Pelayanan Haji 2025 Kacau, 150 Jamaah Aceh Telantar di Mina
PORTALNUSA.com | JAKARTA – Kekacauan pelayanan jamaah haji Indonesia memuncak pada tahun 2025 saat banyak jamaah dilaporkan telantar tanpa tenda di Mina, Arab Saudi. Permasalahan itu dilapor kan dialami juga oleh setidaknya 150 jamaah haji Aceh.
Kondisi memprihatinkan ini diungkap langsung oleh Anggota Timwas Haji DPR RI, Muslim Ayub yang menyebut pelaksanaan ibadah haji tahun ini sebagai yang terburuk dalam 30 tahun terakhir.
“Bayangkan, tiga hari para jamaah kita—banyak di antaranya lansia—tidak mendapatkan tempat bermalam. Bahkan, 150 orang terpaksa dialihkan ke rumah sakit karena tidak kebagian tenda,” ujar Muslim Ayub di Mina, Arab Saudi, Jumat malam 6 Juni 2025 sebagaimana dilansir sokoguru.id.
Dari 12 kloter jamaah Aceh, dilaporkan 7 kloter belum mendapatkan tempat di tenda Mina, tempat penting bagi jamaah untuk beristirahat selama puncak ibadah haji.
Banyak jamaah lansia
Menurut Muslim, pemindahan ke rumah sakit yang berjarak 16 kilometer dari Mina bukan solusi ideal, apalagi banyak jamaah berusia di atas 70 tahun yang harus menjalani ritual lempar jumrah.
“Ini bukan hanya soal teknis, tapi menyangkut nyawa dan keselamatan jamaah,” tegasnya.
Tak hanya tempat bermalam, sistem penempatan tenda juga dinilai amburadul. Penempatan dilakukan secara acak tanpa koordinasi antarwilayah. Bahkan, ada jamaah dari Jawa Barat yang ditempatkan di tenda wilayah Maluku dan sebaliknya.
“Jamaah Aceh juga tersebar ke mana-mana. Ini mengacaukan sistem logistik, layanan, dan pendampingan,” tambahnya.
Lebih parah lagi, perusahaan layanan haji dari Arab Saudi, atau syarikat, disebut melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan persoalan ke Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia.
“Syarikat bahkan ada yang mogok tidak mau mengangkut jamaah. Siapa yang bertanggung jawab jika ada yang jatuh sakit?” ujar Muslim.
Selain soal akomodasi, kekacauan dalam distribusi makanan juga disorot. Banyak jamaah mengaku tidak mendapatkan makan tepat waktu dan sistem distribusinya dinilai semrawut.
“Sistem makan amburadul, tidak jelas. Ini harus menjadi bahan evaluasi besar bagi pelaksanaan haji tahun depan,” ujarnya.
Muslim Ayub mendesak Kementerian Agama segera mengambil tindakan konkret untuk mengatasi situasi darurat ini.
“Kalau ini terus dibiarkan, siapa yang bertanggung jawab kalau ada korban? Jangan tunggu kejadian buruk dulu baru bergerak,” pungkasnya.[]