Oleh Darmansyah
IA seorang dokter yang doktor. Spesialis yang sub-spesialis. Spesialis dalam ilmu kodoteran: sub-spesialis obsetetri dan ginekologi. Ringkasnya spesialis organ reproduksi.
Selain spesialis organ reproduksi bagi saya dia lebih spesialis dalam menginspirasi seseorang atau banyak orang untuk gak pernah menyerah dan menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.
Sedangkan untuk meraihnya ia cukup menempuh pendidikan di alam bebas…. Spesialis motivatornya inilah yang mempertemukan saya dengannya.
Setahu saya motivator itu sendiri adalah seorang yang ahli dalam hal kehidupan, intrapersonal, dan interpersonal. Secara genetik jenis orang begini cukup memiliki leadership skills.
Hal itu dibuktikan dari kemampuannya menggerakkan hati orang lain untuk terus semangat meningkatkan kapasitas diri.
Bagi saya ia telah memberikan pelajaran bahwa semua orang bisa menjadi orang hebat jika diiringi kemauan yang sama hebatnya.
Ia selalu merentang kata dengan mengatakan, tugas utama yang dijalankannya adalah mendorong seseorang untuk tidak menyerah.
Terus meningkatkan kemampuan, serta melakukan sesuatu dari kemampuan tersebut.
Saya tak tahu bagaimana ia menjadi spesialis motivator yang “praktik” dan ilmunya melampaui keahliannya sebagai ahli organ reproduksi.
Selalu lupa untuk menanyakannya. Di setiap kali ketemu. Padahal ketika ia mengambil spesialis dan subspesialis saya ikut andil. Mencarikan rekomendasi lewat gertak halus jual tampang.
Saya tahu pilihannya jadi dokter bukan cita-cita murni. Pilihan itu, katanya, karena tepaksa.
Ayahnya mengalami kebangkrutan dalam usahanya. Utang ayahnya banyak.
Untuk menebus utang bisnis itu ia memilih jalan pintas jadi dokter. Berkat keuletannya dalam bekerja dan mempelajari hal-hal baru, ia berhasil mempelajari strategi marketing dari semasa sekolah.
Ia tidak memilih jadi dokter asn. Pilih partikelir.
Reputasinya yang baik menjadikannya seorang spesialis.
Pengalaman mengikuti berbagai seminar terkenal ia pun memberanikan diri untuk terjun langsung ke dunia motivasi. “Hanya par time,” katanya. Paruh waktu.
Pengalaman sebagai spesialis kesehatan organ reproduksi yang mampu mendeteksi gangguan pada organ wanita dan menjelaskan detilnya ia pindahkan ke motivator.
Sangat akademis. Lebih elegan dibanding ketika ia bicara dengan pasien di ruang praktek atau di ruang operasi. Humble. Penuh joke bak seorang stand up komedi. Bahkan bisa mengalahkan seorang kocak yang “bocor”-nya gak kepalang seperti Komeng sang komedian.
Saya gak tahu apakah ia bisa mengalahkan Komeng di pemilihan umum anggota dpd.
Pertanyaan itu saya tanyakan juga kepadanya di pagi “wek end” sehari menjelang idul adha di sebuah lapau bubur ayam di Cikarang.
Ia hanya menjawab dengansangat kocak: hahaha…. Saya tak bisa mengartikannya… silakan anda tafsirkan sendiri.
Soal spesialisnya, maaf saja, Saya sering gak ngah bila ia menjelaskannya. Soalnya peran organ dalam sistem reproduksi dengan tujuan berkembang biak atau memperbanyak turunan bikin saya pusing.
Terlalu n-jelimet.
Saat kami makan bubur ayam itu ia menyodorkan satu tema untuk jadi diskas. Diskas ala motivator yang saya langsung konek. Nyambung.
Temanya ringkas. Satu kata: “networking.” Jaringan. Dan saya blass.. langsung keingat: jaringan laba-laba. Jaringan yang saling berpilin. Dulunya pernah dipakai untuk istilah di sektor konstruksi.
