FANS ultra les parisiens menyanyikan koor panjang dengan judul: adios “sampah” Neymar.
Mereka menyambut riang kepergian striker itu. Sama seperti riangnya mereka menyambut kedatangannya di tiga musim lalu dari barca.
Tentu di keriangan berbeda. Bak langit dan bumi. Langitnya cerah dan buminya kelabu.
Kalau dulu disambut dengan karpet merah kini dibiarkan pergi lewat jalan berdebu. Debu gurun….
Saya tersentak membaca tulisan tentang koor panjang kebencian fans les parisiens itu terhadap pemain asal brasil yang sebelumnya menjadi ikonik di barcelona bersana lionel messi.
Sebut saja media “le monde, le figaro maupun charlie hebdo.” Media yang terakhir ini, charlie hebdo, terkenal dengan tulisan satirnya.
Tulisannya ampun… Membongkar semua kehidupan pribadi Neymar.
Kehidupan “nomaden” yang mereka tudingkan cocok berumah di gurun saudi bersama “al hilal.
Cocok untuk mendramaturgikan kehidupannya sebagai bintang kedua di langit barca. Di bawah bayang-bayang lionel messi.
Yang menjadi alasan Neymar datang ke paris saint-germain. Untuk meraih predikat pemain terbaik sekaligus “balon d’or”. Lambang supremasi liga sepakbola eropa sekaligus dunia.
Namun semuanya hang. Hanya fatamorgana. Tak kesampaian. Nyaris sebuah ilusi.
Saya tak pernah membaca sebuah ulasan berbentuk esai sekejam itu. Tapi itulah charlie Hebdo. Media yang menjungkirbalikkan sisi kehidupan pribadi seseorang lewat gaya satire-nya.
Yang Anda juga perlu tahu tentang satire. Sebuah gaya bahasa atu ungkapan yang menggunakan ironi plus parodi dengan maksud menertawakan kebiasaan. Dan itulah stylish-nya charlie Hebdo dalam konteks Neymar.
Masih lumayan “l’equipe” media olahraga terkenal yang berkompromi menulis Neymar di antara dua pijakan.
Pemain yang agresif di lapangan bercampur dengan hedonisnya kehidupan pribadinya.
Begitu bencinya pendukung fanatik klub kota paris, perancis, itu terhadapnya sehingga sampai memberi label “sampah.”
Sebagai jurnalis saya sulit untuk membela Neymar untuk semua hal yang dia lakukan selain bermain sepakbola.
Saya telah lama mengikuti perjalanan karirnya. Saya hanya bisa mengatakan: sepakbola memberi Anda anugerah. Apa yang Anda lakukan memperumitnya’.”
Mendiang ikon brasil Pele pernah mengkritiknya secara terbuka dalam sebuah wawancara dengan Folha de Sao Paulo lima tahun lalu. Penilaiannya tetap akurat hingga hari ini.
Neymar adalah pesepakbola spesial, jenis yang hanya muncul sekali dalam satu generasi. Tapi dia belum melakukan cukup banyak untuk memaksimalkan bakat uniknya.
Dia masih menjadi pengubah permainan ketika sepenuhnya fit dan bersemangat – itu terbukti ketika dia mencetak gol solo yang luar biasa dalam pertandingan perempat-final piala dunia lalu melawan kroasia.
Di waktu tambahan di penghujung babak pertama perpanjangan waktu, di berhasil masuk ke dalam kotak penalti dengan memainkan dua aksi tipuan cerdik.
Dia berhasil melewati kiper dan mengarahkan bola ke gawang dengan gaya yang tegas.
Brasil membutuhkan sesuatu yang ajaib itu didapatkan dari Neymar.Tapi selecao tidak dapat melanjutkan performa bagus itu karena kalah dalam adu penalty.
Saat itu Neymar mampu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Dia ahli menggiring bola, dan dia melihat celah yang tidak dimiliki pemain lain. Dia dapat menciptakan peluang dari ketiadaan dan lebih sering daripada tidak.
Memiliki sentuhan akhir atau umpan akhir yang menentukan untuk menyamai kecerdikannya pada bola.
Tapi dia telah menyia-nyiakan tahun-tahun terbaik dalam kariernya.
Dia membuang kesempatannya untuk bergabung dengan Pele dan Messi sebagai legenda sejati permainan dengan bergabung dengan paris saint-germain.
Mantranya di parc des princes tidak lebih dari bencana total. Sebuah tulisan yang saya baca dari penulis sepakbola terbaik mempertanyakan: “apakah kita menyadari transfer dan gaji, adalah kegagalan terbesar dalam sejarah sepakbola?
“Saya tidak bisa membayangkan ada yang lebih mengerikan dari itu.”
Gak ada yang tersisa untuknya di euro. Les parisiens ingin dia pergi, dan setiap klub top lainnya menjauhkan diri darinya.
Dan sekarang, dia ditakdirkan untuk bergabung dengan daftar nama besar yang terus berkembang untuk mengejar kekayaan di saudi.
Dalam dua musim ini Neymar memang menjadi beban hidup klub “red bleus” itu. Kontribusinya minim sedangkan kontroversinya maksi.
Untuk kontroversi inilah, dua pekan lalu, paris saint-germain, klub juara ligue satu, itu memberi ruang bagi Neymar untuk pergi. Ia dimasukkan dalam kategori pemain “sepah.” Habis manis sepah di buang.
“Sepah” ini langsung ditampung al-hilal. Klub liga saudi. Liga Saudi yang kini sedang mendehamkan..hmmm.. setelah cristiano ronaldo. karim benzema dan saido mano lebih duluan merumput.
