BA’DA ashar di penanggalan 31 Mei 2024, Pengurus PWI Aceh termasuk beberapa anggota ngumpul di halaman Kantor Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA), Jalan Cot Bak U, Nomor 19, Gampong Batoh, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh. “Kami hadir memenuhi undangan YARA untuk diskusi bertajuk Afternoon Tea,” kata Ketua PWI Aceh, Nasir Nurdin kepada Meylida Abdani dari Portalnusa.com
Ketua YARA, Safaruddin membuka pertemuan out door tersebut dengan kata sambutan dan penghormatan kepada Ketua PWI Aceh bersama jajaran, Pengurus YARA Pusat dan beberapa pengurus kabupaten/kota di antaranya, YARA Sabang, YARA Bireuen, dan YARA Banda Aceh.
Pria yang akrab disapa Safar tersebut mengatakan, bincang santai YARA-PWI Aceh dilakukan sebagai bagian penguatan kedua organisasi, baik untuk peningkatan kapasitas lembaga maupun anggota.
“Acara ini kita beri nama Afternoon Tea sebagai simbol kehangatan, santai, dan apa adanya. Meski bertajuk minum teh tetapi kami juga menyediakan kopi dan berbagai makanan ringan termasuk mie caluek yang bisa diambil sendiri di kios YARA,” ujar Safar sambil menunjuk ke kios di sisi gerbang masuk Markas YARA. Seorang perempuan muda tampak ramah melayani tamu-tamunya pada sore itu.
Ketua YARA menjelaskan, pertemuan dibarengi diskusi santai seperti ini akan berlanjut dengan berbagai lembaga mitra lainnya. Tujuannya untuk ikut mewarnai bahkan kalau bisa memberikan solusi bagi kepentingan daerah ini.
“Terima kasih atas kehadiran kawan-kawan dari PWI Aceh pada Afternoon Tea sore hari ini. Insya Allah ke depan kita jadwalkan lagi pertemuan serupa, misalnya di Markas PWI,” kata Safaruddin.
Ketua PWI Aceh, Nasir Nurdin mengapresiasi gagasan YARA melakukan pertemuan lintas lembaga sambil mendiskusikan berbagai isu kekinian di Aceh dan Indonesia, bahkan isu global yang perlu dicermati.
“PWI Aceh secara berkala juga aktif melakukan diskusi atau FGD untuk menyikapi berbagai isu yang menyedot perhatian publik. Tahun lalu, ketika isu bank konven dan bank syariah menjadi perdebatan masyarakat kami juga hadir menyikapi isu itu. Baru-baru ini kami melaksanakan FGD menghadirkan tiga Guru Besar USK untuk mencari tahu bagaimana idealnya sosok pemimpin Aceh ke depan,” kata Nasir Nurdin.
Menurut Nasir, bukan pekerjaan gampang untuk mencari ide dan mengaplikasikan dalam suatu program, seperti yang dilaksanakan YARA.
“Kita jangan pernah kehabisan ide, sebab jika kita sudah kering ide akan sangat berbahaya untuk kelanjutan organisasi. Nah, apa yang dilakukan YARA merupakan bagian untuk menambah energi organisasi biar nyala terus,” ujar Nasir Nurdin.
Nasir juga mengingatkan, pada 20 September 2023 YARA dan PWI Aceh telah menandatangani MoU tentang Pemberian Bantuan dan Pendidikan Hukum.
“Jadi diskusi yang kita lakukan hari ini juga tidak lepas dengan apa yang telah kita sepakati yaitu untuk saling menguatkan fungsi masing-masing lembaga melalui edukasi, bantuan hukum, dan publikasi,” kata Nasir.
Menurut Nasir, selama ini YARA telah menjadi salah satu mitra strategis wartawan untuk menjangkau isu-isu yang terkadang masih sangat prematur dan sensitif.
“Wartawan memiliki keterbatasan untuk menggali isu yang sangat beragam. Di sisi lain kita tak ingin kehilangan isu yang perlu diketahui secepatnya oleh masyarakat. YARA sering tampil mengangkat isu yang masih terselubung untuk dikemas lebih lanjut oleh wartawan. Kalau dalam bahasa saya, YARA bukan hanya layak sumber tapi sekaligus bumper bagi wartawan,” tandas Nasir sambil berharap kemitraan wartawan dengan YARA bisa semakin kuat.
