Zohran “Syi’ah” Mamdani
Oleh Darmansyah
UMURNYA tiga puluh tiga tahun. Masih sangat muda. Ganteng. Perpaduan punjab-gujarat. Brewokan tipis. Bak brewokan milik Surya Paloh.
Gayanya humble. Khas rapper. Dan ia memang seorang rapper. Amatir. Sering tampil di banyak panggung. Punya grup hura-hura.
Pendidikannya strata dua. Setingkat master. Dari Pittsburgh University. Pennsylvania. Negara bagian di timur Amerika.
Rencananya akan lanjut ke Harvard.
“Kalau gak lagi sibuk,” katanya tentang kelanjutan studi doktoralnya kepada media prestise “us today.”
Ia memang pantas mendapat bangku di Harvard. Almamater ayah dan ibunya. Ayah dan ibunya lulusan Harvard strata tiga yang ijazahnya bukan seperti cetakan jalan pramuka. Ijazah yang heboh keasliannya.
Hebohnya lagi, si anak muda itu syiah. Syiah yang tidak hanya musuh presiden Trump tapi juga menjadi musuh di kampung tetangga saya sejak dulu hingga pagi tadi.
Musuh juga di Madura sehingga, seperti yang saya dengar dari sebuah jaringan televisi berita, harus dibaiat untuk meluruskan mazhabnya.
Si anak muda itu memang sudah syi’ah sejak dari ayahnya. Ia bukan syi’ah yang datang dari Iran. Syi’ah metropolitan yang bersama jamaahnya sudah membangun sekitar sepuluh masjid.
Seperti ditulis majalah mingguan berita “time” dalam edisi onlinennya, si brewokan sudah melebur dengan syi’ah dari Iran. Banyak imigran Iran ke Amerika, terutama sejak terjadi revolusi islamnya Ayatullah Imam Khomeini.
Maka orang New York hari-hari ini lagi meriang. Demam rendah. Bukan demam menggigil.
Soal keislamannya yang syiah itu orang di kota dunia itu peduli. Tak peduli dengan ditekuknya Trump usai syiah merudal pangkalan militernya di Qatar.
Nama anak muda itu sering di sapa mamdani. Ada juga yang menyapanya zohran. Sayangnya gak ada yang menyapanya dengan kwame. Padahal nama lengkapnya. Mamdani Kwame Zohran.
Tiga kosakata nama ini menjadi gambaran latar belakangnya yang penuh warna. Mamdani khas nama gujarati. Kwame nama Afrika Timur. Mungkin ayahnya dulu pengagum Kwame Nkrumah.
Kwame Nkrumah yang pernah menjadi “singa” Afrika bersama Bung Karno menendang kolonoalisme dan imperalisme dengan mendirikan blok dunia ketiga. Non blok.
Lawan-lawan dan orang yang gak suka dengan si anak muda berewokan ini sering memojokkan dengan dengan isu teroris, ekstrimis, propalestina dan sebangsanya.
Tapi banyak orang di kota tempat ia bermukim sekarang melihatnya sebagai tokoh muda liberal. Pro el-ge-be-te.
Anda kan tahu apa itu el-ge-be-te. Ya udah…. Dan ia “sangat amerika” dari mereka yang lebih amerika.
Kalau saya sandingkan ketokohannya dengan anak seorang yang dituding berijazah pramuka yang kini ingin dimakzulkan: bak bumi dengan langit ketujuh.
Sebab ketokohan mamdani melewati jenjang meritokrasi. Bukan seperti ketokohan anak si ijazah pramuka itu. Yang dikarbit sehingga matangnya membusuk.
Ketokohannya karena di gerek ayahnya yang kala menjadi sesuatu dan bisa merekayasa sebuah mahkamah paling tinggi di negeri ini tanpa cawe=cawe.
Tentang si mamdani ini dunia islam dibuatnya gegap gempita. Sebab setelah london memiliki wali kota muslim kini sedang menunggu giliran new york –kalau jadi.
Nah, apalagi kalangan islam syi’ah: begitu bangga dengannya dan memberi julukan “tokoh muda syi’ah”.
Keluarga mamdani datang ke amerika dan mendapat kewarganegaraan sangat khas. Usai kewarganegaraan ugandanya dicabut!
Yang mencabut adalah pemerintah uganda saat itu. Ayah mamdani dianggap terlalu kritis pada pemerintah. Dunia membelanya. Termasuk amerika.
Maka jadilah keluarga mamdani warga negara amerika.
Bagi saya zohran mamdani sudah bisa dikatakan sebagai calon wali kota karena konvensi partai pengusungnya-demokrat- sudah memutuskan itu. Keputusan konvensi. Zohran sah jadi calon walikota.
Zohran Mamdani adalah calon wali kota dari partai dmokrat. Yang berarti mamdani tinggal menghadapi calon dari reoublik. Partainya trump. Dan calon independen.
Anda perlu tahu: sejarah kota new york, wali kota terpilihnya kebanyakan dari demokrat karena ia basis partai itu. Liberal. Siapa saja yang pro rakyat akan terpilih.
Saya gak tahu pesaing terkuat mamdani dalam pemilihan terakhir nanti.
Tapi amerika duluan heboh. Sebab mamdani punya kans besar untuk memang. Dan sejarah, kalau ia menang, akan mencatat mamdani sebagai muslim dan asia pertama jadi wlikota new york.
