OPINI  

Tumpahan CPO di Geurutee, Pembiaran Risiko

Imran

Oleh Imran, SE., M.S.M

DUA hari lalu, tepatnya 14 Agustus 2024, truk pengangkut minyak mentah sawit atau crude palm oil (CPO) terbalik akibat pecah ban di Jalan Nasional Banda Aceh-Meulaboh, Km 61, pegunungan Geurutee, Kabupaten Aceh Jaya.



Dampak kecelakaan tersebut memunculkan risiko yang begitu parah terhadap kelancaran transportasi darat di jalur vital tersebut. Terjadi antrean panjang dari kedua arah. Mobilisasi orang dan barang macet total.

Direktorat Lalu Lintas Polda Aceh menutup sementara jalan di pegunungan tersebut sambil dilakukan evakuasi terhadap truk yang kecelakaan dan juga pembersihan tumpahan CPO yang sangat rawan menimbulkan kecelakaan.

Penutupan jalur dilakukan dari kedua arah. Dari arah Banda Aceh semua kendaraan dihentikan di kawasan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar sedangkan dari arah Meulaboh, kendaraan distop di Lamno, Kabupaten Aceh Jaya.

Kecelakaan itu sendiri terjadi Rabu pagi, 14 Agustus 2024 sekitar pukul 07.30 WIB.

Catatan penulis, tumpahan CPO di Jalan Nasional Banda Aceh-Meulaboh bukan yang pertama ini terjadi tetapi sudah berulang-ulang di tiga pegunungan di lintasan tersebut—Paro, Kulu, Geurutee.

Jalan di ketiga pegunungan tersebut juga sangat rentan gangguan, misalnya akibat longsor, tumbang pohon, runtuhan batu, terjangan air bah, atau gangguan non-alam seperti kecelakaan maupun tumpahan CPO.

Khusus di lintasan Gunung Geurutee, jalurnya juga sangat berisiko. Selain sempit juga ada ancaman runtuhan batu cadas atau risiko terjun ke jurang yang sangat dalam.

Mengingat berisikonya jalur tersebut maka kehati-hatian pengguna jalan adalah suatu keniscayaan. Begitu juga pengusaha angkutan yang menggunakan armada besar (bertonase tinggi) seperti truk CPO, diharapkan ekstra hati-hati bahkan disarankan untuk mencari solusi lain dalam mobilisasi CPO.

Semua pihak diharapkan bertanggungjawab untuk menjadikan jalan Gunung Geurutee bebas dari transportasi dengan tonase berlebih.

Mungkin bisa dipikirkan untuk menjadikan jalur laut sebagai solusi. Apalagi di Calang, Kabupaten Aceh Jaya telah memiliki Pelabuhan Laut yang sangat layak untuk berbagai labuh tambat. Seharusnya pengusaha CPO dapat memanfaatkan keberadaan pelabuhan tersebut. Secara biaya pun sangat hemat daripada membawa puluhan truk CPO lalu lalang melintasi Gunung Gurute yang pasti sangat berisiko.

Sebagai bentuk mitigasi dalam pengurangan risiko di perjalanan, sudah saatnya semua pihak memikirkan untuk mencari alternatif demi keselamatan dan kelancaran arus transportasi di jalur barat-selatan Aceh, terutama di pegunungan Geurutee dan dua gunung lainnya, Kulu dan Paro. Pengurangan risiko harus menjadi prioritas, termasuk oleh pengusaha angkutan.[]

  • Penulis adalah aktivis pengurangan risiko bencana