JUMAT sore, 17 Mei 2024, para pimpinan media bersama ketua asosiasi wartawan dan perusahaan pers memenuhi undangan silaturahmi dari Regional CEO BSI Aceh, Wachjono. Undangan ini dirasa istimewa karena bagi sebagian kami ini adalah pertemuan perdana dengan sosok bankir yang dilantik sebagai Regional CEO BSI Aceh menggantikan Wisnu Sunandar pada 1 Mei 2024. Kecuali ingin berbincang langsung dengan Wachjono, juga ada dorongan lain; ingin merasakan sensasi di dalam gedung berlantai 10 (8 menjulang ke atas dan dua di bawah tanah) yang diresmikan (soft launching) pada 18 Maret 2024. “Kita masih menunggu kesempatan Pak Wapres RI yang akan hadir pada grand launching, insya Allah bisa bulan ini juga,” kata Wachjono didampingi Saiful Musadir selaku Institutional Banking and Government Relationship (IBGR) Deputy BSI Aceh dan Head of Stakeholder Management & Media Relation Region Office Aceh, Dian Budi Wijaksono kepada tamunya, termasuk Ketua PWI Aceh, Nasir Nurdin yang juga Pemred Portalnusa.com pada pertemuan sekitar satu jam di lantai 5 gedung yang dibangun dengan dana Rp 325 miliar di Jalan Tgk H Daud Beureu-eh, Banda Aceh.
Di awal pertemuan, Wachjono memperkenalkan diri, baik pribadi, keluarga maupun tugasnya sebagai profesional di perbankan.
Wachjono sendiri sebenarnya bukan orang baru di Aceh. Dia sudah berkarier di daerah ini sejak dua tahun pascatsunami dan selanjutnya keliling ke berbagai wilayah Indonesia dan kini kembali lagi ke Serambi Mekah dengan jabatan Regional CEO BSI Aceh.
“Teurimong geunaseh,” ujar Wachjono setiap kali mengapresiasi perbincangan dengan awak media untuk membuktikan bahwa dirinya sudah bisa berbahasa Aceh bacut-bacut (sedikit-sedikit).
Sebelum kami diterima di ruang pertemuan RCEO di lantai 5—di sisi depan yang menghadap langsung ke Jalan Tgk Daud Beureu-eh) terlebih dahulu kami singgah di lantai tiga, tepatnya di Masjid Landmark BRI. Sebagian dari kami yang datang tepat waktu ashar, langsung shalat berjamaah di masjid yang mewah itu.
“Masjid ini tidak dibuka untuk umum tetapi khusus untuk nasabah dan karyawan. Hampir seluruh areal lantai 3 digunakan untuk kepentingan masjid,” kata Head of Stakeholder Management & Media Relation Region Office Aceh, Dian Budi Wijaksono yang menunggu kami sejak di lobi gedung.
Usai shalat, kami menunggu waktu pertemuan dengan RCEO BSI Aceh di ruang tunggu lantai 5. Kursi dan meja ruang tunggu di sini diatur tidak lebih lima orang sehingga ada beberapa ‘kelompok’ terpisah dalam satu areal.
Pengelompokan seperti itu bukan tanpa alasan. “Biar tamu-tamu kami lebih leluasa berbicara, terkadang ada hal-hal sifanya privasi. Tetapi secara keseluruhan ruang tunggu ini steril, hanya untuk tamu R-CEO,” ujar Dian.
Selain berbincang santai di ruang tunggu, sebagian dari kami ‘menyisir’ semua bagian gedung terutama yang bisa menghadirkan view Kota Banda Aceh dari ketinggian.
Benar saja, dari lantai lima itu kami bisa menatap ke berbagai penjuru kota, melihat berbagai fasilitas publik dan permukiman di sekitar Gedung Landmark BSI Aceh.
“Permukiman di sekitar gedung ini lumayan bagus, tidak terlihat kumuh,” ujar seorang pimpinan media sambil menunjuk hamparan permukiman di bawah sana, di bagian belakang gedung.
Dian juga menjelaskan, material yang digunakan untuk gedung itu, seperti granit/marmar lantai dan dinding merupakan perpaduan produk Eropa dan Asia. Sedangkan ddari dalam negeri, sebagian didatangkan dari Jawa Barat. Mengenai sistem IT gedung, serba canggih dan full digital, terintegrasi ke semua unit, baik internal maupun eksternal.
“Kami berusaha menghadirkan sesuatu yang istimewa untuk Aceh sebagai apresiasi kami atas dukungan masyarakat di provinsi ini,” lanjut Dian tentang gedung termegah dan untuk sementara ini menjadi gedung tertinggi di Kota Banda Aceh.
Pro-syariah
Dalam bincang interaktif dengan pimpinan media dan asosiasi wartawan yang berlangsung dari pukul 17.00 hingga 18.00 WIB, Wachjono mengisahkan perjalanan kariernya sebagai orang bank yang sempat merasa gelisah ketika masih bergabung di bank konvensional dan kini dirinya adalah ‘mualaf’ di bank syariah.
“Sebagai seorang mualaf tentu saja saya akan terus komit untuk pelayanan bank syariah yang tentu saja dengan melibatkan ahlinya. Saya merasa sangat nyaman diberi kesempatan kembali ke Aceh,” ujar Wachjono.
Wachjono menyatakan siap membangun perekonomian Aceh melalui perbankan dan terus memperkuat sistem perbankan syariah, baik SDM maupun layanan IT agar benar-benar bisa memanjakan nasabahnya.
“Kami terus memperkuat layanan IT termasuk persiapan menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut yang kami yakini akan terjadi ledakan penggunaan berbagai produk layanan BSI berbasis digital. Kami senang bisa bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk rekan-rekan media,” ujar mantan Regional CEO BSI Palembang ini.
Wachjono juga memaparkan jumlah unduhan aplikasi BSI Mobile yang sudah mencapai 1 juta pengguna di Aceh.
Layanan ATM juga ditambah 300 sehingga menjadi total 1.000 ATM yang tersebar di berbagai wilayah Aceh dan ini menjadi bukti komitmen BSI untuk terus meningkatkan pelayanan termsuk dukungan untuk suksesnya PON 2024.
“Penguatan IT menjadi salah satu program kerja prioritas kami,” katanya.
Diakui Wachjono, ada tantangan tersendiri dalam pelayanan perbankan di Aceh yang yang memberlakukan syariat Islam dan Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Akan tetapi tantangan itu terasa mudah karena adanya dukungan masyarakat yang memang mengharapkan pelayanan secara syariat Islam.
“Tanpa dukungan masyarakat dan Pemerintah Aceh—terutama kalangan ulama—sulit bagi kami untuk operasional di Aceh termasuk membangun gedung yang megah ini. Insya Allah Pak Wapres RI akan hadir pada grand launching dalam waktu dekat ini,” demikian Regional CEO BSI Aceh, Wachjono.
Di akhir pertemuan, kami dapat kesempatan office tour hingga ke lantai 8 gedung dan menatap betapa indahnya Kota Banda Aceh, kota tua warisan indatu yang menyimpan berbagai pesona dan kekayaan sejarah. Gedung Landmark BSI Aceh kini melengkapi pesona itu.[]