PORTALNUSA.com | BANDA ACEH – Debat perdana cagub-cawagub Aceh yang dilaksanakan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh di Amel Convention Hall, Banda Aceh pada Jumat malam, 25 Oktober 2024 memantik beragam tanggapan dari masyarakat.
Yang terbanyak dipersoalkan adalah tidak tegasnya KIP menertibkan pendukung masing-masing paslon di ruang debat sehingga ada bagian-bagian tertentu dari pernyataan, tanggapan, pertanyaan, dan jawaban masing-masing paslon sering tenggelam dalam gemuruh sorak-sorai yang cenderung untuk membuyarkan konsentrasi paslon.
“Ya, ini harus menjadi perhatian KIP agar debat-debat berikutnya tidak terulang masalah serupa. Terus terang saya pendukung paslon nomor urut 01 yang datang langsung ke Gedung Amel. Namun ada beberapa bagian dari penjelasan yang disampaikan Bustami dan Syech Fadhil yang tak bisa saya dengar dengan baik karena sering ditimpa dengan sorak sorai yang terkesan sengaja untuk menenggelamkan,” kata seorang warga Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh yang hadir langsung ke arena debat.
Menurut warga yang mengetuai salah satu organisasi sosial tersebut, puncak kekesalannya adalah ketika closing statement Syech Fadhil yang benar-benar berusaha ditenggelamkan sehingga cawagub nomor urut 01 itu terdengar meninggikan suaranya sehingga ada yang menilai Syech Fadhil emosi.
Untungnya, semua bagian yang tak bisa didengarnya secara sempurna di lokasi debat, bisa diikuti pada kanal youtube Kompas TV dan jejaring medsos setelah kegiatan itu berlangsung.
“Alhamdulillah, closing statement Syech Fadhil yang tenggelam pada rangkaian debat terdengar baik di rekaman youtube dan medsos,” katanya sambil mengutip bagian terpenting dari closing statement Syech Fadhil tentang kriteria pemimpin sebagaimana disampaikan Almarhum Ayah Sop Jeunieb.
Netralitas KIP
Persoalan terkait pelaksanaan debat perdana cagub-cawagub Aceh juga disuarakan Syakya Meirizal selaku Jubir Bustami-Fadhil Rahmi.
Menurut Syakya, netralitas KIP Aceh perlu dipertanyakan terkait kegaduhan yang muncul selama debat perdana cagub-cawagub Aceh di Gedung Amel Convention Hall, Gampong Blang Oi, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, Jumat malam, 25 Oktober 2024.
Dalam pernyataannya, Syakya menyebutkan ada puluhan penonton yang dilaporkan bisa dengan bebas masuk ke ruang debat meski tak memiliki tanda pengenal yang disiapkan oleh KIP Aceh.
Hal ini kemudian membuat suasana debat menjadi riuh dan tak seimbang. Para penonton tanpa tanda pengenal ini juga bersorak dan membuat gaduh saat paslon 01 memberi statemen.
“Ini patut kita pertanyakan. Kenapa petugas di pintu masuk membiarkan ini terjadi? Jangan-jangan kegaduhan ini sengaja disetting untuk mematahkan semangat paslon 01,” ujar Syakya Meirizal, Sabtu 26 Oktober 2024.
“Netralitas KIP Aceh perlu dipertanyakan,” ujar Syakya lagi. Harusnya, kata Syakya, petugas dari KIP komit menjalankan aturan yang dibuat serta disepakati bersama. Di mana, pendukung masing-masing paslon yang berada dalam ruangan debat berjumlah sama. Demikian juga dengan tata tertib acara.
“Jadi kalau ada yang melanggar, ditegur atau jika tetap tak diindahkan, dikeluarkan dari ruangan.”
Syakya berharap KIP Aceh melakukan evaluasi pascadebat perdana dan memberi teguran kepada petugas yang bertanggungjawab di pintu masuk.
“Kami meminta kasus ini tak lagi terulang pada debat kedua. Ini menjadi catatan khusus dari kami untuk debat pertama,” demikian Syakya Meirizal.[]