Rakyat Em-er-te

Oleh Darmansyah

Di Singapore ia menemukan dirinya menjadi rakyat. Di subway.

“Naik subway-lah agar jadi rakyat”

Itu bukan kata saya. Itu katanya. Kata bekas seorang pejabat publik. Yang selama tiga puluhan tahun malang melintang menjadi pejabat.

Dari pejabat eselonering hingga pejabat politik. Pejabat yang hidupnya seperti bukan rakyat. Yang kata-katanya punya sayap dan terbang tinggi.

Saya tersedak mendengar pengakuannya. Pengakuan jujur yang lama hilang dari bacaan tajwid hidupnya.

Selama lebih dari tiga puluh tahun ia gak pernah merasakan kehidupan jadi rakyat. Jadi rakyat yang strata sosialnya: tegak tinggi membungkuk dan duduk merendah.

Yang mengajarkannya kembali jadi rakyat adalah subway. Kereta bawah tanah. Em-er-te. Massa rapid transport. Angkutan massal. Di Singapore.

Di kereta bawah tanah, em-er-te, ia baru tahu tegak itu sama-sama oleng dan duduk itu harus di bangku yang kosong. Tegaknya berpegangan pada bandul dan duduknya beradu bahu.

Sayalah yang yang memperkenalkannya jadi rakyat. Mengajaknya. “Anda ingin merasakan jadi rakyat?,,, Ayo,” kata saya begitu turun dari pesawat Singapore Airline di Bandara Changi Airport.

Lantas menggodanya: sesekali harus mencoba…

Alhamdulillah ia mau. Naik kereta bawah tanah dari bandara ke penginapan. Dan untuk selanjutnya  ketularan virus moda angktan rakyat di negara tetangga itu.

Singapore menjadi tempat pengakuannya. Tempat tobat nasuhanya. Di subway. Yang di Singapore jaringannya berpilin-pilin. Utara-selatan-timur dan barat. Bahkan melingkar…

Saya tahu jaringan kereta bawah tanah di negara kota itu memiliki sistem  yang modern dan efisien. Sistem ini milik otoritas transportasi darat. Dioperasikan oleh dua operator

Setahu saya  jaringan ini memiliki enam jalur operasional dan terus diperluas.

Ambil aja jalur utara  Ditandai dengan warna merah. Menghubungkan bagian utara dan selatan melewati area-area seperti Orchard Road tempat saya dan dia menginap.

Untuk jalur timur-barat penandanya warna hijau. Menghubungkan Bandara Changi tempat sang teman mantan pejabat menjadi rakyat hingga  area pusat bisnis, dan bagian barat pulau.

Masih ada  timur laut, jalur lingkar, pusat kota  hingga thomson – east coast yang saling berhimpitan hingga ke area perumahan padat seperti Punggol dan Sengkang.

Ya … menyebar ke semua area. Mau ke marina bay, harbour atau pun bukit timah yang mass rapid transport.

Seperti diceritakan teman si teman yang seorang pejabat di moda transport ini jaringan subway ini terus berkembang hingga nantinya bisa mencapai empat ratus anam  puluh kilometer.

Woww…. Persis kilometernya seperti jarak kampung saya ke kutaraja.

Hebatnya lagi, mengutip ocehan si teman singapura yang aslinya Pusong, Aceh Utara, kereta bawah tanah itu bekerja otomatis. Tanpa masinis.

Ini hebatnya lagi: beberapa stasiun dirancang sebagai tempat perlindungan dari serangan udara dan terintegrasi dengan bus dan fasilitas lainnya.

Aturan ketat diberlakukan sepanjang perjalanannya. Gak boleh makan dan minum di dalam gerbong untuk memastikan kebersihan dan kenyamanan bagi semua penumpang.

Selama saya dan dia, si bekas pejabat, di negara pulau itu kami disengsarai dalam mencari rute yang menggunakan kartu pembayaran nirsentuh.

Kartu debit and kredit dengan fitur contactless yang dapat digunakan untuk transaksi internasional. Padahal prosesnya sangat sederhana.

Urutannya: tap in saat memasuki gerbang stasiun. Periksa rute yang tersedia di stasiun dan aplikasi peta google maps untuk menemukan jalur stasiun tujuan.

Lantas tap out saat keluar di stasiun tujuan untuk menghitung tarif berdasarkan jarak.

Ya sudah….

Selama enam hari di negara singa itu saya dan dia sepanjang hari hingga malamnya menggunakan subway. Murah meriah….

