Tak Ada Lagi Abu Helmi yang Menghangatkan Suasana Pagi di Frekuensi RAPI

Abu Helmi/JZ01LCQ (baju batik) ketika menjamu pengurus dan anggota RAPI pada acara silaturahmi sambil ngopi bareng di Warkop Lampoh Kupi, Jalan Lingkar Kampus pada 2021 lalu. Sedangkan foto kanan, prosesi pemakaman jenazah almarhum Abu Helmi, Minggu, 6 Juli 2025 di perkuburan keluarga, Gampong Lamduroe, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar. (Foto Dok RAPI/Portalnusa.com)

Catatan Nasir Nurdin/JZ01BNN, Ketua DP2OD RAPI Aceh

NAMANYA Helmi Abdullah. Di kalangan relawan RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) yang merupakan organisasi tempat dia bernaung, sosok yang satu ini dikenal dengan panggilan Abu Helmi. Atau sering juga disingkat Ami (Abu Helmi) oleh keluarga besarnya.

Abu Helmi tinggal di Tanjong Deah, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar sehingga dia terdaftar sebagai anggota RAPI Aceh Besar dengan callsign JZ01LCQ yang sebelumnya terdaftar sebagai JZ01LHT.

Pada Sabtu malam, 5 Juli 2025, sekitar pukul 21.00 WIB, Abu Helmi, kelahiran Rukoh, 77 tahun lalu berpulang ke rahmatullah di RSUZA Banda Aceh setelah lebih kurang dua tahun didera stroke. Berita duka itu menyebar cepat di kalangan keluarga besar RAPI Aceh—khususnya RAPI Aceh Besar dan Kota Banda Aceh.

Berita berpulangnya Abu Helmi disambut kesedihan mendalam oleh pengurus dan keluarga besar RAPI. Ini dikarenakan breakeran senior tersebut sangat aktif berkomunikasi, baik dalam suasana normal maupun darurat.

Sejak sekitar dua tahun terakhir atau sejak didera stroke, suara khas Abu Helmi tak terdengar lagi di radio komunikasi. Dia keluar masuk rumah sakit atau menjalani perawatan di rumah. Bahkan sejak dua bulan ini kesadaran Abu Helmi dilaporkan menurun drastis.

“Dua hari sebelum meninggal beliau dilarikan ke RSUZA untuk penanganan medis. Akhirnya pada Sabtu malam, sekitar pukul 21.00 WIB beliau berpulang ke rahmatullah,” ujar Riza Munadi (Bang Cut), salah seorang keponakan almarhum Abu Helmi di sela-sela prosesi pemakaman jenazahnya di perkuburan keluarga Gampong Lamduroe, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, Minggu, 6 Juli 2025.

Menurut Riza Munadi, Yahcutnya itu berwasiat agar ketika meninggal dikebumikan di Gampong Lamduroe yang merupakan kampung almarhumah istri pertamanya. Sedangkan di Tanjong Deah—tetangga Lamduroe—merupakan kampung istri keduanya.

Abu Helmi merupakan pensiunan PNS yang bekerja selama puluhan tahun sebagai driver di Universitas Syiah Kuala (USK). Almarhum memiliki lima anak (satu putra dan lima putri) dari istri pertamanya.  Kelima anak Abu Helmi sudah berkeluarga dan menjalani berbagai profesi.

Diskusi ba’da subuh

Ketika masih sehat, Abu Helmi rutin mengisi diskusi ba’da subuh di frekuensi (fasilitas repeater) RAPI Banda Aceh.

Tema diskusi beragam, mulai dari dinamika sosial, keagamaan, adat istiadat, budaya, dan lainnya.

Peserta diskusi bukan hanya anggota RAPI Banda Aceh tetapi juga Aceh Besar atau siapa saja yang berkenan bergabung. Tak jarang Abu Helmi membumbui dengan cerita-cerita lucu atau mengutip hadih maja (peribahasa Aceh) dikaitkan dengan kondisi kekinian. Diskusi begitu hidup dan menghangatkan suasana pagi menjelang berangkat ke tempat tugas masing-masing.

Sejak lebih kurang dua tahun terakhir, tak ada lagi kehangatan ba’da subuh itu. Tak ada lagi sosok tempat bertanya, memintai pendapat atau mendengarkan humor-humor segar.

Selama Abu Helmi sakit, doa tak pernah henti dipanjatkan agar beliau kembali sehat dan bisa kembali bercengkerama di udara, termasuk mengisi ‘rubrik khusus’ ba’da subuh. Tetapi Allah SWT berkehendak lain. Abu Helmi telah pergi untuk selama-lamanya.

Selamat jalan Abu, kiranya Allah menerima semua amal ibadahmu dan memberi tempat terbaik di sisi-Nya. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.[]

 

Berikan Pendapat