SELASA sore, 30 Juli 2024, seusai perhelatan Konferensi PWI Aceh Tamiang di Gedung SKB Karang Baru, kami menuju kawasan Gampong Matang Seupeng, Kecamatan Banda Mulia. Perlu waktu hampir setengah jam untuk mencapai desa tersebut, namun tak terasa karena ruas jalan antar-kecamatan sangat mulus. Di sebuah warung pinggiran jalan, kami berhenti dan langsung dihadang aroma khas rempah kuliner Aceh. Benar saja, warung tersebut menyediakan makanan berupa mie kepiting, mie udang, atau gabungan keduanya. Kami langsung mengambil posisi duduk di bagian dalam warung atau di balai-balai luar. Dalam waktu tak terlalu lama, hidangan khas itu disajikan. “Tadi sudah diorder duluan oleh Pak Erwan (ketua PWI Aceh Tamiang), langsung kami olah,” kata Kak Sal, pemilik warung yang langsung berperan sebagai chep menu spesial tersebut kepada Abdul Hadi dari Portalnusa.com.
Kak Sal dibantu suami dan anaknya terlihat sibuk melayani rombongan dari PWI Aceh dan PWI Aceh Tamiang berjumlah sekitar 20 orang yang singgah ke warungnya sore itu.
Warung Kak Sal yang berkonstruksi kayu persis berada di pinggiran jalan utama berhadapan dengan areal tambak dan laut Tamiang.
Tak lama kami duduk, langsung disajikan mie kepiting dan mie udang sesuai pesanan. Untuk setiap piring mie dilengkapi dua ekor kepiting berukuran sedang. Kalau tidak suka kepiting, ada juga pilihan mie udang. Kalau suka dua-duanya, maka diolah menjadi mie kepiting-udang.
Sebagai pelengkap disediakan juga air timun kerok. Banyak yang meyakini air timun kerok untuk menstabilkan ‘tendangan’ kepiting.
Rombongan Pengurus PWI Aceh dan Aceh Tamiang terlihat sangat menikmati suasana alam dan sajian mie kepiting di warung Kak Sal. Tiupan angin laut yang sepoi-sepoi semakin menyempurnakan kenikmatan “pesta”.
Warung Mie Aceh Kak Sal telah berdiri sejak 16 tahun silam. Dalam kurun waktu tersebut, warung Kak Sal sudah dikenal ke berbagai penjuru Tamiang bahkan kabupaten/kota tetangga.
Untuk harga mie kepiting di warung Kak Sal juga terbilang masih sangat terjangkau. Satu porsi mie dengan dua ekor kepiting dibanderol Rp 35.000 sedangkan mie udang Rp 20.000 per porsi.
Ketua PWI Aceh, Nasir Nurdin sempat melihat putri Kak Sal ketika menghitung harga semua pesanan kami.
“Saya menduga mencapai di atas Rp 3 juta untuk semua porsi sebanyak 20 orang. Nyatanya cuma Rp 1 juta lebih sedikit,” ujar Nasir Nurdin sambil membandingkan harga menu serupa di warung atau restoran di Banda Aceh.
Kak Sal menginformasikan, guna memudahkan masyarakat menikmati mie Aceh racikannya, dia hanya menampung kepiting dan udang dari nelayan sekitar. Selain bisa membantu masyarakat, kepiting dan udang juga segar.
Setiap hari perempuan paruh baya tersebut mampu menjual 7-10 kg kepiting.
Penasaran mencoba nikmatnya mie racikan Kak Sal? Yuk ke Aceh Tamiang sambil menikmati indahnya panorama senja di pesisir Bumi Muda Sedia tersebut.[]