Wali Kota Robinhood
Oleh Darmansyah
KEMENANGANNYA sebagai wali kota menjadi headlines dan trending topic. “The New York Time” menurunkan laporan khusus dan menulis judul dengan huruf capital: welcome to robinhood.”
“The york,” begitu media raksasa itu disapa, gak menjelaskan alasan pemberian nama “robinhood” untuk sang wali kota terpilih itu. Tapi saya tahu .. sebagai jurnalis…
Itu kata benda. rob·in hood ˈrä-bən-ˌhu̇d. : seseorang yang diibaratkan sebagai penjahat heroik: seseorang yang merampok orang kaya dan memberikannya kepada orang miskin.
Robinhood dikenal sebagai “penjahat heroik” yang menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan dan sering digambarkan sebagai pahlawan rakyat.
Di tataran budaya populer, istilah “robinhood” juga dapat merujuk pada seseorang yang meniru perilakunya atau sebagai kiasan untuk tindakan serupa.
Mungkin tipikalnya, mungkin, mendekati “robinhood.” Tapi si wali kota terpilih bukan perampok. Namun pantas menyandang status itu.
Namanya: Zohran Kwame Mamdani. Politikus muda. Tiga puluh empat tahun. Dari partai demokrat. Faksi sosialis. Sejak empat tahun lalu.
Yang sebelum mencalonkan diri dalam pemilihan wali kota ia menjabat sebagai perwakilan dari distrik ketiga puluh enam majelis negara bagian, New York. Dari dapil distrik queens.
Lahir sebagai anak keluarga India yang hijrah ke Kampala, Afrika, Mamdani memilih sebagai muslim syiah. Seperti ayahnya. Mahmood Mamdani. Seorang akademisi.
Seorang profesor di Columbia University. Ibunya: Mira Nair, seorang sineas, Sejak muda, sejak dari kampungnya. Hindustan. India. Mungkin Anda pernah nonton film India garapannya.
Mira Nair, sang ibu, pemeluk Hindu. Keluarga ini perpaduan keberagaman India. Berimigrasi ke Afrika Selatan.
Di usia tujuh tahun Mamdani menetap di New York City. Ia lulusan Bronx High School of Science dan Bowdin College dengan gelar sarjana dalam bidang kajian kulit hitam.
Ia mendirikan cabang Students for Justice in Palestine yang pertama.
Sebelum terjun ke dunia politik, Mamdani adalah seorang konselor perumahan dan rapper kelas tiga yang dikenal dengan julukan “mister cardamom”. Sebagai musisi “hip hop.”
Karier musiknya yang singkat terkadang menjadi sorotan utama dalam iklan-iklan serangan lawannya.
Di awal kariernya ia pernah bekerja sebagai konselor perumahan. Memulai karier politik sebagai manajer kampanye seorang anggota kongres.
Oktober tahun lalu ia mengumumkan pencalonannya sebagai Wali Kota New York. Dan dalam pemilihan pendahuluan partai demokrat ia memenangkannya. Heboh…
Hebohnya lagi berasal dari tema kampanyenya. Visi kampanyenya menyuarakan dukungan untuk bus kota tanpa biaya, perawatan anak publik, toko grosir milik kota dan unit perumahan terjangkau.
Selain itu ia menjanjikan reformasi keselamatan publik yang komprehensif, dan upah minimun tiga pulah USD sehari.
Mamdani juga mendukung kenaikan pajak terhadap korporasi dan individu yang berpenghasilan di atas satu juta dollar per tahun.
Ambil lebih dari si kaya, kembalikan ke rakyat lewat bus gratis dan sewa rumah yang terjangkau. Bayangkan naik bus tanpa perlu tap kartu, cukup tap hati.
Kenaikan pajak orang kaya dari tujuh koma enam persen ke sebelas persen. Bikin jutawan cemberut, tapi rakyat kecil malah bisa tersenyum sambil duduk manis di bus kota.
Program bus gratis dan sewa rumah terkendali mungkin terdengar “terlalu idealis”, tapi bukankah perubahan besar selalu dimulai dari ide yang dulu dianggap utopia?
Kalau nanti ia berhasil menekan harga sewa dan membuat bus gratis jalan, mungkin semua ibu kota negara bisa mencontek juga. Bedanya, di sini yang naik dulu justru harga cabai.
Visi yang terakhir, dan, inilah yang menyebabkan “the new york time” memberinya sapaan “welcome to robinhood.” Merampas harta si kaya untuk diistribuskan ke si miskin.
Anda tahu di New York-lah berhimpun orang kaya dan kaya.. dan kaya…. Termasuk si orang kaya bernama: Donald Trump. Sang presiden. Yang mengganjal kemenangan sejak awal. Tapi soh…
Anda gak perlu saya kasih tahu berapa duit yang berputar di New York. Duit dari pasar modalnya.
En-ye-es-e. New York Stock Exchange. Bursa saham terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Menjadi tempat di mana ribuan perusahaan publik memperdagangkan sahamnya setiap hari.
