Cilaka Heboh

ANDA sudah tahu. Mungkin jauh lebih tahu dari saya. Mungkin juga dari sumber yang sama. Atau sumber tahunya Anda tidak sama dengan saya.

Saya tak berani mengatakannya benar. Bisanya hoaks. Tapi bisa juga benaran, Yang sebenar-benarnya tunggulah kebenarannya. Itupun kalau Anda sabaran. Kalau gak tunda aja benarnya.



Mencari benarnya sangat sulit. Saya telah mencoba. Menghubungi banyak teman lama yang link-nya skala luas. Link ke junior investigasi report.

Jawaban dari junior: hebohnya “di bawah meja.”

Saya mafhum yang namanya heboh “di bawah meja.” Meski santer, namun bener atau tidaknya sulit  yang tahu. Paling ada klarifikasi ‘resmi’.

Heboh “di bawah meja” ini memang mengagetkan. Ceritanya agak ‘barbar’. Jadi perlu segera dicari ditelisik kebenaran-tidaknya.

Ceritanya menteri bakal calon presiden cekik wakil menteri.

Gawatnya, kalau benar. Moga gak benar. Anda bertanya, “mengapa?”

Ya… syarat menjadi seorang presiden dan wakil, harus sehat lahir, juga batin.

Badan sehat tapi jiwa dan pikiran sakit, berbahaya. Jiwa sehat, badan yang sakit percuma juga. Ndak bisa kerja. Kayak ayam sakit bengong . . .

Kalau sakit badan dan juga sakit jiwa? Paling berakibat si ‘person’ akan cepet mati. Lumayan . . .

Namun, klarifikasi sehalus mulus apa pun. Segamblang apa pun. Mesti percuma. Lawan politik tetap ndak percaya.

Kawan politik menutupi, bersembunyi di balik jargon setia kawan. Padahal setia kepentingan.

Bener tidaknya berita itu, kita lihat saja sebulan dua bulan lagi.

Apakah sekretaris kabinet memberikan klarifikasi?

Tapi mungkin juga ndak akan terjadi. Sebab sekretrais kabinet itu adalah ‘petugas partai’. Capres partai-nya pesaing dari si ‘pencekik’.

Berita ini tentu heboh. Menghebohkan. Heboh, beritanya, seorang menteri yang mencekik dan menampar wakil menteri.

Tapi itu bukan wakil menterinya sendiri melainkan wakil menteri lain. Wakil menteri pertanian.

Asal kisruh berita ini datang dari akun media sosial. Nama akunnya: seword.Yang kalau dibaca bisaberbunyi sewot. Dan Anda tahulah arti kata sewot…

Narator akun ini tak membantah berita itu. Malah  mengklaim mendengar kabar dari orang yang menyaksikan langsung

Menteri bakal calon presiden mencekik dan menampar seorang wamen menjelang rapat kabinet.

Disebutkan langsung nama menteri itu secara jelas sembari memberi arah telunjuk: calon presiden. Blasss…  Spekulasi mencuat di aplikasi perpesanan.

Banyak media mainstream mencoba mengkonfirmasinya. Kepada Wakil Menteri. Sampai saya selesai nulis  belum terbaca jawabannya.

Kecuali bantah… bantah… dan bantah. Anda tahu darimana datangnya bantahan itu.

Berita cilaka itu secara format “check and balances” belum terklarifikasi utuh. Tambahan angka cilakanya bukan dua belas. Empat belas. Sebab yang menampar itu bakal calon presiden.

Anda kan sudah tahu kemana arah tudiangan itu. Sebab hanya bakal calon presiden yang berstatus menteri. Kalau yang lain kan ada juga kata menterinya. Tapi mantan. Sudah dipecat.

Lainnya lagi?

Petugas partai. Baru saja jadi mantan gubernur.

Berita panas ini yang heboh ini gak di tataran rahasia. A-satunya sudah meleleh, Sudah diklarifikasi. Ke “pak lurah”.  Dibantah.

“Setahu saya tidak ada peristiwa seperti itu,” kata presidennya.

Benar dia tidak tahu. Informasi valid  menyebut “pak lurah” gak ada pada kejadian itu. Sedang berhalangan. Di rapat kabinet.

Sang menteri yang bakal calon presiden sudah  mengatakan, beritanya sama sekali gak benar. Ia ngaku  belum pernah bertemu dengan Wakil Menteri itu. Harvick Khusnul Qalbi.

Seakan-akan menegaskan bila bertemu saja belum pernah, bagaimana kejadian itu bisa ada.

Sedangkan petinggi sebuah partai pengusung presiden petugas partai nyelonong dengan ocehan: bila ada asap pasti ada api.

Yang penting dipastikan apakah peristiwa tersebut benar terjadi atau tidak. Dia hanya meminta masyarakat selalu cek rekam jejak capres.

Rekam jejak jadi penting agar peristiwa yang melanggar hukum itu tidak terjadi. Namun isu ini terus menggelinding.

Lantas para pendukung bakal calon melaporkan penyebar isu

Lantas mulailah bongkar-bongkar file. Runutannya peristiwa silam dan silam lagi.

Carinya cukup di internet. Ada kejadian kekerasan yang menyenggol nama sang menteri bakal calon.

Sembilan tahun silam sang bakal calon pernah melempar handphone ke sesorang tokoh partai ketika menarik dukungan darinya.

Partainya gak mau bergabung ke koalisinya.

Ada juga peristiwa lain. Viral. Seorang peneliti  menuturkan waktu di akademi militer ia pernah menghajar seseorang teman… Sang teman pernah menjadi presiden. Kini sedang turun gunung.

Namanya silakan  terka sendiri. Kebenarannya jangan tanyakan dengan saya. Saya cuma menyalinnya. Menyalin benar ada tulisannya. Bukan peristiwanya.

Ada juga viral lainnya. Sang calon presiden pernah gebrak-gebruk meja dalam kampanye empat tahun lalu. Kalau ini mah biasa. Gak harus jadi hitungan. Saya sendiri sering gebrak kok.

Menurut seorang teman beberapa peristiwa yang dikabarkan media mainstrem maupun visualnya masih bisa dilihat.  Kalau ditanya ke saya gak perlu dilihatlah…

Apalagi kalau sekadar kekerasan berdasarkan desas -desus. Yang katanya lebih banyak lagi. Dan lagian.

Lebih banyak bisa merugikan Saya tak tahu apakah setelah polemik ini mencuat, elektabilitasnya jadi turun? Atau justru malah naik.

Tolong Anda jawab saja sendiri  Mau ya atau gak  kayaknya bagi saya gak punya pengaruh. Sebab saya berada di tengah-tengah ya dan tidak.

Bagi saya,  jika memang ini peristiwa yang tidak nyata berarti orang yang mengarang cerita itu sangat berani.

Risikonya sangat berat dan harus dia tanggung. Jangan mudah percaya informasi jika validitasnya belum bisa dipastikan.

Setiap informasi yang beredar selalu punya tujuan. Dan kita tidak tahu bila kabar ini tidak benar sebagian orang merasa beneran terjadi.

Tunggu ajalah lanjutnya.[]

  • Darmansyah adalah wartawan senior, penulis “Kolom Bang Darman”