Sumatra atau Sumatera
Dirangkum Portalnusa.com dari berbagai sumber
KATA Sumatera atau Sumatra akhir-akhir ini semakin banyak ditulis dalam konteks bencana banjir-longsor yang melanda “Sumatera” Utara, “Sumatera” Barat, dan Aceh.
Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), penulisan yang benar adalah Sumatra, meskipun “Sumatera” masih sangat umum digunakan dan sering dipakai dalam konteks administratif seperti “Sumatera Utara”.
Jadi, dalam bahasa formal, gunakan Sumatra, tetapi dalam nama provinsi, ikuti ejaan yang berlaku, yaitu Sumatera. (contoh: Sumatera Barat, Sumatera Utara).
Sekilas tentang Sumatra
Menurut Hamka, asal nama Sumatra berawal dari keberadaaan kata Samudra yang merujuk pada Kesultnanan Samudera di pesisir timur Aceh.
Pernyataan ini didukung oleh catatan Ibnu Batutah, petualang asal Maroko pada tahun 1345 yang melafalkan Samudra menjadi Shumathra karena ketidakmampuannya dalam membaca huruf dalam Bahasa Sansekerta.
Akan tetapi, Nicolaas Johanes Krom menyatakan bahwa kata Sumatera berasal dari kata Sumatrabhumi yang merupakan variasi dari Suwarnabhumi. Kata yang pertama kali menyebutkan nama Sumatra berasal dari gelar seorang raja Sriwijaya Haji Sumatrabhumi (“Raja tanah Sumatra”).
Istilah Suwarnabhumi muncul pada prasasti di India, seperti Prasasti Nalanda di India (860 M) dan Prasasti Tanjore (1030 M) yang ditulis dalam Bahasa Sansekerta yang menceritakan perjalanan utusan Kerajaan Chola ke Sumatra.
Nama-nama ini juga sudah tertulis dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Budha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka menceritakan pelaut-pelaut India yang berasal dari beberapa daerah di India, seperti Sungai Gangga, Benares, Champa, dan Vaishalike Suwarnabhumi.
Epos Ramayana juga memuat nama Sumatra sebagai Suvarna rupyaka dvipa yang memiliki makna lahan emas perak bersamaan dengan pulau Jawa sebagai Yawadwipa.
Para musafir Arab menyebut Sumatra dengan nama “Serendib” yang merupakan transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib.
Penggunaan kata Sumatra mengalami beberapa variasi kata seperti Siometra, Sumutra, Samudra, Samatra, Sciamuthera yang tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan orang Eropa seperti Portugis dan Venesia.[]




