Proyek Normalisasi Krueng Panga, Terseok di Garis Start

Foto kondisi terkini progres Proyek Normalisasi Sungai Krueng Panga di Aceh Jaya dengan anggaran Rp4.391 miliar yang direkam Selasa, 14 Oktober 2025.(Foto: Portalnusa.com/Sams)

Laporan Khusus Tim Portalnusa.com

PADA 14 Oktober 2025 Wartawan Portalnusa.com, Samsuar turun ke lokasi Proyek Normalisasi Sungai Krueng Panga di Gampong Keude Panga, Kecamatan Panga, Kabupaten Aceh Jaya. Penelusuran lapangan dilakukan sehubungan adanya suara-suara sumbang yang menyebut proyek berbiaya Rp4,391 miliar dari sumber APBA tersebut seperti tak bergerak. Lalu, apa sebenarnya yang terjadi dengan proyek yang berada di bawah tanggung jawab Dinas Pengairan Aceh tersebut? Berikut laporan lengkapnya.

Informasi awal yang diterima media ini dari masyarakat menyebutkan, proyek tersebut baru mulai efektif dikerjakan pada awal Oktober, meski jadwal kontrak telah ditetapkan sejak 11 Agustus 2025.

‎“Kami senang sungai ini dinormalisasi, tapi jangan asal dikerjakan. Kalau tanggulnya tipis atau tidak sesuai ukuran, nanti jebol lagi pas banjir,” ujar seorang warga Gampong Keude Panga.

“Belum terlihat progres signifikan meski kontrak kerja telah berjalan lebih dua bulan,” lanjut seorang warga lainnya.

‎Ketika media ini turun ke lokasi pada 14 Oktober 2025 menemukan aktivitas proyek baru sebatas pengerukan awal dan penimbunan tanggul berbahan tanah. Di lokasi terlihat tiga unit excavator beroperasi, namun konstruksi tanggul utama belum tampak berjalan maksimal.

‎‎Proyek yang dikerjakan oleh CV Alam Mega Jaya dengan pengawasan CV Segitiga Emas Konsultan dan perencanaan PT Putri Kencana Konsulindo itu bertujuan mengendalikan luapan Sungai Krueng Itam yang kerap merendam pemukiman warga di kawasan Panga.

Namun, investigasi lapangan menunjukkan adanya indikasi keterlambatan progres fisik serta minimnya informasi publik mengenai tahapan pekerjaan.

‎Kuasa Pengguna Anggaran Dinas Pengairan Aceh, Jauhar yang dikonfirmasi membenarkan keterlambatan awal proyek.

Menurutnya, kegiatan pengukuran awal (MC-0) membutuhkan waktu lebih dari dua minggu akibat kondisi medan yang berat dan bergambut.

‎“Pekerjaan di lapangan sebenarnya sudah dimulai awal September, namun belum maksimal karena lokasi sulit dijangkau. Kami sudah instruksikan kontraktor untuk menambah alat dan tenaga kerja agar percepatan bisa dilakukan,” jelas Jauhar.

‎Ia menyebut volume pekerjaan proyek berbasis kubikasi, bukan panjang fisik, dengan rincian galian sedimen 74.044 m³, timbunan tanggul 11.136 m³.

‎Dinas Pengairan Aceh menargetkan proyek selesai sebelum 31 Desember 2025 sesuai kontrak.

‎Namun, analisis investigatif Portalnusa.com menemukan beberapa catatan penting, di antaranya:

‎1. Keterlambatan awal pekerjaan sekitar satu bulan sejak kontrak efektif.

‎2. Kendala teknis di medan rawa bergambut yang memperlambat mobilisasi alat.

‎3. Minim informasi kepada masyarakat sekitar.

‎4. Sistem pengukuran berbasis kubikasi yang sulit diverifikasi tanpa pengawasan ketat.

‎Fakta-fakta tersebut dinilai dapat memengaruhi mutu pekerjaan dan ketepatan waktu penyelesaian proyek yang menjadi salah satu program strategis mitigasi banjir di Aceh Jaya.

‎Mengutip harapan masyarakat, hendaknya Dinas Pengairan Aceh meningkatkan pengawasan lapangan melalui laporan progres mingguan, sementara kontraktor diminta mempercepat pekerjaan dengan tambahan peralatan dan tenaga kerja.

Konsultan pengawas juga diimbau memastikan seluruh pekerjaan sesuai spesifikasi teknis kontrak dan selesai tepat waktu dengan tetap mengutamakan kualitas.[]

Berikan Pendapat

Copyright © 2025. Portalnusa.com – All rights reserved