Mantan Kapolres Aceh Utara Sulap Limbah Jadi Produk Bernilai Jual Tinggi

Mantan Kapolres Aceh Utara, Ir. Ahmad Untung Surianata, M.Hum memperlihatkan contoh karya yang dihasilkannya dengan memanfaatkan limbah alam berupa sampah. (Dok Pribadi for Portalnusa.com)

Laporan T. Moundary, Aceh Utara

PORTALNUSA.com | ACEH UTARA – Bagi sebagian orang, batok kelapa, tanah liat dan kayu hanyut di laut adalah limbah atau sampah yang tak berharga.

Namun tidak demikian bagi mantan Kapolres Aceh Utara, Ir. Ahmad Untung Surianata, M.Hum.

Bagi pria yang akrab disapa Pak Untung Sangaji ini limbah bisa disulap menjadi barang bernilai jual tinggi bahkan bisa beromset miliaran rupiah.

 Produk dari bahan baku limbah yang dihasilkan oleh Untung Sangaji bukan saja diminati warga lokal tetapi sampai ke mancanegara, termasuk Eropa.

Untuk melihat secara langsung keseharian purnawirawan Polri tersebut, Portalnusa.com menyambangi kediamannya di Desa Bantayan, Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara, Minggu, 11 Februari 2024.

 Di kediamannya terlihat puluhan pemuda sedang mengerjakan berbagai produk dari limbah alam.

“Saya melatih mereka di tempat ini agar mereka menjadi orang yang bisa mengolah sesuatu yang bagi orang lain dinggap tak berguna menjadi sesuatu yang mendatangkan rupiah,” kata Untung.

Menurut Untung, barang-barang yang dihasilkannya bukan saja menggunakan bahan baku limbah dari alam tetapi dia juga memproduksi kopi Arabica Wine dari Gayo yang dipasarkan ke luar negeri.

“Permintaan terbesar kopi wine olahan saya datang dari Rusia.” ujar Untung Sangaji

 Mengenai limbah alam yang menghasilkan karya seni dan bermanfaat bagi masyarakat, misalnya batok kelapa bisa dijadikan kancing baju yang sangat diminati di Eropa.

Pwrmintaan kancing baju dari batok kelapa ini mencapai 10 ton setiap empat bulan. Nilai uangnya mencapai miliaran rupiah.

Sedangkan kayu hanyutan dari laut yang sudah berkarang dan menjadi sampah di pesisir bisa menjadi benda-benda seni untuk hiasan kolam ikan piaraan.

Tentu prosesnya memerlukan perlakuan khusus dengan pendekatan seni.

Kayu ‘sampah’ itu dibersihkan dan dilakukan pengerasan. Selanjutnya diukir dengan motif-motif tertentu hingga berubah menjadi karya yang indah.

“Setelah dicat dengan warna besi maka benda-benda itu akan terlihat lebih mewah dan hidup. Bisa jadi pajangan atau penghias kolam ikan,” ujarnya.

Harga barang kerajian seni dari kayu hanyutan bervariasi dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Mantan Kapolres Aceh Utara ini tak pelit ilmu. Dia menularkan kepiawaiannya kepada anak-anak muda agar usaha tersebut terus berkembang yang pada akhirnya bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Aceh Utara pada khususnya.

Untung Sangaji juga berharap dia dapat mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas produksi melalui pelatihan yang diberikan.

Salah satunya dengan mendorong masyarakat mengembangkan ekspor produksi bahan limbah sekitar dan limbah hanyutan laut di Aceh Utara.

Mengenai pemasaran produk, jika usaha ini berlembang, menurut Untung tak perlu dikhawatirkan karena dia sendiri akan menampung.

“Saya punya kontrak dengan beberapa perusahan di Eropa untuk penjualan barang ini,” ungkap Untung.

Pada bagian akhir wawancara, Untung juga berharap Pemkab Aceh Utara agar menggencarkan sosialisasi pengembangan usaha kreatif dengan melibatkan anak muda sebagai pelaku.

“Kesempatan yang semakin terbuka harus mampu kita manfaatkan secara maksimal,” demikian Ahmad Untung Surianata.[]