Di Tengah Cuaca Panas, Masyarakat Serbu Kolam Pemandian Mata Ie
PORTALNUSA.com | ACEH BESAR – Kolam pemandian Mata Ie di Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar menjadi salah satu objek wisata favorit bagi masyarakat yang gerah dengan cyaca panas menyengat akhir-akhir ini.
Pantauan Portalnusa.com, selama cuaca panas yang mendera Banda Aceh dan Aceh Besar, masyarakat memanfaatkan kolam pemandian Mata Ie sebagai salah satu pilihan untuk menikmati suasana adem sambil berenang di air kolam yang sejuk.
Selain mandi-mandi, tak sedikit juga masyarakat yang sekadar nongkrong di sekitar kolam di bawah rimbunnya pepohonan sambil menikmati berbagai makanan dan minuman yang disediakan pedagang warung di kompleks kolam.
Menurut seorang warga, selama musim panas ini setiap hari masyarakat memadati kolam pemandian Mata Ie, namun puncak keramaian terjadi setiap hari Minggu atau hari libur. Puncak kepadatan pengunjung juga terlihat pada Minggu, 15 Juni 2025.
Kolam pemandian Mata Ie juga dimanfaatkan oleh ibu-ibu untuk mencuci pakaian dengan mamanfaatkan aliran kolam kecil di dalam areal kolam utama.
“Hingga jam sembilan malam masih ada ibu-ibu yang mencuci pakaian,” kata seorang warga yang tinggal di sekitar kolam.
Tidak seperti musim kemarau tahun-tahun sebelumnya, kali ini air kolam Mata Ie terlihat stabil atau tidak sampai kering. Kondisi ini sangat mendukung objek wisata tersebut sebagai pilihan bagi wisatawan untuk bersantai di tengah dahsyatnya hunjaman cuaca panas.
Sekilas Sejarah Mata Ie
Bermula dari kerajaan Islam pertama di Aceh abad XIII, yang memindahkan pusat kerajaan (Dalam Keraton) di tepi laut Lamuri (Kampung Jawa sekarang) ke daratan sejauh 6 km di pinggiran barat Krueng Aceh.
Di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) tepatnya pada abad ke-17, Sultan menjadikan wilayah Mata Ie sebagai pendukung utama wilayah tempat kota Bandar Aceh Darussalam yang jaraknya sekitar 8 km di sebelah barat kota.
Mata Ie terletak di kaki gunung kapur yang memiliki banyak mata air dari Gunung Mata Ie yang mengalir hingga ke pantai barat dan merupakan sumber pemasokan air perkotaan sekaligus tempat rekreasi raja, pemeliharaan dan pelatihan militer pasukan gajah kerajaan Aceh yang mendapatkan bantuan dari Turki.
Kawasan ini dirancang menyerupai konsep perairan zaman Romawi dan beberapa kota Islam kuno di kawasan Timur Tengah. Pada masa kerajaan Aceh, kolam renang yang dibangun kerap digunakan sebagai tempat rekreasi dan resepsi perjamuan raja dalam menyambut tamu asing.
Selain itu, kawasan Mata Ie juga menjadi tempat latihan militer bagi pasukan gajah pada masa kesultanan Aceh.[]