Pengusaha Advertising Bilang Banyak Baliho di Banda Aceh Milik Anggota Dewan
PORTALNUSA.com | BANDA ACEH – Semangat Wali Kota Banda Aceh, Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal untuk menertibkan dan membongkar baliho yang diklaim tak ada izin meulai menghadapi perlawanan.
Sejumlah penguasaha advertising di Banda Aceh sangat menyesalkan gebrakan Illiza yang dinilai tidak pernah memperhitungkan untung-rugi orang lain yang notabene adalah para pembayar pajak dari sektor reklame (papan baliho).
“Kita apresiasi upaya untuk menertibkan tetapi jangan asal main babat. Banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum mengeksekusi suatu kebijakan,” kata seorang pengusaha baliho yang merasa sangat dirugikan.
Baca: 120 Titik Baliho tanpa Izin di Kota Banda Aceh Jadi Target Pembongkaran
Sumber-sumber dari kalangan pengusaha mengungkapkan, yang seharusnya ditindak atau dibongkar adalah baliho milik anggota DPRK Banda Aceh dan anggota DPRA yang seenaknya dibangun untuk pencitraan pribadi.
Mereka, para anggota legislative tersebut punya kekuatan politik untuk mendirikan baliho sesuka hati.
“Baliho milik sendiri, anggaran juga untuk diri sendiri yang bersumber dari pokir. Kalau begini, siapa sebenarnya yang merugikan Pemko Banda Aceh,? ujar si pengusaha yang minta namanya tidak ditulis.
Bagi oknum anggota DPRK atau DPRA, baliho benar-benar difungsikan sebagai media pencitraan diri.
“Lihat saja foto-foto Pak Dewan terhormat berukuran besar di baliho sambil menyebar senyum seolah tanpa dosa. Harusnya yang begini-begini yang ditertibkan, bukan kami yang rutin bayar pajak (retribusi),” lanjut sumber media ini.
Informasi lain yang diterima Portalnusa.com menyebutkan, untuk sementara operasi pembongkaran baliho dihentikan dan sejumlah pengusaha reklame akan duduk dengan Wali Kota Banda Aceh setelah resepsi HUT Kota Banda Aceh ke-820.
“Jangan-jangan penghentian pembongkaran juga dikarenakan ada baliho milik politisi yang dibangun tanpa izin dan melanggar ketentuan. Kalau memang begitu, berarti penertiban yang dilakukan benar-benar tebang pilih,” demikian keluhan pengusaha advertising di Banda Aceh.[]