Sayap Pengharapan: Misi Kemanusiaan Skyvare Terobos Pedalaman Gayo
Laporan Portalnusa.com dari Skyvare Indonesia
HARI masih pagi, deru mesin yang memekakkan telinga berulang kali memecah keheningan di Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Iskandar Muda (SIM), Aceh Besar.
Sejak bencana banjir dan longsor melanda sebagian besar wilayah di Aceh, Lanud SIM menjadi jantung operasi kemanusiaan, sebuah dermaga udara yang sibuk mengirimkan “sayap pengharapan” bagi ribuan jiwa yang terisolir.
Pemandangan di landasan pacu hari-hari ini dipenuhi hiruk-pikuk yang teratur. Puluhan prajurit TNI, baik dari Angkatan Darat (AD) maupun Angkatan Udara (AU) terlihat sigap memanggul karung-karung beras, kotak mi instan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Logistik vital ini bukan ditujukan untuk jalur darat yang kini terputus, melainkan untuk dimuat ke dalam lambung-lambung burung besi yang siap terbang.
Setiap kali helikopter lepas landas dari Lanud SIM, ia membawa lebih dari sekadar makanan. Ia menerbangkan semangat, kelegaan, dan pesan bahwa mereka yang berada di balik isolasi tidak dilupakan. Bagi para korban banjir dan longsor yang hanya bisa melihat langit, suara baling-baling adalah suara harapan yang turun langsung dari angkasa.
Mereka berasal dari kolaborasi kekuatan militer dan sipil, termasuk helikopter milik TNI AD, TNI AU, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta sejumlah helikopter milik relawan lainnya. Salah satunya helikopter milik Skyvare Indonesia.
Skyvare Indonesia adalah sebuah perusahaan penyedia layanan transportasi udara non-reguler atau penerbangan Air Charter (sewa pesawat pribadi) dan Ambulans Udara (Air Ambulance/Medivac) di Indonesia.
Di bawah komando langsung CEO Aldo Fikri, helikopter Skyvare berperan vital sebagai “Sayap Harapan”, memastikan bantuan mendesak tiba tepat waktu bagi korban yang berada di zona merah.
“Alhamdulillah, kita sudah 12 hari berada di Aceh dalam rangka misi kemanusiaan membantu saudara kita yang ditimpa musibah hidrometeorologi, khususnya korban bencana banjir dan longsor di Tanoh Gayo,” ucap Aldo Fikri saat ditemui di Bandara SIM Blang Bintang, Aceh Besar, 12 Desember 2025.
Aldo menjelaskan, helikopter telah menjadi tulang punggung utama dalam menjangkau titik-titik terdalam yang terputus total. Di berbagai sudut Lanud SIM, terlihat beragam jenis helikopter yang siaga.
Kolaborasi ini memastikan bahwa daya angkut dan jangkauan penerbangan dapat dimaksimalkan. Masing-masing helikopter dipersiapkan dengan cermat, menjadi tumpuan harapan bagi daerah-daerah yang hanya bisa diakses lewat udara.
Khususnya di wilayah pegunungan seperti Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues, helikopter menjadi satu-satunya solusi. Para pilot harus menghadapi tantangan medan berbukit, cuaca yang bisa berubah sewaktu-waktu, serta terbatasnya area pendaratan yang aman.
Aldo mengungkapkan, misi pengiriman logistik dengan helikopter ini bukan sekadar aktivitas rutin. Ini adalah demonstrasi kecepatan, ketepatan, dan kepedulian negara dalam menghadapi krisis.
“Setiap putaran baling-baling adalah janji. Janji bahwa tidak ada warga Aceh yang akan kami biarkan kelaparan atau kedinginan di tengah bencana,” ujar Aldo menyiratkan spirit kemanusiaan yang luar biasa.[]




