PORTALNUSA.com | SABANG – Tugu Kilometer Nol (Km 0) Indonesia di Sabang tampak seperti kurang perawatan/pemeliharaan. Beberapa bagian kontruksi tugu terlihat ada yang retak. Begitu juga elemen-elemen bangunan mulai bercopotan sehingga sangat berisiko bagi pengunjung.
Informasi mengenai kondisi terkini Tugu Km 0 dilaporkan Ketua Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) Aceh, Muhammad Balia yang berkunjung ke tugu tersebut, Sabtu, 18 Januari 2025.
Berdasarkan amatan Balia, kondisi tugu semakin memprihatinkan sehingga perlu perbaikan secepatnya.
“Beberapa bagian konstruksi tugu terlihat ada yang retak. Begitu juga elemen-elemen bangunan mulai bercopotan sehingga sangat berisiko (membahayakan) pengunjung, apalagi dalam kondisi angin kencang,” kata Balia yang mengaku mengalami sendiri ketika salah satu elemen bangunan jatuh di dekatnya berdiri.
“Jangan sampai muncul penilaian negatif dari masyarakat Indonesia yang berkunjung ke Km 0. Apalagi kalau sempat terjadi insiden yang tak diharapkan, ini tentu saja akan mencoreng citra Aceh, khususnya Sabang yang menjadi salah satu daerah tujuan wisata,” kata Muhammad Balia yang juga Ketua Indonesia Congress and Convention Association (INCCA) Aceh.
Balia juga meminta perhatian Pemko Sabang terkait aspek kebersihan di sekitar tugu.
“Pengunjung membuang sampah sembarangan karena minimnya fasilitas seperti bak sampah. Ini hal kecil namun bisa meperburuk citra jika kurang mendapat perhatian,” demikian Muhammad Balia.
Hingga berita ini tayang, belum diperoleh tanggapan dari Pemko Sabang terkait informasi yang disampaikan Muhammad Balia mengenai Tugu Km 0 yang dinilainya kurang perawatan/pemeliharaan hingga kondisinya semakin memprihatinkan.
Sekilas tentang Km 0 Indonesia
Dikutip dari laman rri.co.id, Tugu Km 0 Indonesia di Sabang merupakan salah satu simbol penting yang melambangkan posisi paling barat Indonesia.
Seiring dengan perkembangan sejarahnya, tugu ini telah melalui beberapa perubahan dan lokasi sebelum menjadi ikon yang dikenal saat ini.
Pemerhati sejarah Kota Sabang, Albina Arrahman mengatakan, pada awal pemerintahan Sabang pada awal 1960-an, Tugu Km 0 terletak di pusat kota, yakni di Tugu Depan Kantor Wali Kota Sabang atau lebih dikenal dengan Tugu Sabang-Merauke atau Tugu Kembar.
Pada tahun 1970-an, tugu depan Kantor Wali Kota diganti dengan Tugu Garuda. Tugu ini mengusung lambang Garuda Pancasila sebagai representasi dari negara.
Tugu Garuda berdiri megah dengan simbol burung Garuda yang melambangkan Pancasila, ideologi negara Indonesia. Perubahan ini sejalan dengan upaya memperkuat simbol nasionalisme di wilayah Sabang.
Albina menambahkan, pada akhir 1990-an, perhatian pemerintah dan masyarakat Sabang beralih kepada penempatan tugu yang lebih representatif sebagai penanda titik nol kilometer Indonesia.
Maka, Tugu Km 0 Sabang dibangun di lokasi yang lebih strategis di Pantai Iboih, yang dikenal dengan keindahannya serta posisinya sebagai titik paling barat Nusantara. Tugu ini dirancang untuk menandai titik geografis yang merupakan batas barat Indonesia dan sekaligus menjadi salah satu daya tarik wisata.
Tugu Km 0 Indonesia di Sabang berdiri kokoh sebagai simbol identitas kota dan negara. Tidak hanya sebagai penanda geografis, tugu ini juga merupakan landmark penting yang sering dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai penjuru negeri. Dengan desain yang mencerminkan kebanggaan nasional, Tugu Km 0 Sabang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari citra Kota Sabang, melambangkan semangat dan persatuan bangsa Indonesia.[]