Laporan Nasir Nurdin/Portalnusa.com
JIKA semuanya berjalan sesuai rencana, akan ada dua rest area (tempat istirahat) bagi pengguna Jalan Tol Sibanceh (Sigli-Banda Aceh).
Pertama di ruas Jantho-Indrapuri (Km 37A dan 37B) dan Padang Tiji-Seulimuem (Km 54A dan 54B).
Seperti diketahui, Jalan Tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) adalah bagian dari Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) di Provinsi Aceh yang dibangun berdasarkan kebijakan Pemerintahan Provinsi Aceh yang diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo pada 14 Desember 2018. Jalan tol sepanjang 74 km ini dibangun oleh PT Hutama Karya.
“Total panjang Tol Sibanceh 74 km dengan titik nol-nya di Padang Tiji melintasi Padang Tiji-Sulimuem-Jantho, Indrapuri-Blangbintang-Kutabaro-Baitussalam,” kata Branch Manager Jalan Tol Sibanceh, Totok Masyadi ketika bincang-bincang dengan Portalnusa.com di Rest Area Km 54, Sabtu malam, 21 Desember 2024.
Menurut Totok, hingga menjelang akhir 2024, Jalan Tol Sibanceh yang sudah operasi (berbayar) dari Seulimuem-Baitussalam dengan tarif Rp 65.000 untuk kendaraan golongan 1 yaitu jenis sedan, jip, pick-up/truk kecil, dan bus).
Sedangkan Seulimuem-Padang Tiji masih operasional terbatas untuk mendukung arus liburan Nataru 2024-2025) dan diharapkan fungsional penuh pada Februari 2025.
Mengenai rest area tol Sibanceh, menurut Totok terus dipacu penyelesaiannya.
Untuk rest area 54A dan 54B pembangunannya sudah hampir 100 persen sedangkan 37A dan 37B sudah sekitar 95 persen.
“Insya Allah Februari 2025 kedua rest area itu sudah fungsional penuh, karena sesuai aturan setiap 50 km minimal ada satu rest area,” ujar Totok.
Sosok di balik rest area
Bincang-bincang santai di Rest Area Km 54 Tol Sibanceh malam itu ikut didampingi Dedi Sumardi Nurdin, A.Md.Kep.,S.K.M., M.M.
Dedi adalah sosok pengusaha muda Aceh yang sudah malang melintang dalam berbagai organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi profesi, pengusaha, politikus, bahkan juga tercatat sebagai salah seorang CEO media.
Laki-laki muda kelahiran Lampoh Rayeuk, Bireuen pada 13 Mei 1988 ini termasuk salah seorang pengusaha sukses yang memiliki jaringan bisnis luas.
Kini, suami dari dr. Nanda Erliza yang juga dikenal dengan Dedi Lamra tersebut telah dikaruniai tiga anak—Siti Hawa El Lamra, Afrighis El Lamra, dan Siti Mecca El Lamra—merambah ke bisnis di lingkungan jalan tol dengan membuka usaha di rest area tol Sibanceh.
Dedi bukan sosok pengusaha yang jatuh dari langit. Dia merintis usaha dari level paling bawah. Pernah mengais rezeki sebagai penjual ikan eceran di bekas penjara Keudah, Banda Aceh, persisnya di depan DKupiAceh, salah satu unit bisnis kulinernya saat ini.
“Dulu waktu kuliah di Akademi Keperawatan Abulyatama Aceh (2006-2009), saya jual ikan di pajak bekas penjara Keudah,” kata Dedi tentang masa lalunya.
Semangat Dedi menuntut ilmu tak pernah pudar.
Setelah menyelesaikan D-III Keperawatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Mekah Banda Aceh, pria yang juga menggunakan inisial nama DSN ini melanjutkan ke program S2 Magister Management Universitas Syiah Kuala (2016-2018).
Sejak beberapa waktu terakhir Dedi yang juga mantan Ketua PMI Kota Banda Aceh ini lebih banyak menghabiskan waktu di Malaysia karena sedang mengikuti program Doktor (S3) of Philosophy Management, Management Science University Malysia.
“Ya, sekarang saya lebih sering di Malaysia mengikuti kuliah program Doktor,” ujar pengusaha yang menjabat sebagai Direktur Utama PT Lamra Group Raya.
Dalam data pribadinya, tercatat Dedi Lamra menyelesaikan pendidikan tingkat dasar hingga SMA di Bireuen, yaitu MIN Tanoh Anoe (1994-2000), SMPN 1 Peusangan (2000-2003), dan SMAN 1 Peusangan (2003-2006).
Tak sekadar bisnis
Mengenai keberadaannya sebagai pengelola rest area tol Sibanceh, menurut Dedi tidak semata-mata orientasi bisnis tetapi ada tanggung jawab untuk ikut berkontribusi pada pembangunan daerah.
“Saya mengapresiasi PT Hutama Karya yang telah memberikan kesempatan kepada pengusaha lokal untuk bekerja sama mendukung aktivitas jalan tol Sibanceh. Saya harus gunakan kesempatan ini untuk memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat dan daerah,” ujar pengusaha muda yang dikenal dekat dengan kalangan wartawan.
Dedi Lamra juga dikenal vokal dalam mengkritisi kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat.
Sebagai contoh, ketika menjadi Wakil Ketua DPD PPNI Kota Banda Aceh pada periode 2016-2021, Dedi dengan lantang menolak Rancangan Undang- Undang (RUU) Kesehatan yang dibahas oleh pemerintah di DPR.
Menurut Dedi, RUU Kesehatan tersebut dapat membuat tenaga kesehatan, khususnya perawat rentan dikriminalisasi.
Terkait keterlibatannya di rest area tol Sibanceh, Dedi mengungkapkan obsesinya untuk mengambil manfaat dari pembangunan infrastruktur tersebut.
Dedi berkomitmen dia akan mengelola kedua rest area di tol Sibanceh tersebut hingga memberikan manfaat sebesar-sebesarnya bagi pertumbuhan ekonomi di sektor UMKM.
Dikatakannya, pelaku UMKM akan diberi kesempatan membuka berbagai jenis usaha pada puluhan gerai yang dibangun di kedua rest area tol Subanceh.
Di gerai-gerai tersebut pelaku UMKM menyediakan berbagai kebutuhan pelintas yang beristirahat, termasuk produk souvenir lokal, kedai kopi dan juga aneka kuliner khas Aceh.
“Rest area bukan hanya memberikan kenyamanan sebagai tempat istirahat tetapi harus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Ini peluang yang harus kita manfaatkan,” ujar Dedi menyiratkan optimisme.[]