Hanya Ada Tiga Darussalam; Aceh, Patani, dan Brunei

Tarmizi Abdul Hamid

Oleh: Tarmizi Abdul Hamid/Kolektor Manuskrip dan Budayawan Aceh

ACEH Darussalam, Patani Darussalam, dan Brunei Darussalam merupakan tiga entitas yang memiliki hubungan harmonis. Tida hanya secara politik dan budaya, tetapi juga secara spiritual dan emosional. Ketiganya terikat dalam simpul sejarah yang panjang, mencerminkan sebuah peradaban Islam Melayu yang pernah berjaya di kawasan Asia Tenggara.

Peran sentral Aceh Darussalam dalam jaringan ini tidak bisa diabaikan. Sebagai pusat dakwah dan keilmuan Islam, Aceh telah mengirimkan banyak kader intelektual ke wilayah Melayu lainnya, termasuk Patani dan Brunei.

Hubungan ini tidak hanya bersifat diplomatik, tetapi juga terjalin melalui ikatan murid-guru, perkawinan kerajaan, serta penyebaran literatur dan tradisi keislaman.

Salah satu sumber utama yang mencerminkan kejayaan itu adalah Bustan al-Salatin, karya ulama besar Nuruddin ar-Raniri.

Kitab ini tidak hanya mendokumentasikan sejarah kesultanan Aceh, tetapi juga memperlihatkan kedalaman intelektual dan spiritual masyarakatnya. Dari kitab inilah tampak betapa kuatnya pengaruh Aceh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, etika pemerintahan, dan budaya Islam di kawasan ini.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Bustan al-Salatin menembus batas waktu dan ruang, sampai kepada generasi ketiga Darussalam tersebut.
Namun dalam perjalanan sejarah yang panjang dan penuh gejolak, hanya Brunei Darussalam yang berhasil mempertahankan struktur kesultanan dan mencapai kemakmuran rakyat secara konsisten.

Dengan kestabilan politik dan pengelolaan sumber daya alam yang bijak, Brunei menjadi simbol keberhasilan integrasi antara tradisi dan kemajuan. Sementara itu, Patani terus bergelut dengan konflik identitas dalam naungan Thailand, dan Aceh masih dalam proses membangun kembali kejayaan pascakonflik dan bencana alam, meskipun tetap menyandang status istimewa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketiga Darussalam ini; Aceh, Patani, dan Brunei, adalah warisan sejarah yang saling terkait dan membentuk jaringan peradaban Islam Melayu yang agung. Meski kini menempuh jalur politik yang berbeda, benang merah kebudayaan, spiritualitas, dan kecintaan terhadap ilmu masih terjalin. Kisah mereka bukan hanya cerita masa silam, tetapi juga refleksi dan inspirasi untuk masa depan dunia Islam di kawasan ini.[]

 

Berikan Pendapat