PORTALNUSA.com | ACEH UTARA –Ma’had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah, Matangkuli, Aceh Utara menggelar rapat senat terbuka wisuda mahasantri perguruan tinggi berbasis pesantren.
Rapat tersebut dipimpin oleh ketua majelis Syuyukh, Waled H. Sirajuddin didampingi sejumlah unsur pimpinan lainnya, H. Teuku Zulkhairi selaku Mudir (direktur) wakil direktur, Kyai Ahmad Rabhanuddin Murad, Tgk. Ibrahim dan Tgk. Marhaban Habibi.
Tgk. Zulkhairi dalam siaran pers yang diterima media ini Rabu, 25 September 2024 menyebutkan, wisuda tersebut adalah yang kedua setelah mendapatkan izin operasional dari Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia 2019 lalu.
Disebutkan, sebanyak 67 mahasantri yang yang diwisudakan itu telah menyelesaikan pendidikan selama delapan semester dan sudah menyelesaikan tugas akhir penulisan risalah ilmiah atau skripsi, sehingga berhak memperoleh gelar Sarjana Agama sesuai dengan peraturan Kementerian Agama Republik Indonesia.
“Kitab kuning yang menjadi pegangan utama dalam kajian di Ma’had Aly menjadi rujukan utama dalam penulisan skripsi merupakan bagian integral dari upaya menjaga tradisi keilmuan berbasis turats yang diwariskan oleh para ulama terdahulu,” ujar Tgk. Zulkhairi.
Dikatakannya, tradisi keilmuan tidak hanya menjadi warisan intelektual, tetapi juga merupakan pondasi kokoh yang terus relevan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan umat Islam di era modern.
Dengan tetap berpegang pada kitab kuning, Ma’had Aly terus menjaga kesinambungan ilmu yang memiliki akar mendalam dalam sejarah Islam sambil memastikan bahwa pemahaman yang lahir tetap kontekstual dan aplikatif.
Terlebih, dengan adanya jurusan Tafsir dan Ilmu Tafsir, interaksi intensif dengan Alquran sebagai kitab suci semakin memperkaya keilmuan dan spiritualitas para santri. Proses pengkajian yang mendalam terhadap Alquran tidak hanya sebagai sumber hukum, tetapi juga solusi untuk berbagai persoalan kehidupan.
Pendekatan memperkuat posisi Ma’had Aly sebagai institusi tidak hanya melestarikan warisan keilmuan Islam, tetapi juga terus mengaktualisasikan ajaran Alquran dalam konteks kekinian.
Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Munawar A. Djalil dalam sambutannya menyampaikan pentingnya kaum terpelajar khususnya mahasantri untuk fokus juga pada agenda pembinaan akhlak. Sebab, problem utama yang dihadapi masyarakat saat ini adalah kerusakan akhlak yang mendera semua lapisan masyarakat.
Pada kesempatan itu, ketua PCNU Kota Lhokseumawe yang juga dosen Universitas Malikussaleh, Rizwan H. Ali dalam orasi ilmiahnya menyampaikan gagasan penting mengenai tiga model rumpun keilmuan yang berperan sebagai landasan epistemologis pendidikan di Ma’had Aly dan Dayah secara keseluruhan.
Tiga rumpun keilmuan tersebut tidak hanya mencakup tradisi intelektual pesantren, tetapi juga menawarkan kerangka berpikir modern yang relevan dengan perkembangan pendidikan Islam kontemporer.
“Ma’had Aly dan Dayah tidak hanya memiliki kekayaan keilmuan yang berakar pada tradisi, namun juga mampu beradaptasi dengan pendekatan intelektual modern,” kata Munawar.
Rumpun keilmuan tersebut diantaranya filosofis yang mencakup ushul fiqh, ushuluddin dan ulumul Qur’an yang menjadi dasar pembentukan wawasan filosofis dan kerangka berpikir santri dalam memahami hukum serta prinsip keagamaan.
Selanjutnya adalah metodologis, seperti bayan, mantiq, nahwu, dan saraf yang memberikan keterampilan analitis kepada para santri dalam menafsirkan teks-teks agama.
“Meski menggunakan istilah tradisional esensinya sama dengan pendekatan metodologis yang digunakan di berbagai perguruan tinggi,” ujarnya.
Terakhir keilmuan praktis yang mencakup akhlak, tasawuf, fiqih dan tauhid yang berperan dalam membentuk karakter serta aplikasi nyata dari ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Tiga model keilmuan tersebut menurut Riswan telah melatih para santri dengan cara berpikir modern, meskipun istilah yang digunakan masih berakar pada tradisi klasik.
Di akhir orasinya Rizwan mengajak para intelektual dan alumni Ma’had Aly untuk memperkuat dan mengembangkan klasifikasi tiga rumpun keilmuan disampaikanya itu.
Tujuannya untuk memperkuat posisi Ma’had Aly dalam kancah pendidikan nasional serta meningkatkan kontribusinya dalam membentuk generasi intelektual Muslim yang berkualitas.
“Wisudah ini adalah bukti nyata bahwa Ma’had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah mampu melahirkan lulusan-lulusan yang berdaya saing tinggi dan siap menghadapi tantangan zaman,” tutup Rizwan.
Pada kesempatan itu juga diumumkan tiga wisudawan terbaik dengan Mumtaz (Cumlaude) yakni, Tgk Nurul Fathani, Tgk. Faizatul Munawwarah dan Tgk Cut Dinatul Hayati yang dijadikan momentum bagi Ma’had Aly Babussalam untuk terus berkomitmen melahirkan generasi intelektual Muslim yang siap menghadapi tantangan zaman.
Hadir pada kegiatan itu kepala Kemenag Aceh Utara, Maiyusri, Kadis Pendidikan Dayah Aceh, Munawar A. Djalil, Abi Zahrul Mudi Mesra, Samalanga, Abi Ismail Ishak dan Tgk. T. Zulfadli (Waled Landeng).
Selain itu juga hadir wali mahasantri, tokoh masyarakat, anggota DPRA terpilih, calon wakil bupati Aceh Utara , Tarmizi Panyang dan sejumlah tamu undangan lainnya.[]