PORTALNUSA.com | BANDA ACEH – Sekitar 30 mahasiswa Prodi Pengembangan Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry mengikuti kuliah filologi (ilmu penaskahan) bersama Tarmizi A Hamid di Rumoh Manuskrip Aceh, Ie Masen Kayee Adang, Banda Aceh, Jumat, 31 Maret 2023.
Mahasiswa datang bersama Ketua Prodi PMI, Dr Rasyidah, M.Ag. Mereka disambut langsung oleh Tarmizi A Hamid yang lebih dikenal dengan sapaan Cek Midi didampingi istrinya, Nurul Husna.
“Rumoh Manuskrip Aceh yang kami dirikan secara personal ini kami dedikasikan untuk menjadi pusat pelestarian dan kajian manuskrip Aceh,” kata Cek Midi di hadapan mahasiswa.
Cek Midi memperkenalkan wawasan kajian manuskrip Melayu dan Aceh khususnya. Ratusan manuskrip yang disimpan oleh Cek Midi itu dikumpulkan secara perlahan dari pedalaman Aceh.
“Peradaban Aceh masa lampau sangat jaya. Pelajar dari seluruh Nusantara datang khusus ke Bandar Aceh Darussalam untuk mempelajari berbagai isi kitab karya para ilmuwan Aceh, jauh sekali beda dengan zaman sekarang,” ujar Cek Midi yang sering menerima kunjungan tamu nasional dan mancanegara.
Dikatakannya, Aceh masa lampau sangat terbuka kepada ilmu pengetahuan dan ilmuwan sehingga banyak ilmuwan dari bangsa asing mengembangkan ilmu mereka di Aceh, semisal Syekh Zakaria Ansari (Haramain), Syekh Baba Daud Rumi (Turky), Syekh Nuruddin Ar-Raniry (India) dan lainnya.
“Ilmuwan yang sangat terkenal dari Ranir, Goa Selatan India, yang sekarang namanya ditabalkan pada UIN Ar-Raniry. Aceh masa lampau tidak menganut paham primordial apalagi nepotisme dalam sebuah lembaga negara. Itulah yang menyebabkan Aceh masa lampau sangat maju,” ungkap Cek Midi.
Sementara itu Dr Rasyidah sangat mengagumi hasil produk budaya masa lampau Aceh dari aspek ilmu pengetahuan dan dapat dipelajari sampai sekarang.
“Semoga setelah belajar di Rumoh Manuskrip Aceh ini, mahasiswa termotivasi mengikuti jejak ilmuwan terdahulu yang aktif menulis dan meninggalkan karya-karya besar mereka,” ujar Rasyidah.
“Kami akan membawa lagi mahasiswa ke Rumoh Manuskrip sehingga lebih banyak mahasiswa yang terbuka wawasan tentang kejayaan ilmu masa lampau,” tutup Rasyidah. []