PORTALNUSA.com | JAKARTA – Suhu politik nasional pasca-pencapresan Ganjar Pranowo oleh PDIP semakin memanas.
Koalisi Perubahan (NasDem, PKS, dan Demokrat) yang mengusung Anies Baswedan ‘dipaksa’ kerja keras dengan berbagai strategi untuk memenangkan pertarungan ke RI-1. Salah satu strategi adalah menempatkan cawapres yang tepat untuk Anies guna melawan keperkasaan Ganjar di Pulau Jawa.
Seperti dilansir berbagai media, sebelumnya muncul nama Yenny Wahid dan juga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Pawaransa sebagai wakil dari Nahdlatul Ulama (NU) untuk bakal calon wapres Anies Baswedan. Belakangan muncul juga nama Menko Polhukam Mahfud MD dan Sandiaga Uno.
Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, mengatakan munculnya nama Sandiaga Uno dan Mahfud MD sebagai kandidat calon wapres untuk pendamping Anies Baswedan akan mempersulit Koalisi Perubahan yakni Nasdem, PKS dan Demokrat mendeklarasikan cawapres.
Menurut Arifki, para tokoh-tokoh Koalisi Perubahan termasuk Anies harus matang-matang mengerucutkan nama yang akan diputuskan menjadi cawapres.
“Munculnya nama Sandi dan Mahfud, bakal memperlama deklarasi cawapres Anies. Dan ini juga akan memperkecil peluang AHY menjadi cawapres Anies,” kata Arifki, Jumat pekan lalu.
Ia menyebut Sandi dan Mahfud, bisa saja menjadi skema lain yang dibaca oleh Nasdem untuk menjadi bagian dari rencana Jokowi di Pilpres 2024.
Saat ini Nasdem dinilai punya narasi yang berbeda dengan Jokowi terkait capres. Skema itu bisa saja berubah jika kedua belah pihak punya kesepakatan lain soal cawapres Anies.
Nasdem, lanjut Arifki, tentu tidak ingin jauh dari rencana Jokowi di Pilpres. Apalagi pada situasi PDIP dengan Jokowi sedang menjauh karena adanya perbedaan terkait King Maker di Pilpres 2024.
“Demokrat harus memaksimalkan daya tawar AHY untuk berpasangan dengan Anies. Munculnya nama Sandi dan Mahfud secara tidak langsung tentu bakal merusak rencana AHY untuk menjadi cawapres Anies,” ucap Arifki.
Strategi dari JK
Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK), mengaku telah mengusulkan nama bakal calon wakil presiden ke bakal calon presiden 2024 usungan Partai NasDem, Anies Baswedan.
JK mengungkap ada dua kriteria yang cocok mendampingi Anies.
Menurut JK, sosok yang mendampingi Anies harus yang bisa menambah suara. Hal itu, kata JK, berdasarkan pengalamannya sebagai wakil presiden sebanyak dua kali.
“Ya tentu yang dapat menambah.. Ya saya pernah jadi wakil presiden, itu harus calon wakil presiden harus bisa menambah suara untuk presiden, harus punya modal menambah suara,” kata JK di Kantor Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jalan Matraman, Jakarta Pusat (Jakpus), Kamis pekan lalu.
“Dulu saya orang Indonesia Timur, jadi orang berpikir wah orang Indonesia Timur bisa mendukung,” sambungnya.
Kriteria kedua, kata JK, sosok calon wakil presiden untuk Anies harus yang mampu bekerja sama dalam menjalankan roda pemerintahan. Dia tak mengerucut pada nama politikus atau tokoh yang dinilai memenuhi dua kriteria tersebut.
“Kedua, mampu bekerja sama dalam menjalankan, kalau menang mampu bekerja sama dalam menjalankan pemerintahan nanti, kalau menang. Itu dua hal syaratnya,” ujarnya.
“Kalangan NU, kalangan Muhammadiyah, kalangan apa itu nasional, itu selama memenuhi dua syarat itu tadi, walaupun Anda orang NU tapi tidak dikenal siapa itu, dan di mana, tidak juga, orangnya yang dapat menambah suara,” sambung JK. (metrotv/detikcom)