MENJELANG tidur malam kemarin saya dapat say hello. Salam… sehat!!
Surprise…kejutan. Dari jauh. …jarak dan selisih waktunya. Bukan sepelamparan batu. Mungkin sepelemparan lembing. Tambah selisih waktunya siang sana dan malam sini
Kala “say hello” ketika saya berangkat tidur itu ia berada posisi waktu menjelang dhuha. Itu waktu Kopenhagen. Denmark. Kawasan nordik utara paling kecil. Barat daya Sweden.
Anda kan tahu Sweden. Tempat fraksi besar gerakan aceh merdeka. Fraksi yang mengatur gerakan perlawanan menentang Jakarta. Sweden akrab dilafadhkan identik dengan Hasan Tiro.
Identiknya juga seperti hari-hari ini menjadi retorik kembali setelah delapan belas tahun plakat damai yang melahirkan undang-undang otonomi khusus ditabalkan. Plakat undang-undang pemerintahan aceh.
Ringkasnya ulang tahun perdamaian.
Kopenhagen yang Denmark itu tetanggaan batas dengan Sweden Pasnya selatan Norway yang skandinavia utara blas uni euro.
Si “say hello” lagi studi strata tiga di kopenhagen university. Sembari studi ia juga menjadi staf pengajar. Sekaligus peneliti.
Spesialis penelitianya kopi dan pengaruhnya terhadap antioksidan tubuh kalau dicampur dengan susu dengan entah apa lainnya.
Kalau ada tambahan cerita kopinya… yang Aceh lagi. Negeri seribu warung kopi. Penelitian yang bisa mendukung membiaknya keude kopi taufik dan solong.
Ia anak teman. Yang ketika dia masih kanak-kanak saya sering ke rumahnya. Numpang tidur sekalian makan gratis. Di jalan katamso ujung Medan.
Ayahnya sahabat saya. Satu profesi. Jurnalistik. Di sebuah media terbitan regional. Satu desk. Desk olahraga dan kesehatan. Sang ayah sudah berjirat. Tapi persaudaraan antar keluarga masih terpelihara.
Ia sering memuji saya dalam mengatur ritme hidup. Mengatur pola makan. Itulah yang disesalinya dari sang ayah. Pola hidup dan pola makannya berantakan. Semua dihembat. Seperti umpan.
Disetiap “say hello” ia selalu menyertai dua kata: salam…sehat!!
Dua kata yang intonasinya gak nyambung. Ada interval di antara dua kata itu. Di sengajanya. Untuk mengartikulasikan antara salam dan sehat.
Kata salam sebagai penghormatan persaudaraan dan kata sehat untuk menerbangkan memori kenangannya untuk sang ayah. Artikulasi ini ia yang memberitahu. Ketika saya tanya tentang monotonnya sapaannya.
“Say hello”nya malam itu punya tema spesifik. Ia membenarkan sekaligus memuji asupan pagi saya. Kopi dan susu. Kopi susu. Bukan kopi pahit atau kopi apalah. Racikannya sederhana. Kental manis. Rumahan.
Katanya, ia baru saja menyelesaikan satu tahapan penelitian yang menunjukkan bahwa polifenol mengikat protein dalam produk daging, susu dan bir.
Dalam studi baru lainnya, dia dan timnya menguji apakah molekul juga saling mengikat dalam minuman kopi dengan susu. Memang, biji kopi kaya akan polifenol, sedangkan susu kaya akan protein.
“Hasilnya,” om, begitu ia menyapa sedikit serius, “menunjukkan bahwa reaksi antara polifenol dan protein juga terjadi pada beberapa minuman kopi dengan susu”
Nyatanya, reaksi terjadi begitu cepat sehingga sulit dihindari pada makanan mana pun yang telah tim kami pelajari. sejauh ini, ujarnya.
Karena itu, peneliti gak sulit merumuskan reaksi dan efek antiinflamasi yang berpotensi menguntungkan ketika makanan lain yang terdiri dari protein dan buah atau sayuran digabungkan.
“Saya dapat membayangkan hal serupa terjadi pada,” misalnya, “hidangan daging dengan sayuran atau smoothie, jika memastikan untuk nambah protein seperti susu atau yogurt,”
Ini kabar baik baik bagi pecinta kopi susu. Penelitian menyimpulkan bila menambahkan susu ke secangkir kopi hitam akan meningkatkan manfaat antioksidannya.
Ternyata kopi susu memiliki efek antiperadangan.
Saya terus mendengar dengan khusuk. Tak ingin memotong ketika ia mengatakan polifenol adalah sekelompok senyawa kimia alami tanaman yang diketahui bersifat antioksidan.
Saat mereka berikatan dengan asam amino – molekul penyusun protein – akan meningkatkan efek antioksidannya.
Sebelumnya tim peneliti dari the university of copenhagen, melihat efek pengikatan polifenol dengan protein di daging, produk susu dan beer.
