Senyum Rakyat Aceh di Tengah Bencana

Nurdin Hasan

Nurdin Hasan | Jurnalis Freelance

ACEH kembali diuji. Banjir bandang dan longsor menerjang banyak wilayah. Kali ini, bencana benar-benar sangat dahsyat. Hampir menyerupai tsunami yang terjadi, dua dekade silam.

Penyebab musibah yang juga melanda Sumatra Utara dan Barat, menurut para aktivis lingkungan, karena pembalakan liar, pembukaan lahan perkebunan sawit dan tambang secara gila-gilaan yang bertemu dengan curah hujan ekstrem menyusul siklon tropis Senyar dari Selat Malaka.

Namun, mari kita melihat tentang sejarah ketangguhan rakyat Aceh. Kita tak perlu khawatir berlebihan. Mereka pasti akan bangkit. Jiwa dan semangat orang Aceh sudah teruji sejak zaman endatu hingga sekarang. Kekuatan mereka bersumber dari keyakinan sangat dalam, yaitu Islam.

​Dunia sudah menyaksikan ketangguhan rakyat Aceh. Tsunami 2004 adalah salah satu buktinya. Kala bencana maha dahsyat itu menghantam, seluruh anggota keluarga hilang. Rumah dan harta benda musnah. Semua luluh lantak hanya dalam sekejap mata.

Logika mengatakan bahwa semua korban pasti bakal mengalami trauma berat. Mereka seharusnya menangis histeris atau bahkan mengalami gangguan jiwa.

​Namun, kenyataan di lapangan sangat berbeda, jauh dari perkiraan. Penyintas tsunami menunjukkan hal yang sangat mengejutkan orang luar. Mereka tetap bisa tersenyum dengan raut wajah penuh  ketenangan. Tidak ada tanda-tanda stres.

Beberapa jurnalis asing mengaku heran. Mereka yang mewawancarai para korban, takjub menyaksikan penyintas masih bisa tersenyum. ​Para jurnalis bule itu bingung. Bagaimana mungkin orang-orang yang telah hilang segalanya bisa sekuat itu?

Inilah kuncinya. Mayoritas rakyat Aceh adalah muslim yang taat. Mereka melihat semua musibah dari sudut pandang agama. Bencana adalah ujian dan sudah merupakan ketetapan dari Allah Azza wa Jalla.

​Bagi rakyat Aceh, hidup adalah ibadah. Ujian adalah bagian dari perjalanan iman. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 155 yang artinya, “Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad), kabar gembira kepada orang-orang sabar.”

Ini menjadi pegangan kuat rakyat Aceh. Ayat ini adalah janji, sekaligus peringatan. Setiap manusia pasti diuji. Bentuk ujian itu bisa berupa kehilangan harta,  jiwa atau orang tercinta.

Namun, janji Allah juga sangat nyata. Kabar gembira adalah milik orang-orang yang sabar. Orang Aceh memegang teguh janji ini. Mereka juga sangat yakin pada firman Allah lain dalam surah sama di ayat 286 yang artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

Ayat ini memberikan ketenangan jiwa. Allah tidak akan menguji hamba-Nya, melebihi batas kemampuan hamba itu. Tsunami adalah ujian terbesar. Namun, Allah tahu bahwa rakyat Aceh sanggup melewatinya. Dan, itu terbukti!

Keyakinan inilah yang membuat mereka tetap teguh. Orang Aceh percaya bahwa kekuatan mereka datangnya dari Allah, Sang Penguasa langit dan bumi.

Kesabaran menjadi kunci utama. Mereka memilih untuk tetap ikhlas. Mereka hanya berucap, Innā lillāhi wa innā ilaihi rājiʿūn (Sesungguhnya kami milik Allah dan hanya kepada-Nyalah, kami kembali). Ini adalah ucapan saat musibah datang. Ucapan ini adalah pengakuan iman. Mereka sadar bahwa semua adalah titipan.

Rasulullah SAW juga menekankan tentang pentingnya bersabar. Beliau bersabda, “Sabar itu ketika pada goncangan yang pertama.” (HR. Bukhari). Hadist ini mengajarkan bahwa sabar harus hadir sejak awal musibah. Jadi, sabar itu bukan setelah sebulan atau setahun. Sabar yang sesungguhnya adalah saat pukulan pertama datang. Dan, rakyat Aceh telah menunjukkan kualitas sabar ini.

Dalam musibah, kesabaran mendatangkan ganjaran besar. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar. Tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Rakyat Aceh tahu bahwa Allah mencintai orang-orang yang sabar. Mereka merasa selalu didampingi oleh-Nya. Inilah sumber kekuatan sejati. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 153 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Sabar dan shalat menjadi penolong bagi rakyat Aceh. Mereka mendekatkan diri kepada Allah, sehingga bisa merasakan kehadiran-Nya. Maka, rasa takut dan sedih tak berlarut-larut. Air mata duka cepat berubah menjadi air mata harapan. Mereka melihat hikmah di balik musibah.

Kini, Aceh kembali berhadapan dengan bencana. Banjir bandang dan longsor melanda. Kerusakan kembali terjadi. Tapi, kita harus melihat ini dengan kacamata yang sama. Rakyat Aceh akan kembali membuktikan ketangguhan mereka.

Jiwa mereka sudah ditempa oleh gelombang tsunami. Iman orang Aceh sudah sangat kokoh. Senyuman para penyintas banjir dan longsor tetap terlihat meski bantuan masa panik belum mereka terima.

Rakyat Aceh tetap sabar dan tabah. Kesabaran mereka adalah modal utama, untuk bangkit. Aceh tidak akan menyerah pada keputusasaan dan kesedihan yang panjang. Mereka akan merangkul takdir ini dengan ikhlas. Kemudian, mereka akan bekerja keras untuk membangun kembali dan saling menguatkan satu sama lain.

Kita semua perlu belajar dari ketangguhan rakyat Aceh. Mereka mengajarkan makna sabar yang sebenarnya. Musibah adalah cobaan iman. Bencana adalah salah satu bentuk dari ujian kesabaran. Dan, di mata mereka, ujian adalah pintu menuju derajat yang lebih tinggi. Rakyat Aceh adalah contoh nyata.

Sejarah sudah membuktikan bahwa orang Aceh adalah penyintas yang beriman dan pasti bisa bangkit kembali. Mereka terus tersenyum. Senyuman itu adalah senyum keimanan, yang menyimpan janji Allah bagi orang-orang sabar. Wallahu a’lam bishawab…[]

Berikan Pendapat

Copyright © 2025. Portalnusa.com – All rights reserved