LSM GEN-A Edukasi Remaja Putri, dari Vaginal Hygiene sampai Pelecehan Seksual

Nabilah Shafwat, S.Farm memberikan edukasi kepada remaja putri tentang kesehatan reproduksi. (Foto Zuraida/Portalnusa.com)

Laporan Zuraida, Banda Aceh

PORTALNUSA.com | BANDA ACEH – Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A), LSM kepemudaan berbasis riset, training, dan pengabdian masyarakat mengedukasi remaja putri Panti Asuhan Media Kasih tentang kesehatan reproduksi dan pencegahan pelecehan seksual.

Kegiatan di Panti Asuhan Media Kasih Banda Aceh diikuti 20 remaja putri di panti tersebut, Minggu, 19 November 2023.

LSM GEN-A yang beranggotakan pemuda Aceh berprestasi dari berbagai kepakaran bergerak bersama untuk pembangunan Aceh dengan membentuk katalisator generasi unggul melalui berbagai subunit.

Salah satu subunit-nya adalah Public Health Innovator (PHI) yang bergerak dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.

Program PHI GEN-A menghadirkan aktivis kesehatan dari perawat dan apoteker sebagai pemateri.

Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri dalam menjaga kesehatan organ reproduksi dan menjaga diri dari pelecehan seksual.

Kegiatan di Panti Asuhan Media Kasih dipandu oleh Imra Atun Munira, S. Farm  diawali dengan pre-test berisi 20 pertanyaan terkait dengan kesehatan reproduksi dan pencegahan pelecehan seksual.

Materi pertama ini bertajuk: Kesehatan Reproduksi: Vaginal Hygiene pada Remaja dipaparkan oleh Nabilah Shafwat, S.Farm.

Menurut Nabilah, dengan adanya informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi diharapkan remaja mampu menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk bagi yang sedang menstruasi.

“Menjaga kesehatan reproduksi saat menstruasi sangat penting karena saat menstruasi, organ intim rentan sekali terpapar oleh bakteri,” ujar Nabilah.

Nabilah juga menjelaskan mengenai cara mengatasi nyeri haid karena kondisi ini sangat banyak dialami oleh wanita.

Menurut Nabilah, nyeri haid ini terjadi karena peluruhan dinding rahim disebabkan tidak terjadi fertilisasi yang memunculkan rasa sakit sampai ke tulang belakang.

“Kita dapat mengatasi nyeri haid dengan mengompres area yang sakit menggunakan air hangat, serta hindari mengonsumsi minuman berkafein,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan cara melakukan vaginal hygiene yaitu membasuh vagina dari arah depan ke arah belakang (bokong) agar kuman-kuman di sekitar anus tidak terbawa ke area vagina sehingga mencegah munculnya penyakit.

“Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari juga penting. Begitu juga mengganti pembalut ketika haid minimal 3 kali sehari. Kebiasaan ini dapat terhindar dari berbagai penyakit seperti radang panggul, infeksi saluran kemih, radang vulva (vulvitis), dan lainnya,” demikian Nabilah Shafwat, S.Farm.

Pelecehan seksual

Sesi foto bersama peserta dan narasumber. (Foto Zuraida/Portalnusa.com)

Materi kedua dilanjutkan oleh Ns. Cut Aura Maghfirah Putri, S.Kep, membahas mengenai pencegahan pelecehan seksual berbasis religio-psiko-sosial.

Ns. Aura mengawali edukasi dengan menunjukkan fakta berupa berita-berita yang melaporkan berbagai kasus pelecehan seksual yang terjadi di Aceh.

Sebagai informasi, Indonesia termasuk darurat pelecehan dan kekerasan seksual.

Dalam rentang Januari-September 2023 Kemen-PPA melaporkan ada 19.593 kasus dan 7.451 korban (38%) berusia 13-17 tahun.

Untuk Aceh, Juni 2023 terdapat 575 kasus yang tercatat oleh DP3A.

“Ini masalah besar dan anak muda harus bergerak aktif untuk mencegah kejadian ini,” kata dr. Imam Maulana selaku Direktur Eksekutif GEN-A.

Sedangkan menurut Ns. Aura, pelecehan seksual bisa terjadi kapan saja baik di sekolah, di tempat umum, bahkan di lingkungan terdekat.

Pelecehan seksual bukan hanya sebatas tindakan fisik seperti menyentuh, meraba, atau memegang tubuh korban tanpa persetujuan.

“Tindakan seperti bersiul, mengucapkan rayuan dan lelucon yang berbau seksual atau menatap korban dengan nuansa seksual itu sudah masuk ke pelecehan seksual,” tegas Ns. Aura.

Dia juga menekankan kepada para peserta untuk tidak diam ketika mengalami pelecehan seksual.

Cobalah untuk menceritakan kejadian tersebut kepada orang yang dipercaya dan memiliki wewenang seperti orangtua/wali dan guru jika terjadi di sekolah.

Jika diperlukan, meminta informasi dan perlindungan dari lembaga seperti Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

“Ini merupakan opsi yang perlu dipertimbangkan untuk dilakukan ketika korban ingin melaporkan kasus tersebut ke pihak berwajib,” katanya.

Dalam agama Islam, upaya pencegahaan pelecehan seksual sebenarnya bukanlah hal yang asing, namun sering diabaikan.

Salah satu yang paling sederhana adalah batasan aurat dan larangan untuk tidak bersentuhan dengan yang bukan mahramnya.

Aurat tidak hanya kepada lawan jenis, tetapi kepada sesama jenis. Tidak jarang wanita berjilbab namun tidak sadar kalau bagian lehernya terlihat.

“Selain itu, penting bagi kita untuk membiasakan agar tidak bersentuhan dengan lawan jenis walaupun hanya sentuhan ringan bercanda.”

“Kebiasan kecil bersentuhan seperti ini lama kelamaan akan membuat kita terbiasa sehingga pelan-pelan tidak sadar sudah berlebihan. Oleh karena itu, beranilah untuk menegur dan saling mengingatkan ketika itu terjadi,” pesan Ns. Aura.

Pemberian materi oleh masing-masing narasumber dirangkai dengan sesi tanya jawab dan juga post-test.

Para peserta diberikan soal post-test dengan tujuan untuk membandingkan pengetahuan setelah diberikannya materi.

Kegiatan ditutup dengan pemberian doorprize dan sesi foto bersama.[]

Writer: ZuraidaEditor: Nasir Nurdin