PORTALNUSA.com | BANDA ACEH – Garis pantai dalam wilayah delapan desa di Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat semakin kritis akibat limbah batu bara. Pemerintah Aceh didesak untuk mengawasi kinerja PT Mifa Bersaudara yang diduga sebagai biang kerok pencemaran lingkungan tersebut.
Terkait dengan kondisi itu, Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh mempertanyakan tingkat keamanan pengangkutan batu bara milik PT. Mifa Bersaudara. Pasalnya batu bara yang diangkut oleh perusahaan tambang itu kembali tumpah dan mencemari pantai di desa-desa dalam wilayah Kecamatan Meureubo.
“Kawasan paling parah adalah Desa Peunaga Pasi dan Peunaga Rayeuk,” kata Koordinator FJL Aceh, Munandar didampingi rekannya, Ketua PWI Aceh, Nasir Nurdin. Nasir adalah putra Aceh Barat kelahiran Desa Peunaga Pasi, kawasan yang kini sangat rusak akibat limbah batu bara.
“Pantai di kampung saya benar-benar hancur, keindahannya kini berganti dengan limbah batu bara. Harus ada yang bertanggungjawab atas dampak lingkungan ini,” timpal Nasir Nurdin.
Koordinator FJL Aceh, Munandar mengutarakan, kondisi seperti itu sudah berulang kali terjadi. Tumpahnya batu bara bukan hanya merusak lingkungan tetapi juga mematikan usaha nelayan. Juga terjadi kerusakan terumbu karang di kawasan Aceh Barat dan Nagan Raya.
“Apakah cukup dengan kompensasi dan ganti rugi kepada masayarakat nelayan, lalu bagaimana dengan tanggung jawab mereka menjaga lingkungan,” kata Nandar.
FJL mendesak Pemerintah Aceh untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan PT Mifa Bersaudara dan menagih tanggung jawab mereka dalam menjaga lingkungan sekitar.
Keuchik Peunaga Pasi, Anwar Diwa yang dikonfirmasi Portalnusa.com, Selasa, 14 Maret 2023 membenarkan limbah batu bara kembali mencemari laut dan pantai di wilayah desanya.
“Semakin parah kondisinya. Tetapi orang-orang dari PT Mifa sudah turun melakukan pembersihan dengan melibatkan masyarakat untuk mengumpulkan limbah batu bara di pantai. Setiap goni yang terkumpul dibayar Rp 30.000,” kata Anwar.
Sementara Keuchik Peunaga Rayeuk, Zainal Abidin, mengungkapkan sejak batu bara itu ada di laut membuat pendapatan masyarakat nelayan berkurang.
“Yang jelas selama ada batu bara, pendapatan masyarakat nelayan jauh berkurang. Dulunya setiap musim timur ikan beranda banyak, tapi sekarang tidak lagi,” katanya.
Zainal juga mengatakan, pada musim angin timur seperti yang sedang terjadi saat ini, menjadi berkah bagi nelayan pesisir yang biasanya menangkap ikan beranda menggunakan jaring.
“Sekarang nelayan yang menggunakan jaring dalam beberapa tahun ini tidak mendapatkan ikan beranda,” keluhnya. []