Konstruksi jalan raya. Toll atau bangunan gedung. Jalan raya atau toll seta bangunan cakar langit jakarta. Toll lingkar luar-lingkar dalam, atas-bawah. Yang sambung menyambung. Bak laba-laba.
Nah ..kembali ke si motivator. Cara bicaranya yang gembur menjelaskan sebuah tema saja saya sudah takluk.
Lantas ia mendorong saya untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Yang dalam bahasa awamnya tembak langsung kejaringan otak
Sebagai jurnalis saya tahu tema networking ini sesuatu yang penting plus menarik, Penting dan menarik itu bagi seorang reporter menu ala chef. Bukan menunya tingkat koki.
Peringkatnya ditataran makrifat. Anda tentu lebih tahu apa itu makrifat. Jangan sambungkan ken ama seorang teman saya dulu abdullah makrifatullah.
Begitu si motivator membuka tema saya langsung ingin menulis tentang keahliannya sebagai chef in yang makrifat itu…. .. bukan Hahaha.. bukan… bukan. Hanya motivator plus saja.
Inilah tulisan yang saya salin dari sang motivator yabg spesialis itu.
Dari dulu, katanya, anda tentu pernah memperhatikan perjalanan hidup teman-teman. Dari sana ada sebuah fenomena yang mungkin juga menjadi pertanyaan.
Banyak di antara mereka yang dulunya pinter, kutu buku, dan selalu juara kelas. Itu sejak dari sekolah dasar hingga menengah. Nah… ketika kita ketemu hari ini kehidupannya mereka biasa-biasa saja.
Tapi dibandingkan dengan teman-teman yang lain lebih santai, tidak pernah juara, di kelas biasa-biasa saja kini kehidupannya sukses. Sangat sukses dibandingkan teman yang dulunya juara kelas.
Dan ternyata, orang yang hebat dan sukses itu, yang dulunya santai itu, memiliki waktu bermain yang cukup,
Dari bermain itu tanpa disadari anak itu terlatih dalam komunikasi untuk membuat sebuah jaringan. Ini dia yang namanya networking
Mereka mempunyai waktu yang cukup menjadi dirinya sehingga hal ini menjadi bekal dalam kehidupan ke depannya dan menjadikan pondasi menjadi sukses.
Sementara orang yang dulunya sangat pintar, selalu menjadi juara di sekolahnya dan sering dikatakan dan dibanggakan sebagai anak kutu buku, tidak memiliki waktu bermain yang cukup,
Jnis mereka ini kesehariannya bermain hanya dengan kertas-kertas saja. Ketika dihadapkan dengan orang lain, maka tidak mampu berinteraksi dalam berkomunikasi alias canggung.
Bahasa gaulnya hari-hari ini bete. Tipikal orang begini memiliki kecerdasan lemah dalam networking.
Kecerdasan dalam networking, tanpa disadari, dibentuk dari semasa kecil semenjak masa-masa anak yang suka bermain, membentuk group atau kelompok bermain.
Networking, atau jaringan, merupakan salah satu kunci utama kesuksesan dalam dunia modern.
Hal ini bukanlah sekadar klise, tetapi sebuah prinsip yang telah terbukti menghasilkan peluang-peluang baru, memperluas wawasan, dan membuka pintu menuju kesuksesan dalam berbagai bidang.
Jaringan atau networking memungkinkan individu untuk memperluas lingkaran pergaulan mereka.
Dengan berinteraksi secara aktif dengan orang-orang di sekitar mereka, baik dalam konteks profesional maupun sosial, seseorang dapat membangun hubungan yang kuat dan bermanfaat.
Hal ini dapat membuka pintu untuk mendapatkan informasi, kesempatan kerja, atau bahkan kemitraan bisnis yang menguntungkan.
Selain itu, networking memungkinkan individu untuk belajar dari orang lain.
Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan wawasan yang berbeda-beda, dan dengan berinteraksi dengan berbagai orang
Seseorang bisa dapat memperoleh sudut pandang baru tentang berbagai masalah dan situasi.
Ini dapat membantu seseorang untuk berkembang secara pribadi dan profesional, serta memperluas pemahaman mereka tentang dunia di sekitar mereka.
Networking juga memainkan peran penting dalam membangun reputasi dan citra seseorang.
Dengan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, seseorang dapat membangun reputasi sebagai individu yang dapat diandalkan, berintegritas, dan berkompeten dalam bidang mereka.
Ini dapat membuka pintu untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan baru dan memperluas pengaruh seseorang dalam lingkup mereka.
Tidak hanya itu, networking juga merupakan kunci untuk memperluas peluang bisnis.
Dalam dunia bisnis yang kompetitif, menjalin hubungan yang kuat dengan pelanggan, mitra bisnis, dan rekan kerja dapat membantu seseorang untuk memperluas jangkauan bisnis mereka
Misalnya dalammendapatkan klien baru, dan meningkatkan penjualan.
Selain itu, networking juga dapat membantu seseorang untuk menemukan investor, mentor, atau karyawan yang tepat untuk membantu mereka mencapai tujuan bisnis mereka.
Dalam dunia pekerjaan, di level paling bawah yang diperlukan adalah orang yang memiliki skill atau ketrampilan teknis,
semakin ke atas levelnya, seperti untuk menjadi direktur, manajer, atau ceo atau komisaris, di samping mengerti dari sisi teknis,
Yang lebih penting adalah mampu berkomunikasi, berinteraksi, membentuk jaringan atau networking, dan yang pasti mereka seperti ini memiliki kepercayaan atau trust dan integritas.
Sejatinya orang-orang dengan jaringan yang banyak, punya akses di mana-mana itu adalah orang yang memiliki trust atau kepercayaan tinggi.
Dan pada orang seperti ini sering disebut berintegritas, atau orang yang diberi kepercayaan lebih—karena pada orang ini ada kesesuaian yang ditunjukkan antara ucapan dan prilakunya.
Secara personal mereka yang memiliki ciri transparan, bertanggung jawab dan obyektif.
Di era ini harga integritas itu sangat mahal, di keluarga, di masyarakat dan di usaha atau pekerjaan apa pun untuk kesuksesan dan kemajuannya sangat dibutuhkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, hanya orang yang memiliki kepercayaan tinggi yang memiliki kesempatan sukses dan maju lebih tinggi, meskipun tidak punya modal dari sisi materi.
Tapi memiliki modal kepercayaan yang tinggi, maka orang tersebut akan bisa sukses.
Sehebat atau sekaya apa pun orang itu ketika trust atau kepercayaan mulai turun, apalagi hilang, maka orang itu akan jatuh dan hancur baik dari sisi karier, usaha, maupun bidang yang lainnya.
Jadi, membangun dan menumbuhkan jaringan semenjak dini melalui masa bermain saat anak-anak sangat penting.
Mereka sudah menanam jaringan adalah adalah pondasi untuk terlahirnya pribadi yang dipercaya dan berintegritas dengan berpandangan luas tentunya.
Kesimpulannya, networking, trust atau kepercayaan, serta memiliki integritas adalah kunci sukses atau berhasilnya dalam kehidupan yang tidak bisa diabaikan dalam dunia modern.
Dengan memanfaatkan hubungan yang baik dengan orang lain, seseorang dapat memperluas peluang mereka, belajar dari orang lain
Peluang membangun reputasi yang baik, dan memperluas jaringan bisnis mereka yang tumbuh menjadi trust. Kepercayaan.
Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk secara aktif terlibat kegiatan networking dan memanfaatkan potensi penuh dari hubungan-hubungan yang mereka bangun semenjak dini.[]
- Darmansyah adalah wartawan senior, penulis “Kolom Bang Darman”