Berawal dari sana, mereka tertarik untuk melihat lebih jauh pada kopi. Studi anyar mereka ini diterbitkan di sebuh journal.
Alasan untuk menyelidiki polifenol kopi karena polifenol ini memiliki struktur yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah dikerjakan saat melakukan analisis kimia”
Kopi terkenal tinggi polifenol, termasuk asam caffeic, yang mampu menghadang oksidasi lipoprotein. Lipoprotein bertindak seperti kolesterol karena lengket dan bisa menyempitkan pembuluh darah.
Menghambat oksidasi lipoprotein berarti juga akan mencegah terjadinya efek tersebut, sehingga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Pada studi lain dijelaskan bila polifenol mampu mengurangi respons imun pada mereka yang mengalami intoleransi laktosa
Peneliti melihat bila polifenol mampu mengarahkan respons imun dengan mengurangi peradangan.
Dalam riset terbaru ini, peneliti menggunakan sel tikus untuk menyelidiki respons peradangan dari dua polifenol – asam caffeic dan asam chlorogenic – saat disatukan dengan sistein
Timnya menemukan ketika sistein berikatan dengan polifenol kopi, respons peradangan berkurang. Gen-gen yang terlibat dalam respons peradangan diturunkan ketika sistein terikat pada polifenol.
Peneliti bersepakat bahwa saat polifenol dalam kopi berikatan dengan asam amino susu, efek antioksidan dan antiperadangan pada sel tikus meningkat.
Sekarang kita tahu bahwa reaksi antara protein dan polifenol adalah meningkatkan efek antiperadangannya. Dampaknya bisa untuk mengeksploitasi pengetahuan ini dalam makanan
Dari penelitian itu menambahkan susu dalam kopi bisa meningkatkan manfaat antioksidannya. Atau dengan kata lain ternyata kopi susu memiliki efek antiperadangan
Temuan terakhir justru membuktikan adanya kemungkinan bahwa penambahan susu dalam aneka minuman tadi akan menurunkan manfaat dari anti oksidan.
Pada beberapa kebudayaan dan tradisi kuliner, teh kadang disajikan bersama susu.
Biasanya sajian ini menggunakan jenis teh merah yang kaya polifenol dan katekin atau dengan teh hitam yang lebih banyak mengandung polifenol dan tannin.
Beberapa studi membuktikan bahwa menambahkan susu ke dalam teh sebagaimana kita mengenalnya sebagai teh susu bisa menurunkan manfaat polifenol dalam teh
Ditengarai penyebabnya adalah protein casein yang bekerja kontradiksi terhadap polifenol.
Namun soal pengaruh susu pada teh ternyata cukup kontroversial. Karena dalam studi lain, rupanya justru terungkap bahwa susu tidak memengaruhi komponen anti-oksidan pada teh sama sekali.
Riset lain mengungkap bagaimana dengan metode penambahan susu yang dilakukan pada suhu teh yang relatif lebih rendah cenderung membantu meningkatkan daya cerna tubuh terhadap polifenol hingga tujuh puluh lima persen
Jadi untuk teh susu, cara paling aman dalam menambahkan susu pada teh adalah saat suhu teh tidak terlalu panas.
Sedang penambahan susu dengan cara kebanyakan justru memungkinkan pengaruh susu menurunkan manfaat anti oksidan dalam susu.
Selain pada teh, justru penambahan susu pada minuman kopi dan cokelat lebih sering Anda temukan.
Bahkan bisa dikatakan menjadi jenis minuman yang sangat mudah Anda temukan dalam keseharian Anda. Bagaimana pengaruh susu pada sajian kopi susu dan cokelat susu?
Ternyata pada kopi dan cokelat pengaruh susu terlihat lebih dominan. Pengaruh susu dalam sajian cokelat bisa menurunkan pengaruh anti oksidan polifenol hingga tiga puluh persen
Sedang pada kopi, susu juga ditemukan memberi pengaruh menurunkan manfaat antioksidan dalam kopi. Efeknya sangat kuat pada jenis kopi susu yang memiliki kadar susu yang tinggi.
Sedang pada kopi, pengaruh penambahan susu memang bekerja cukup general terhadap sejumlah komponen kopi, termasuk kafein, fenol, asam klorogenik dan sejumlah komponen karbon di dalamnya.
Artinya, bila Anda khawatir terhadap pengaruh kopi yang agresif terhadap tubuh, menambahkan susu akan menjinakannya
Akan tetapi bila Anda butuh kopi yang “strong” seperti kopi sharing solong pilihlah jenis kopi yang bebas susu.
Kini kembali pada Anda, apakah akan menambahkan susu pada minuman favorit itu.
Terserah aja…[]
- Darmansyah adalah wartawan senior, penulis “Kolom Bang Darman”