BWI Aceh dan Pidie Tanam Alpukat di Tanah Wakaf Masjid Jamik Peudaya Padang Tiji

Kepala Pelaksana BWI Aceh, Prof. Fauzi Shaleh (tiga kanan) bersama Perwakilan BWI Pidie, H. Abdullah (dua kanan) serta unsur SFB DDI dan Pengurus Masjid Jamik Peudaya melakukan penanaman alpukat di tanah wakaf Gampong Tunong, Kecamatan Padang Tiji, Pidie, Sabtu, 18 Oktober 2025. (Foto Idris Ismail/Portalnusa.com)


PORTALNUSA.com I PIDIE –
Badan Wakaf Indonesia (BWI) Aceh bersama Perwakilan BWI Pidie menanam 100 bibit alpukat di lahan 1 hektare pada tanah wakaf Masjid Jamik Peudaya di Gampong Tunong, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Sabtu, 18 Oktober 2025.

Penanaman alpukat sebagai bagian pencanangan program pemberdayaan tanah wakaf produktif dihadiri Kepala Pelaksana BWI Aceh, Prof. Dr. H. Fauzi Shaleh MA,  Kepala Pelaksana BWI Perwakilan Pidie, Dr. H. Abdullah AR MAg.

Juga hadir Kakankemenag Pidie, H Samhudi SSI, Hakim Tinggi Mahkamah Syariah Aceh, Dr. Munir Muhammad SH.MAg, Kasi Zakat dan Wakaf Kemenag Pidie, Dr. Darwin SAg MH, Kadisdik Pidie, Drs Yusmadi Kasem, MPd, rombongan Pengurus Suluh Fajar Barakah Dewan Dakwah Islam Indonesia (SFB DDI) Pidie dan ratusan warga Kecamatan Padang Tiji.

“Ini menjadi pilot projeknya lahan wakaf produktif di Kabupaten Pidie lewat pemberdayaan sumber daya alam serta peningkatan kapasitas para pengelola atau nazir wakaf,” sebut Prof Fauzi Shaleh bersama H Abdullah AR kepada Portalnusa.com.

Dijelaskan Fauzi,  tanah wakaf  menjadi lahan taman syurga. Sebab, wakaf itu terus mengalir ganjaran pahalanya.

Menurut Fauzi, tanah wakaf produktif yang dijadikan kebun, hotel syariah, tempat pendidikan, fasilitas kesehatan serta pasar maka pahalanya akan terus mengalir sampai di yaumil mahsyar.

Wakaf itu mengubah harta yang tidak mungkin menjadi mungkin. Seperti pahala wakaf Habib Bugak yang terus mengalir.

Secara terpisah,  Kepala Perwakilan BWI Pidie, Dr. H. Abdullah mengatakan, mewakafkan harta di jalan agama itu bagaikan memperoleh kemewahan harta yang berlimpah di kemudian hari yaitu akhirat.

“Dengan mewakafkan tanah lalu difungsikan oleh masyarakat secara produktif maka seseorang itu telah mendepositokan ganjaran pahala yang berlimpah,” demikian H. Abdullah.[]

Berikan Pendapat