Apa lagi dari tempat saya dan dia nginap di Orchard Hotel terdapat tiga stasiun utama. Di lucky plaza, sommerset dan dhoby. semuanya  di mall. bawah tanah.

Orchard Road memang selalu menarik dikunjungi, karena banyak tempat belanja, Suasananya asik. Apalagi kalau ada festival.

Di kawasan Orchard Road ini, setiap orang berjalan kaki di pedestrian umumnya mereka  disiplin dengan rute dan  tertib.

Orchard Road juga merupakan jalur penghubung aktifitas masyarakat di sana selain sebagai tempat perbelanjaan dan wisata.

Letaknya strategis karena dapat dicapai dari segala lapisan masyarakat baik dengan menggunakan em-er-te maupun bis.

Berbagai kegiatan masyarakat seperti kegiatan berjalan, berkumpul, bertemu, dan kegiatan-kegiatan lainnya di waktu-waktu tertentu.

Misalnya jika chinese new year, ataupun natal orchard road akan berhias dengan lampu lampu dan ornamen yang sesuai dengan tema festival.

Di sini terdapat mal-mal dengan brand premium seperti cartier, luis vuitton dan lain-lain. Orang indonesia senang berbelanja branded  karena bisa mendapatkan gst refund tujuh persen.

Kawasan ini kalau di jakarta seperti plaza senayan atau grand indonesia.

Tidak hanya produk branding. Yang midlle produk dengan harga terjangkan juga ada. Amda bisa berbelanja baju giordano, baleno, h & m, zara, uniqlo dan biasanya merk ini memberikan diskon.

Kalau sudah lelah berjalan-jalan kita bisa makan uncle ice cream di pinggir jalan orchard. Harganya murmer..

Semua stasiun di Orchard terletak di bawah mal.  Untuk sampai ke stasiun yang letaknya sehampiran itu kami tempuh dengan jalan kaki.

Jalan kaki memang pilihan untuk ke stasiun. Selain menguatkan tungkai kaki dan mengeraskan otot betis dan paha juga ongkos gratis meraih sehat.

Setiap keluar dan masuk hotal saya selalu menggelitik sang bekas pejabat dengan ocehan-ocehan nyelekit. Tentang banyak hal. Tentang gak ada kemacetan, tentang macam-macamlah….

Em-er-te di Singapore merupakan pilihan sistem angkutan cepat. Menjadi  tulang punggung sistem kereta api di sana dan membentang ke seluruh negara kota  ini.

Bagian pertama dari subway ini , antara yio chu kang dan toa payoh. Mulai beroperasi sejak tiga puluh delapan tahun silam

Sistem angkutan model ini menempatkan negara tetangga itu sebagai negara kedua yang memiliki moda transport jenis ini asia tenggara. Yang pertama menjadi milik manila. Filipina.

Beda dengan manila yang vakum perluasan jaringannya. Singapore jaringannya  berkembang cepat sebagai hasil realisasi cita-cita negara itu yang ingin lebih maju dan maju.

Kini mereka sudah punya jalur sepanjang seratus lima puluh tiga kilometer. Operasionalnya di mulai sejak subuh hingga tengah malam bersamaan dengan waktu jedah kerja

Diawaknya gak mudah bagi negeri itu untuk mewujudkan pembangunan subway itu. Ada perdebatan panjang. Ada kebijakan “tangan besi” yang menyertainya. Kebijakan ala lee kuan yew.

Kebijakan yang kerasnya setengah diktator. Diktator setengah otoriter. Kebijakan ini diputus berdasarkan road map  ramalan perencanaan kota yang memerlukan sistem transportasi di atas rel.

Pilihan subway ini didasari atas penggunaan  bus tidak akan mencukupi karena akan memerlukan jalur jalan dengan keterbatasan lahan di negara tersebut

Biaya konstruksi awalnya termahal yang pernah dikeluarkan untuk sebuah proyek pada waktu itu. Tentu termahalnya bukan seperti membangun kereta cepat jakarta – bandung yang whoos…

Kereta cepat mark up. Yang ada bau tahi korupsinya. Yang hari-hari ini heboh karena menteri keuangan “koboi” gak mau keluar duit bayar utang dari pajak rakyat. A-pe-be-en. []

  • Darmansyah adalah wartawan senior, penulis “Kolom Bang Darman”
Berikan Pendapat

Berita Terkait

Botani Nilam

Darmansyah
0

Mandai Tertawa

Darmansyah
0

Gak Kan Bangkrut

Darmansyah
0