Awas! Air Tanah yang Tercemar Logam Berat dari Batu Bara Bisa Jadi Bibit Kanker

Dr. Andika Rama Putra

PORTALNUSA.com | BANDA ACEH – Kasus pencemaran laut oleh tumpahan batu bara, sebagaimana yang terjadi di pesisir Meureubo, Kabupaten Aceh Barat bukan saja merusak lingkungan dan ekosistem laut tetapi ada dampak paling fatal lainnya yaitu tercemarnya air tanah oleh kandungan logam berat dari batu bara.

“Kandungan logam berat dalam batu bara yang sudah bereaksi dengan air laut bisa terserap oleh air tanah hingga akhirnya mencemari mata air dan sumur penduduk. Jika kadar logam berat yang mencemari air tanah sudah pada tingkatan maksimum akan sangat membahayakan manusia, bisa menjadi bibit kanker,” kata Peneliti dari Universitas Syiah Kuala (USK), Dr. Andika Rama Putra.

Berita terkait: Limbah Batu Bara Semakin Parah Cemari Pesisir Meureubo, Apa Kabar Tim Pansus DPRA?

Warning tersebut disampaikan Andika kepada Portalnusa.com menanggapi pemberitaan tentang tercemarnya pesisir Meureubo, Kabupaten Aceh Barat oleh tumpahan batu bara yang hingga kini terus berlanjut tanpa solusi penyelesaian.

“Ini perlu dilakukan penelitian secara komprehensif karena dampak tercemarnya laut oleh batu bara bukan hanya merusak ekosistem laut tetapi juga lingkungan seperti tercemarnya air tanah oleh kandungan logam berat dari batu bara. Ini sangtat membahayakan manusia karena mengonsumsi air tanah yang sudah terpapar logam berat bisa menjadi bibit kanker,” katanya.

Semua unsur logam berat, menurut Andika ada di batu bara tetapi tergantung besar kecilnya (kadar) sehingga pada batas tertentu akan sangat berbahaya.

Logam berat yang dikandung batu bara yaitu Arsenic (AS), Cad nium (CAD), Timbal (PB).

Menurutnya, Arsenic (AS) berbahaya karena mengandung Carcinogen yaitu zat pemicu kanker. Sedangkan Cad nium (CAD) dapat merusak hati dan sistem pencernaan, sama halnya dengan Timbal.

“Penelitian bisa dilakukan dengan mengambil sampel air di mata air sekitar itu dan memeriksanya di lab apakah sudah tercemar. Menurut saya, untuk kepentingan jangka pendek dan jangka panjang, penelitian secara komprehensif harus segera dilakukan,” ujar Andika yang juga Dewan Pakar pada Yayasan Perlindungan Lingkungan Hidup Indonesia (YPLHI) Aceh.[]

Berita terkait: Pesisir Meureubo Hancur Akibat Limbah Batu Bara, Pemerintah Aceh jangan Diam