Ujian di Tengah Tekanan Ekonomi dan Semangat Sumpah Pemuda

Penulis, Rahmat Nur, ST., adalah ASN asal Aceh sekaligus mahasiswa (Tugas Belajar) yang sedang menjalani studi magister di STIE BINA KARYA di Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara.

“Dari Ujian Ekonomi Menuju Kedewasaan Bangsa — Refleksi Sumpah Pemuda di Tanah Aceh dan Sumatera Utara”

DI tengah tekanan ekonomi yang melanda berbagai wilayah Indonesia, masyarakat Aceh dan Sumatera Utara (Sumut) kini menghadapi ujian berat: bukan hanya tentang kemampuan bertahan secara ekonomi, tetapi juga tentang kedewasaan mental, moral, dan karakter kebangsaan.

Refleksi ini menjadi sangat relevan pada momentum Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, ketika bangsa kembali diingatkan tentang arti persatuan, ketangguhan, dan semangat membangun Indonesia yang maju.

Ujian Ekonomi dan Ketangguhan Masyarakat

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan I tahun 2025 mencapai 4,59% (y-on-y), sementara Sumatera Utara mencatat 4,67% pada periode yang sama.

Meski pertumbuhan positif, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) masih cukup tinggi: 5,50% di Aceh dan 5,05% di Sumut (BPS, 2025).

Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat masih berjuang keras mencari kestabilan ekonomi di tengah naiknya harga kebutuhan pokok dan terbatasnya lapangan kerja.

Namun, di balik tantangan itu, masyarakat Aceh dikenal dengan nilai religius dan gotong royong yang kuat, sementara masyarakat Sumatera Utara terkenal dengan semangat juang dan etos kerja tinggi. Dua karakter ini menjadi fondasi penting dalam menghadapi tekanan ekonomi tanpa kehilangan jati diri.

Kedewasaan Bangsa: Dari Aceh dan Sumut untuk Indonesia

Usia kemerdekaan Indonesia yang kini melampaui 80 tahun menjadi momentum untuk menilai sejauh mana kedewasaan karakter bangsa telah tumbuh.
Negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, dan Jerman mencapai kemajuan bukan hanya karena ekonomi, tetapi karena mentalitas warganya yang disiplin, berintegritas, dan menghargai kerja keras.

Sebagai contoh, Jepang bangkit dari kehancuran perang dengan budaya tanggung jawab sosial dan penghormatan terhadap waktu. Korea Selatan, yang pada 1970-an masih setara dengan Indonesia dalam hal ekonomi, kini melesat menjadi kekuatan industri dunia berkat kedisiplinan dan orientasi inovasi.

Sebaliknya, di Indonesia — termasuk di Aceh dan Sumut — tantangan terbesar bukan pada sumber daya, melainkan pada pembentukan karakter masyarakat yang matang menghadapi ujian.

Masyarakat yang dewasa adalah mereka yang tidak mudah menyerah, tidak memilih jalan pintas, dan tetap menjunjung nilai kejujuran serta kebersamaan.

Refleksi Sumpah Pemuda: Dari Persatuan ke Ketangguhan

Sumpah Pemuda 1928 bukan sekadar seruan untuk bersatu dalam bahasa, bangsa, dan tanah air — tetapi juga ajakan untuk bertumbuh menjadi bangsa yang kuat secara mental dan moral.
Semangat itu kini diuji kembali dalam bentuk baru: ujian ekonomi global, ketimpangan sosial, dan tantangan moral modern.

Dari Aceh hingga Sumatera Utara, semangat kepemudaan tampak hidup dalam berbagai bentuk — mulai dari generasi muda yang mengembangkan UMKM, komunitas kopi lokal yang menembus pasar ekspor, hingga gerakan sosial yang membantu masyarakat kecil.

Inilah bentuk nyata Sumpah Pemuda dalam konteks kekinian: bersatu, bekerja keras, dan berkontribusi untuk negeri.

Menuju Indonesia Maju: Mental Tangguh dan Karakter Luhur

Bangsa yang dewasa bukan diukur dari lamanya merdeka, tetapi dari kedewasaan masyarakatnya dalam menghadapi cobaan.
Tekanan ekonomi saat ini adalah cermin untuk menilai apakah semangat Sumpah Pemuda masih hidup di dada generasi Aceh dan Sumut — generasi yang tidak menyerah pada keadaan, melainkan bertransformasi darinya.

Dengan nilai religius, semangat kerja keras, dan kepedulian sosial yang kuat, Aceh dan Sumut memiliki potensi menjadi contoh bagi daerah lain: bahwa kemandirian ekonomi dan kematangan moral adalah dua sisi mata uang menuju Indonesia Maju.

“Sumpah Pemuda bukan sekadar sejarah — ia adalah cermin kedewasaan kita dalam menghadapi ujian zaman.” []

Berikan Pendapat