyak.
Menurut peneliti Inggris dan Kanada, tabrakan burung dan pesawat telah dikaitkan dengan lebih dari 106 kematian warga sipil selama dua dekade terakhir. Diperkirakan kejadian ini menyebabkan kerusakan sekitar 1,2 miliar dolar atau sekitar Rp 17.357.520.000 per tahun.
Salah satu kasus serangan burung yang mendapat banyak perhatian adalah kasus Airbus A320 yang ditabrak kawanan burung pada 15 Januari 2009, setelah lepas landas dari Bandara LaGuardia, New York, Amerika Serikat.
Pesawat itu pun juga melakukan keajaiban di Sungai Hudson. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, sehingga ini dikenal sebagai ‘miracle on the Hudson’ atau ‘keajaiban di atas (Sungai) Hudson’.
Kasus serangan burung mematikan juga terjadi di Boston pada 1960. Dilaporkan dari Langley Advance Times, sebuah Lockheed L-188 Electra terbang melewati kawanan besar 120 burung jalak setelah lepas landas.
Ini menyebabkan keempat mesin pesawat mati sebelum menabrak pelabuhan Boston. Akibatnya, 62 dari 72 penumpang pesawat tewas dalam kecelakaan itu.
Kasus bird strike lainnya terjadi pada 10 Desember 1969. Sebuah pesawat Ilyushin IL-14P yang dioperasikan oleh Aeroflot/Georgia jatuh sekitar empat menit setelah lepas landas. Semua dari 17 orang di dalamnya tewas. Kecelakaan itu terjadi sekitar 1.150 kaki di atas permukaan laut.
Laporan berikutnya mengungkap ragedi akibat pesawat bertabrakan dengan sekawanan besar burung terjadi 23 November 1962 ketika sebuah pesawat Vickers 745D Viscount, United Airlines penerbangan 297, lepas landas dari Newark, New Jersey menuju ke Washington, D.C.
Sayang, saat berada di udara, pesawat dihadapkan pada sekawanan angsa tundra. Meski hewan ini merupakan jenis angsa terkecil tapi cukup untuk menjatuhkan pesawat komersial.
Badan pesawat akhirnya jatuh ke tanah dari ketinggian sekitar 6 ribu kaki. Pesawat itu jatuh 10 mil (16 km) barat daya Baltimore dan meledak. Semua orang yang berada di dalam pesawat, terdiri 13 penumpang dan 4 kru terbunuh.
Peristiwa lainnya terjadi Pada 15 September 1988. Sebuah Boeing 737-260 milik Ethiopian Airlines menabrak sekawanan merpati. Saat itu, pesawat berada pada kecepatan 146 knot, dan ketinggian 5.730 kaki di atas permukaan laut. Laporan awal mengatakan 31 dari 102 orang di dalamnya tewas.[]