Oleh: Puadi Safria, S.Sos/Sekretaris PWI Aceh Barat untuk Portalnusa.com
PENUTUPAN banyak stasiun radio swasta dan komunitas di Aceh dalam lima tahun terakhir menandakan sebuah krisis yang mendalam di dunia penyiaran lokal.
Semangat penyiaran TV dan radio dalam konteks kearifan lokal Aceh yang rendah semakin memperparah situasi ini.
Di tengah gempuran era digital, media tradisional seperti radio dan TV tetap memiliki peran yang tak tergantikan sebagai sabuk pengaman informasi, terutama di saat jaringan internet dan telekomunikasi terganggu.
Saat ini, DPRA tengah memilih Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh yang baru. Pemilihan ini menjadi harapan besar bagi masyarakat Aceh, agar terpilih komisioner yang memiliki kemampuan untuk membenahi dan membangun kembali dunia penyiaran di Aceh.
KPI Aceh diharapkan mampu menghidupkan kembali semangat penyiaran dengan memperkuat konten-konten yang mengedepankan kearifan lokal. Tidak dapat dipungkiri, Pemerintah Aceh dan DPRA juga memiliki tanggung jawab besar atas kondisi ini.
Penutupan banyak stasiun radio swasta dan komunitas merupakan sebuah alarm bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah strategis. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan mengimplementasikan program Pemerintah Aceh yang memanfaatkan media penyiaran untuk promosi kegiatan pemerintahan.
Selain itu, penyediaan anggaran pembinaan bagi radio yang masih bertahan sangat diperlukan untuk memastikan keberlangsungan mereka.
Radio dan TV memiliki peran vital dalam menyebarkan informasi yang cepat dan tepat, terutama dalam situasi darurat atau bencana. Mereka juga menjadi media yang efektif dalam melestarikan kearifan lokal, seperti program hikayat Aceh dan penampilan tradisi-tradisi Aceh.
Penyiaran mars Aceh dan konten-konten yang mengangkat budaya lokal dapat terus menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Aceh. Dukungan penuh dari Pemerintah Aceh dan DPRA sangat diharapkan untuk mengatasi krisis ini.
Melalui regulasi yang berpihak pada keberlangsungan penyiaran lokal dan dukungan finansial yang memadai, dunia penyiaran di Aceh dapat kembali hidup dan berkembang.
Dengan Komisioner KPI Aceh yang baru, semangat dan inovasi dalam penyiaran diharapkan dapat tumbuh, memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan budaya Aceh. Marilah kita bersama-sama membangun kembali semangat dunia penyiaran di Aceh, demi masa depan yang lebih baik bagi masyarakat dan budaya kita. Dengan sinergi antara pemerintah, penyiaran lokal, dan masyarakat, kita dapat menghidupkan kembali semangat dan nilai-nilai yang menjadikan Aceh unik dan berharga.[]