Kalau saya dalam posisi trump hari ini wajar bila sangat geram.
Lantas kenapa mamdani disebut keturunan asia?
Ayah-ibunya asli india. Mereka migrasi ke uganda. Gak ada yang bisa menjelaskan kenapa ia memilih uganda. Dan mamdani lahir di kampala, ibukota uganda.
Saya tahu uganda. Saya hafal sejarahnya. Sejarah afrika timur yang hitam putih. Dan uganda ada di timur afrika yang penduduknya banyak yang islam.
Uganda sendiri pernah menghiasi halaman media dunia ketika idi amin dada berkuasa. Idi amin yang mantan petinju dan penjaga bar yang kemudian jadi tentara dan jenderal bintang lima.
Idi amin dijuluki diktator yang kontroversial. Yang malaikat dan setan dalam dirinya sama-sama eksis.
Kembali ke mamdani….
Ketika menginjak umur tujuh belas tahun ia ikut orang tuanya migrasi ke amerika. Lantas kuliah di Pennsylvania university.
Mengingat mamdani adalah muslim, banyak orang mengatakan ia sebenarnya keturunan pakistan. Ya… kala itu pakistan dan india masih menjadi satu. Hanya disebut india
Ya…. juga mamdani murni keturunan india. Ayahnya gujarati. Gujarat secara topografi memang perbatasan dengan pakistan.
Negara bagian india ini dulunya memang mayoritas banyak muslim –termasuk yang kemudian menyebarkan ke aceh.
Tapi gujarat sekarang mayoritas hindu. Muslimnya sudah eksodus ke pakistan di era pemisahan
Penduduk gujarat dikenal pandai-pandai seperti orang kampung saya. banyak menghasilkan tokoh. Termasuk ayah mamdani dan mamdani sendiri.
Sedangkan ibu mamdani juga dari india. Asli punjab –di bagian utara undia. Nah, punjab-india ini berbatasan dengan punjab-nya pakistan. Wilayah ini juga makmur.
Kedua orang tua mamdani sudah meninggalkan india jauh sebelum peristiwa itu. Ayah ibunya menjadi orang terpandang di uganda.
Sang ayah menjadi intelektual terkemuka dunia berwarga negara uganda. Ibundanya jadi aktivis perfilman.
Dari Uganda sang ayah kuliah di pittsburgh. Makanya hubungan keluarga ini dengan amerika sudah begitu panjang. Bahkan sang ayah pernah mengajar di universitas michigan.
Nantinya, kalau jadi, sejarah akan tercetak dengan terpilihnya zohran mamdani sebagai wali kota. Ia merupakan kandidat muslim pertama untuk posisi bergengsi tersebut.
Media “new york times” pagi tadi menurunkan sebuah laporan khusus dengan liputan “depth” menulis adanya gelombang dukungan akar rumput dan sayap kiri untuk mamdani.
Bahkan, dengan elegan sebuah esai di “los angeles time” menulis tentang akan terciptanya sejarah di anak benua itu. Keunggulan dan momentum mamdani saat ini mengindikasikan kemenangan telak.
Kalau kemenangan itu benar-benar datang ia akan menandai momen penting bagi kaum progresif. Selain terpilihnya politikus progresif ini juga menjadi sinyal pergeseran gravitasi politik amerika.
Grafitasi politik yang warna warni. Warna-warni juga ketika ia dengan tandas mengatakan: akan menangkap benyamin netanyahu kalua berani datang ke new york.
Ucapan ini merupakan wujud dari tekadnya ketika mengetuai cabang pergerakan “students for justice in Palestine” Solidaritas mahasiswa untuk palestina.
Mamdani dalam banyak kesempatan selalu mengedepankan identitasnya sebagai seorang muslim. Dia secara rutin mengunjungi masjid-masjid
“Kita tahu bahwa tampil sebagai muslim di muka umum sama saja mengorbankan keamanan yang kadang ditemukan dalam bayangan,” ujarnya dalam rapat umum pada musim semi silam.
Dalam kampanyenya, mamdani mengaitkan paket kebijakan ini dengan gestur visual yang menarik perhatian dan menjadi viral.
Mamdani juga berbuka puasa ramadan dengan burito di kereta bawah tanah demi menyoroti masalah ketahanan pangan.
Beberapa hari sebelum konvensi ia berjalan kaki menyusuri seluruh manhattan. Di sela-sela perjalanannya, dia sempat berhenti untuk berswafoto dengan para pemilih.
Mamdani juga datang berkampanye di taman jackson heights, salah satu komunitas paling beragam. Di sana, anak-anak berlarian dan bermain ayunan. Sementara pedagang menjajakan es krim dan kudapan.
Pemandangan tersebut secara sempurna menangkap keberagaman —yang dianggap banyak politikus sebagai aset terbesar mereka.
Dukungan kuatnya terhadap palestina membuatnya berbeda pandangan dengan sebagian politikus partai yang mencalonkannya
Dia juga menyatakan keyakinannya bahwa netanyahu harus ditangkap.
“Saya rasa kesetaraan harus diabadikan di setiap negara di dunia sebagaimana yang kita punya di negara kita. Itu keyakinan saya,” ujarnya suatu kali.[]
- Darmansyah adalah wartawan senior, penulis “Kolom Bang Darman”