Anda bisa menyimpulkan semua visi Mamdani bisa diringkas dalam satu kata “ups pro rakyat.” Bukan pro-jo atau pro-wo. Atau pun pro…pro….
Dalam kampanye terakhirnya sebelum hari pencoblosan, Mamdani dengan lantang menyuarakan kritikan terhadap perlakuan Israel terhadap warga Palestina, yang ia sebut sebagai genoside.
Dan berjanji ia akan menangkap Netanyahu bila menginjakkan kakinya di Kota New York sesuai dengan dalil untuk mematuhi putusan mahkaman internasional, bila ia terpilih.
Dan ia memang sudah terpilih… Dan lihat saja nanti apakah ia akan menangkap Netanyahu…
Tentang kampanyenya ini ia tegas membantah tudingan anti-semitisme. Antiyahudi. Yang kerap diarahkan kepadanya oleh lawan politiknya.
Untuk kampanye ini ia malah didukung oleh gen-z yahudi muda. Yahudi yang menyadari arti kemanusiaan.
Kemenangan Mamdani mengguncang dunia. Menjadikannya sebagai seorang Asia dan muslim pertama sebagai kepala pemerintahan di negara besar itu.
Dengan latar belakang sebagai imigran, Mamdani tidak pernah terbebani dengan tema dan visi kampanyenya. Ia bisa berempati terhadap penderitaan warga New York.
Mamdani jadi pemimpin yang unik untuk sebuah kota bernama New York karena. Dia minoritas imigran India yang beragama Islam.
Meski demikian, Mamdani tidak sendirian. Ia mendapat dukungan luas dari berbagai etnis lainnya. Bahkan Yahudi. Yamaika maupun Latino.
Mamdani berhasil menjadi wali kota diidentikkan dengan kelas pekerja bawah. Ia akan menjadi representasi kebangkitan politisi keturunan Asia di negara adidaya.
Headlines dan trending topic menempatkan kemenangan Mamdani sebagai wali kota terpilih sebagai fenomena. Mendapat aplaus dan respons yang ramai.
Fenomena ini dikaitkan dengan fenomena para pesaing politiknya yang dianggap sebagai minoritas keturunan imigran.
Ini menunjukkan New York sebagai bagian dari negara demokrasi modern. Seorang minoritas pun bisa menjadi kepala pemerintahan tingkat kota. Bagian dari mayoritas warga karena muslim.
Anda ingin menganalogikannya dengan si pulan yang cina atau arab.. silakan…
Kalau mau meniru New York dalam menerapkan prinsip demokrasi, negeri ini harus siap menerima si cina atau si arab menjadi presiden. Bagaimana?
Selain itu, yang menarik lainnya, Mamdani dalam kampanyenya tak bergantung dari “konglomerat dermawan”. Ia justru dibiayai rakyat kecil—dan pemerintah malah menggandakannya enam kali.
Itu seperti rakyat bilang: “nih Zohran, kamu maju aja, sisanya biar kami yang gandakan lewat sistem.”
Mamdani benar jadi wali kota terpilih. Ini pelajaran demokrasi paling “berani miskin tapi keren” di dunia.
Ia melawan dua politisi mapan dengan modal sumbangan receh rakyat — dan malah digandakan enam kali oleh negara.
Lucunya, lawan-lawan Mamdani sibuk menakut-nakuti publik bahwa ia sosialis, padahal rakyatnya justru bosan dengan yang terlalu kapitalis. Yang paling menarik ia imigran, muslim, muda, idealis.
Kota yang katanya tak pernah tidur itu rupanya juga tak tidur untuk keadilan sosial.
Yang saya gak tahu, nanti, apakah sebagai wali kota muslim pertama akan ada dampak positif pada perkembangan Islam itu sendiri ataukah berdampak negatif?
Tapi bacalah pidato kemenangannya: Ini kemenangan bagi mereka yang “sering kali dilupakan oleh politik kota ini”, mulai dari sopir taksi Senegal hingga perawat Uzbekistan
Bahkan kemenangan juru masak trinidad. “Kota ini milikmu, dan demokrasi ini milikmu juga,” katanya
New York akan menjadi “cahaya” di “masa kegelapan politik” saat ini.
Saya tahu ia memenangkan pilwali yang faktor agama bukan faktor penentu dalam politik. Tidak seperti di negeri ini. Agama menjadi segalanya.
Lucunya, aturan kampanye di New York malah lebih “islami” daripada sebagian aturan pemilu di negeri yang katanya religius — transparan, adil, dan anti-sogok besar. Yang luber.
Mamdani bisa jadi wali kota pertama beragama Islam di kota paling “bebas” di dunia, sementara sebagian kita masih ribut soal beda pilihan er-te, er-we, lurah dan keuchik. Hahaha.[]
- Darmansyah adalah wartawan senior, penulis “Kolom Bang Darman”



