KPIA Mulai Bergerak, tapi Kok Kayak Gitu?

Denny Satria

Oleh: Denny Satria/Pengamat Media dan Kebijakan Publik

AKHIRNYA, Komisi Penyiaran Indonesia Aceh (KPIA) mulai menunjukkan geliat hidupnya. Setelah sekian lama seperti tertidur di frekuensi kosong, kini sudah mulai terdengar bunyi. Ya, walau masih pelan dan samar, setidaknya ada sinyal bahwa lembaga ini belum benar-benar off air.

Melansir dari website resmi KPIA, sepanjang Mei hingga awal Juli 2025 hanya tercatat empat kegiatan. Empat, bukan empat puluh. Tapi sudahlah, mari kita beri apresiasi kecil-kecilan. Soalnya, dari empat itu, ada juga yang bisa disebut “layak tayang”. Salah satunya: kerja sama dengan perguruan tinggi. Lumayanlah, itu artinya KPIA mulai sadar kalau penyiaran nggak bisa jalan sendiri. Butuh sinyal dari kampus juga. Walaupun belum tahu jelas seperti apa output-nya, tapi minimal udah ngerti tugas pokok dan fungsinya.

Tapi, yang paling mencuri perhatian adalah satu kegiatan eksklusif yang diadakan pada 24 Juni 2025: FGD alias Focus Group Discussion yang digelar di Portola Grand Arabia Hotel, Banda Aceh. Tempatnya mewah, ya? Iya. Serius, di tengah upaya pemerintah pusat dan daerah melakukan efisiensi anggaran, KPIA malah bikin acara di hotel bintang? Kalau ini bukan prestasi, ya mungkin privilege.

Pertanyaannya sederhana: apakah kantor KPIA sendiri sudah tidak layak pakai sampai harus sewa ruang hotel? Atau memang acaranya terlalu high profile buat dibikin sederhana?

Belum selesai sampai di situ. Yang bikin makin menarik (atau menggelikan), sebagian besar peserta FGD ternyata adalah kolega dekat oknum komisioner KPIA sendiri. Ya, ya, ya, klasik. Model begini sudah kita kenal lama: saling undang, saling hadir, saling legitimasi. Kayak acara keluarga yang diberi label resmi.

Jadi, FGD ini sebenarnya mau cari solusi untuk penyiaran Aceh atau cuma pertemuan kecil dengan label diskusi?

Masyarakat tentu berharap KPIA bisa benar-benar jadi wasit yang adil dan independen di dunia penyiaran. Tapi kalau yang terjadi justru semacam “acara komunitas internal” pakai uang publik, ya mohon maaf, itu lebih mirip klub eksklusif daripada lembaga negara.

Tapi sudahlah, mungkin kita terlalu banyak berharap. Yang penting sekarang: KPIA sudah mulai aktif. Walaupun arah frekuensinya masih samar dan kadang ngaco, minimal sudah nyala lagi mesinnya. Tinggal kita tunggu, apakah nanti siaran utamanya makin berkualitas… atau malah isinya cuma noise elite.[]

 

 

Berikan Pendapat