Wali Nanggroe Aceh Ditemui Dubes Kanada, Bicara Bidang Kebudayaan

Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haythar berbincang serius dengan Dubes Kanada untuk Indonesia, Jess Dutton di Istana Wali, Rabu, 5 November 2025. (Foto Humas Wali Nanggroe)

PORTALNUSA.com | BANDA ACEH – Duta Besar negara sahabat silih berganti berkunjung ke Aceh, termasuk bertemu dengan Wali Nanggroe Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haythar. Terbaru, Wali Nanggroe menerima Dubes Kanada untuk Indonesia, Jess Dutton.

Berita sebelumnya: Dubes Amerika Serikat Temui Wali Nanggroe, Ada Apa?

Wali Nanggroe Aceh menerima Dubes Kanada di Istana Wali, Rabu, 5 November 2025. Wali Nanggroe didampingi Staf Khusus, Dr. Muhamad Raviq.

Kabag Kerja Sama dan Humas Wali Nanggroe, Zulfikar Idris menyebutkan kunjungan tersebut merupakan yang pertama kali bagi Dubes Dutton sejak ia menjabat sebagai perwakilan diplomatik Kanada di Indonesia.

Berita sebelumnya: Bertemu Wali Nanggroe, Ini yang Dibahas Bersama Dubes Rusia

Dalam pertemuan tersebut, Dubes Dutton didampingi oleh Arielle Sobhani (Second Secretary, Political and Public Affairs), Novi Anggriani (Senior International Assistance Officer), dan Lina Farsia (interpreter).

“Ini adalah kunjungan pertama saya ke Aceh, dan saya sangat senang dapat bertemu dengan Wali Nanggroe. Kami berdiskusi mengenai peran penting yang beliau jalankan di Aceh, serta tentang keterlibatan Kanada di wilayah ini selama bertahun-tahun,” ujar Dutton.

Ia menambahkan, kunjungan itu juga menjadi kesempatan untuk memahami lebih dalam kebudayaan dan warisan Aceh sebagai bagian penting dari Indonesia.

“Ke depan, saya berharap hubungan dan kerja sama antara Kanada dan Aceh dapat semakin berkembang, terutama dalam bidang kebudayaan dan kegiatan-kegiatan yang memperkuat hubungan antarmasyarakat,” imbuhnya.

Sementara itu, Wali Nanggroe menyambut hangat kehadiran rombongan Dubes Kanada.

“Kami sangat bergembira atas kunjungan Duta Besar Kanada hari ini. Ini merupakan suatu kehormatan besar bagi kami, bagi saya pribadi, dan bagi masyarakat Aceh,” ujar Wali Nanggroe.

Wali Nanggroe juga mengingatkan bahwa hubungan Aceh dan Kanada memiliki sejarah panjang.

“Pada masa konflik dahulu, Kanada sempat menunjukkan keinginannya untuk turut berperan sebagai mediator. Namun karena situasi dan jarak geografis yang cukup jauh, akhirnya proses komunikasi waktu itu lebih banyak dilakukan melalui pihak lain yang lebih dekat, seperti di Swedia dan Helsinki,” ungkap Wali Nanggroe.

Selain itu, Wali Nanggroe menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan Kanada pada masa bencana tsunami 2004.

“Kami tidak akan pernah melupakan hal itu. Segala bentuk dukungan tersebut akan tetap tercatat dalam sejarah Aceh sebagai bagian dari persahabatan yang luar biasa,” demikian Wali Nanggroe Aceh.[]

 

Berikan Pendapat