Diskusi perdana bertajuk Afternoon Tea yang berlangsung antara YARA dengan PWI sore itu telah memantik berbagai isu yang ditanggapi secara beragam.
Terkait maraknya demo penolakan revisi UU Penyiaran yang sedang digodok oleh DPR, secara tegas ditolak oleh peserta diskusi.
Cuma, kata Ketua PWI Aceh, wartawan diharapkan tidak hanya pintar menolak upaya melumpuhkan produk undang-undang terkait kepentingan pers. Idealnya, dengan modal undang-undang (jaminan bagi wartawan untuk menjalankan profesinya), bisa lebih aktif membuat laporan eksklusive-investigative yang tujuannya untuk membongkar setiap kejahatan terhadap publik.
“Banyak kejahatan terhadap publik yang hanya tercium tetapi tidak teraba. Dalam kondisi seperti itu wartawan dituntut untuk bisa membongkarnya dan sekaligus menjawab hak-hak publik untuk tahu,” tandas Nasir Nurdin dibenarkan Iranda Novandi, Penasihat PWI Aceh Besar yang merupakan salah seorang penguji kompetensi wartawan.
Diskusi juga sempat menyerempet berbagai kasus hukum baik skala lokal maupun nasional. Juga tak ketinggalan isu dan fenomena politik lokal menjelang Pilkada 2024, di mana pemimpin Partai Aceh (PA) Muzakir Manaf dikerubungi kader partai nasional (parnas) yang sangat berahi untuk digandeng sebagai wakil oleh Mualem pada Pilgub 2024.
“Ya, Mualem selaku pemimpin partai pemenang pemilu di Aceh sangat berpeluang untuk menjadi Gubernur Aceh peridoe 2024-2029. Makanya tak sedikit kader parnas yang menyandarkan peruntungan kepada beliau. Fenomena loyonya parnas di Aceh bisa kita angkat dalam diskusi berikutnya,” kata Nasir diamini Safaruddin.
Berbasis publikasi
Ketua YARA. Safaruddin mengucapkan terima kasih atas respons media terkait berbagai informasi yang dirilis YARA selama ini.
Menurutnya, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, YARA akan selalu terbuka dengan masyarakat. Artinya, apapun yang dilakukan YARA harus diketahui oleh masyarakat.
“Agar masyarakat tahu apa yang dilakukan YARA bersama jajarannya di seluruh Aceh, kami menggandeng media sebagai mitra strategis. Setiap hari kami mengirim siaran pers (rilis) ke media, terkadang jumlahnya di atas rata-rata sehingga harus ditunda,” ungkap Safar.
Ketua YARA juga berharap MoU yang telah disepakati dengan PWI Aceh bisa terus diperluas hingga menjangkau PWI dan YARA di Kabupaten/Kota.
Harapan tersebut disampaikan antara lain oleh Zubir selaku Ketua YARA Kabupaten Bireuen.
“Kami berharap YARA dan PWI Bireuen bisa juga membuat kesepahaman bersama untuk terikat dalam satu kerja sama saling menguntungkan,” kata Zubir. Harapan itu ditanggapi positif oleh Nasir Nurdin dan Safaruddin.
Afternoon Tea di Markas YARA juga dihadiri anggota PWI Aceh yang merupakan Pengurus Koperasi Tinta Emas Aceh (Koperasi PWI Aceh).
Pihak YARA terlibat dalam proses pendampingan ketika pengurusan berbagai perizinan dan Badan Hukum Koperasi Tinta Emas Aceh dan berkomitmen untuk menjadi mitra usaha.
Ketua Koperasi Tinta Emas Aceh, H. Nurdin Syam didampingi Sekretaris Sadhali dan Bendahara Dian Fatayati mengatakan, semua kelengkapan administrasi, akta, dan perizinan (termasuk Badan Hukum) sudah selesai.
“Rekrutmen anggota baik internal maupun eksternal terus kami lakukan. Sedangkan kegiatan usaha masih tertunda sambil menunggu renovasi tempat usaha di samping Kantor PWI Aceh,” lapor Nurdin Syam sambil berharap YARA bisa terus menjadi mitra dalam kegiatan Koperasi Tinta Emas Aceh nantinya.[]