Selamat Jalan Tu Sop, Guru Terbaik Kami

Foto kenangan bersama Tgk H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop) ketika menjadi penceramah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1443 H di Kantor PWI Aceh, Banda Aceh, Rabu, 21 Desember 2022. (Dok PWI Aceh)

ACEH kehilangan lagi seorang ulama kharismatik. Kali ini yang dipanggil menghadap Allah SWT adalah Tgk. H. Muhammad Yusuf bin A. Wahab yang lebih dikenal dengan panggilan Tu Sop.

Tu Sop berpulang ke rahmatullah di salah satu rumah sakit di Jakarta, Sabtu, 7 September 2004. Duka menyelimuti Aceh diiringi doa semoga arwah almarhum ditempatkan pada tempat terbaik di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan tabah menghadapi cobaan ini.



Di sela untaian doa dan kesedihan yang mendalam, Portalnusa.com merangkum beberapa catatan tentang sosok Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab, yang salah satunya mengutip ‘Buku Paradigma Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb, karangan Dr. Teuku Zulkhairi.’

Juga ada sekilas catatan tentang majunya Tu Sop ke panggung politik, seperti sebagai Cabup Bireuen pada Pilkada Bireuen 2016 berpasangan dengan dr. Purnama. Kemudian pada Pilkada Aceh 2024, Cagub Bustami Hamzah menggandeng Tusop sebagai Cawagub. Namun, takdir berkehendak lain, sebelum semua rencana itu terlaksana, Allah SWT telah memanggil sosok ulama yang juga dikenal dekat dengan kalangan wartawan tersebut. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

                                                                          ***

Dalam ‘Buku Paradigma Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb, karangan Dr. Teuku Zulkhairi’ ditulis, Tu Sop selain memimpin Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen, juga Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), sebuah organisasi yang menaungi ulama-ulama dayah Salafiyah (tradisional) di Aceh.

Baca: Tu Sop Tutup Usia

Tu Sop dilahirkan di Desa Blang Me Barat, Kecamatan Jeunieb, Bireuen pada 1964 dari pasangan Tgk H. Abdul Wahab bin Hasballah dan Hj. Zainab binti Muhammad Shaleh.

Sang ayah, Tgk H. Abdul Wahab bin Hasballah juga merupakan salah satu ulama Aceh yang dikenal sebagai tokoh dayah yang banyak memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan Bireuen.

Tu Sop memiliki empat bersaudara, yaitu Hj. Hasanah (istri pimpinan Dayah Asasul Islamiah, Peureulak), Tgk H.M. Hasan A. Wahab (pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Putri, Jeunieb), dan Hj. Halimah (istri pimpinan Dayah Darussalamah Al-Aziziyah, Jeunieb).

Pendidikan formal Tu Sop dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Jeunieb pada tahun 1970. Setelah menamatkannya pada tahun 1976, ia melanjutkan pendidikan menengah pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Jeunieb.

Riwayat pendidikan Tu Sop cukup menarik. Dari santri dayah belajar hingga ke para Syech di Mekkah Al-Mukarramah, Saudi Arabia.

Ceritanya berawal bersamaan dengan belajar di SMP Jeunieb, Tu Sop juga aktif belajar pengetahuan dasar Islam di Dayah Darul Atiq Putra Jeunieb.

Setelah menyelesaikan sekolah menengahnya pada tahun 1980, Tu Sop masuk ke Dayah MUDI Mesra, Mideun Jok, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen.

Di Dayah MUDI Mesra, belajar pada banyak guru dan pada 1985, sambil belajar, Tu Sop mulai mengajar di dayah tersebut.

Setelah beberapa lama belajar dan mengajar di dayah pimpinan ulama kharismatik, Abon Samalanga tersebut, selanjutnya pada 1993 Tu Sop berangkat ke Mekkah Al-Mukarramah  memperdalam ilmu agama selama empat tahun kepada ulama terkenal yang mengajar di Masjidil Haram.

Di sana, Tu Sop belajar pada Syech Sayed Muhammad Ali, seorang ulama sufi Mekkah bermazhab Maliki, selama empat tahun.

Pada tahun 1997 pulang dari Mekkah dan kembali mengabdi di Dayah MUDI Mesra. Pada pertengahan tahun 2001 Tu Sop secara resmi memimpin Dayah Babussalam Al-Aziziyah, Kecamatan Jeunieb, Bireuen.

Kepemimpinan Tu Sop di dayah ini untuk melanjutkan kepemimpinan ayahandanya yang saat itu ingin memfokuskan diri pada dayah Babussalam Putri yang tidak berjauhan dari kompleks dayah Babussalam Al-Aziziyah (Putra).

Selain menjabat sebagai Ketua HUDA dan memimpin secara aktif Dayah Babussalam Al-Aziziyah di Jeuneib, Tu Sop juga tercatat sebagai Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) yang fokus pada gerakan sosial, antara lain membangun rumah duafa yang saat ini telah dibangun mencapai 65 unit rumah layak huni bagi kaum duafa di seluruh Aceh.

Meskipun jumlahnya belum terlalu banyak, tapi gerakan ini terus membesar dan menjadi solusi atas segudang persoalan kemiskinan yang dihadapi masyarakat Aceh. Gerakan ini akan menemani gerakan sosial lainnya yang lebih duluan muncul dalam kerangka “berlomba-lomba dalam kebaikan”, sesuai visi Tu Sop.

Proses pembangunan rumah duafa ini dilakukan dengan cara mengumpulkan donasi dari para jamaah pengajiannya. Selain itu, donasinya juga dikumpulkan oleh para relawan BMU yang tergabung dalam Gerakan Peduli Ummat (GPU) dari para dermawan lainnya.

GPU sendiri diketuai oleh Murthala sedangkan BMU diketuai oleh ulama muda yang akrab disapa Abiya Rauhul.

Sebagai Imam Besar di BMU, Tu Sop menjadi tokoh sentral yang berperan sebagai penggerak roda organisasi sosial ini. Beliau mendorong dan memotivasi para relawan untuk terus menerus melakukan gerakan sosial mengumpulkan donasi untuk membangun rumah duafa.

Dalam bidang keagamaan, Tu Sop aktif mengisi pengajian di berbagai tempat, lintas kabupaten bahkan provinsi. Tu Sop tidak jarang juga diundang oleh masyarakat Aceh di Pulau Jawa dan Malaysia untuk mengisi pengajian dan memberikan tausyiah-tausyiah agama Islam, baik pengajian dengan afiliasi Majelis Tastafi, Sirul Mubtadin, atau dengan nama-nama yang lain.

Tu Sop juga diundang mengisi pengajian majelis Jama’ah Tabligh dan pengajian organisasi Hidayatullah yang merupakan organisasi keagaman berbasis nasional.

                                                                              ***

Di kalangan wartawan, sosok Tu Sop bukan orang asing. Tu Sop sering diundang mengisi tausyiah di organisasi kewartawanan seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh dan PWI Kabupaten/Kota di Aceh.

Pada peringatan Hari Pers Nasional (HPN) ke-75 tahun 2022, Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab mendapat penghargaan dari PWI Aceh sebagai ‘Tokoh Berprestasi’ karena dalam kesehariannya sosok ulama yang pernah mondok di Madinah ini memiliki cara berdakwah yang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Selamat jalan guru kami. Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik di sisi-Nya.[]