Saudi memang sedang mendengungkan sebuah revolusi sepakbola dengan membuat bingung liga eropa lewat belanja pembelian pemain bintang secara gila-gilaan.
Revolusi yang ditulis dengan nada mengejek oleh media olahraga paling terkenal “sky sport” sebagai “instant revolution.” Revolusi instan.
Saya dengan terperangah manggut-manggut usai menonton video pendaratan Neymar ke “al-hilal.”
Video berdurasi tiga menit yang memperlihat Neymar tersenyum mengembangkan seragam biru bertuliskan “savvy” tambahan “games group” milik “al hilal”.
Pemain internasional brasil itu mendarat di “al-hilal” dengan transfer tujuh puluh delapan juta poundsterling. Atau sembilan puluh juta euro. Angka rupiahnya tolong Anda hitung sendiri…
Angka rupiah yang mengejutkan. Sama dengan terkejutnya saya di lima tahun lalu ketika Neymar menghenyakkan semua angka transfer lewat pembeliannya oleh les parisiens.
Harga seratus sembilan puluh delapan juta poundsterling atau sama dengan dua ratus dua puluh dua juta euro. Yang sekali lagi…. maaf… saya meminta Anda untuk menjumlahkan lewat perkalian rupiah.
Di video pendek media sosial klub itu ia berujar: “saya di sini, arab saudi. Saya pemain al-hilal”.
Dunia tersentak. Kalau di politik, masyarakat dunia mengenal nomenklatur revolusi arab, maka di sepakbola akan muncul istilah spring arab saudi. Bukan masalah politik. Tapi urusan bola.
Yang nantinya istilah merumput gak kepakai lagi. Digantikan dengan sebutan yang afdal. Menggurun. Hahaha…..
Di pertengahan tulisan ini saya setuju dengan timpukan sampah yang koorkan fans paris saint-germain. Tapi tetap dengan tanda dua kutip mengaptnya. “Sampah”.
Itu didapat dari kenyataan. Kenyataan investigasi reporting “sky sports.” Yang menuliskan tentang waktu Neymar bersama les parisiens di dua musim terakhir. “Separuh waktu Neymar habis di ruang perawatan”.
Setengahnya lagi, tulis “sky,” dihabisinya untuk melampiaskan kehidupan “jet set”nya. Pemain brasil itu benar-benar dianggap hedonis. “Rei do ferias.”
Dalam bahasa gaulnya, “king of holiday.” Padanan yang pasnya dalam bahasa saya: Rajanya pelesir atau rajanya pesta.
Neymar menghabiskan waktu cederanya dengan melampias hedon-nya. Dari paris dia bisa terbang kemana saja dengan jet pribadinya. Ke New York untuk bersalsa ria di pesta kim kardhasian.
Atau ke pantai nudis praia do pinho menikmati melepaskan pandang ke turis telanjang.
Neymar dikontrak “al-hilal” selama dua musim dengan bayaran seratus tiga puluh juta poundsterling setahun. Yang kalau bisa dijalaninya dengan penuh ia akan mendapatkan dua ratus enam puluh pound.
Saya bergidik dengan gajinya. Dan bergumam: pantas ia jadi musuh les parisiens. Ketika para pemain fokus pada bola dia fokus pada banyak hal. Bola, cedera dan jet set.
Cerita kedatangannya ke “al-hilal” makin hari makin gaduh di media sosial. Fans muda saudi seperti terhipnotis mengacak berita kedatangannya. Nafsu mereka mengulik medsos seperti orang kelaparan.
Kesempatan ini dipergunakan manajemen “al-hilal” menggebrak twitter.
Salah satu pakar industri yang berbasis di Riyadh, menjelaskan kepada media bisnis inggris: mereka melawan waktu dan tidak akan meninggalkan kebutuhan bisnis yang terlewatkan.
Mereka mengejar apa yang mereka butuhkan. Itu terlihat dari cara mereka merayu si hedonis. Neymar. Agar mau bergurun ria di negeri petrodollar itu.
Seperti ditulis media “the sun,” selain gaji “super jumbo,” satu koma tiga triliun rupiah setahun atau dua puluh delapan miliar rupiah per-pekan, Neymar masih minta sejumlah syarat yang bikin saya dan Anda…
Al-hilal harus menyediakan mobil super mewah lengkap dengan sopirnya. Dengan demikian mobil itu bisa dipakai oleh teman-temannya sewaktu bermain di klub.
Mobil yang diminta dari jenis dan merk bentley continental, aston martin dan lambhorgini huracan yang Anda tahu salah satu jenis mobil ini menjadi tunggangan hotman paris hutapea. Si pengacara flamboyant itu.
Tidak hanya tunggangan fasilitas luks juga harus menyertai rumah tinggalnya. Kulkasnya harus terisi dengan minuman jus asai. Ada juga guarana minuman khas brasil. Ada sauna dan lima pembantu.
Ada kolam renang spesifik, berkamar dua puluh lima. Ada permintaan yang lebih gila lagi. Klub harus membayar biaya pelesirnya “all in” dengan jet pribadi kapan yang ia butuh.
Al-hilal, seperti ditulis sebuah media brasil “folha do sao paulo” seperti dicocok hidungnya. Mereka menyetuji semua persyaratan.
Bagi saya ini sebuah pertaruhan. Neymar seperti saya tahu adalah seorang pemain kaca selama empat musim di les parisiens. Terlepas dari bermainnya yang sering mengundah kegundahan lawan. Eksplosif.
“Folha do sao paulo” melepaskan sebuah kalimat untuk kontrak itu: Neymar berhasil “memeras” al-hilal secara sempurna.[]
- Darmansyah adalah wartawan senior, penulis “Kolom Bang Darman”