Peluang Persiraja Promosi Liga 1

Said Mursal

Oleh Said Mursal, Wartawan Senior

BABAK 8 Besar Liga 2 Indonesia memperebutkan 3 tiket promosi ke Liga 1 berlangsung sengit dan ketat. ini kesempatan terakhir dimana segala daya dan kekuatan harus dimaksimalkan. Jika gagal harus menunggu setahun lagi.

Lantas bagaimana peluang dan harapan Persiraja Banda Aceh untuk lolos ke Liga 1 tahun ini?

Kalau bisa lolos tentu bagus. Lantas setelah lolos apakah bisa bertahan atau hanya numpang lewat saja, tahun depan turun lagi ke Liga 2 seperti yang terjadi di tahun 2021 promosi dan 2022 degradasi.

Persaingan menuju Liga 1 dari 8 klub Liga 2 akan segera masuk babak penentuan. Satu tempat babak 8 besar masih diperebutkan antara Deltras Sidoarjo dan Persibo Bojonegoro yang ditunda. Sidang Komdis PSSI, Selasa 14 Januari 2025 memutuskan pertandingan dilanjutkan dan gol penyamaan dari Persibo ke gawang Deltras di menit akhir pertandingan yang ricuh itu dianulir dan harus dilanjutkan ditempat netral, dalam posisi 1-0 untuk kemenangan Deltras.

Siapa yang lolos akan masuk ke Grup X bersama Persiraja, PSIM Jogya dan PSPS Riau. Yang menarik untuk disorot adalah bagaimana peluang Persiraja untuk lolos ke Liga I tahun ini? Seberapa besar peluangnya?

Tahun lalu dari 4 semifinalis hanya Persiraja yang gagal lolos. Apakah tahun ini akan alami nasib sama atau bisa kembali ke Liga 1.

Sebelum mengulas tentang peluang ini ada catatan khusus, saya perhatikan nasib klub klub Sumatera di Liga I sangat tragis.

Ini sebagai catatan penting. Saat ini di Liga I haya ada satu klub Sumatera yaitu Semen Padang. Nasibnya terseok-seok berada di papan degradasi. Artinya salah langkah bisa jadi Semen Padang akan menjadi salah satu dari klub bakal degradasi.

Sejak dimulai Liga Indonesia gabungan antara klub Perserikatan dengan Galatama tahun 1995, nasib klub dari Sumatera kurang bagus terutama sejak dimulai memakai nama Liga 1 (Liga Satu) dimulai tahun 2017 pada masa Ketua Umum Edy Rachmayadi.

Begitu resmi dipakai Liga 1 dari 3 klub degradasi tahun itu, dua klub dari Sumatera harus tergusur\, PSMS Medan dan Sriwijaya.

PSMS promosi 2017 ke Liga I tahun berikutnya degradasi atau hanya numpang lewat. Lumayan dengan Sriwijaya, mereka sebelumnya sudah lama di Liga 1. Kini keduanya belum berhasil untuk promosi ke Liga 1 lagi, sudah enam tahun. Kandas dan bertahan di Liga 2.

Semen Padang degradari ke Liga 2 tahun 2019, baru tahun 2023 berhasil kembali ke Liga 1. Persiraja juga nasibnya tak jauh beda, promosi tahun 2021, lalu di tahun berikutnya juga degradasi. Artinya klub klub Sumatera cuma numpang lewat di Liga 1.

Kalau PSPS Riau memang sudah lama turun ke Liga 2. Persiraja, PSMS Medan, Semen Padang dan Sriwijaya FC, klub asal Sumatera yang pernah berada di Liga 1.

Beratnya bertahan di Liga 1, karena beratnya persaingan.Tentu saja faktor biaya salah satu kendala utama. Sebab dari catatan Transfermartk global perhitungan mereka untuk klub Liga 1 satu tahun membutuhkan biaya sekitar Rp 30 hingga Rp 60 miliar. Kalau hanya punya modal di bawah Rp 30 miliar, ya hanya sekadar numpang lewat. Sementara untuk Liga 2 berkisar natara Rp 15 hingga Rp 30 miliar.

Untuk menghitung keperluan sebuah klub sebenarnya tak sulit. Perbedaan hanya dikontrak dan gaji pemain dan pelatih. Sedangkan keperluan lainnya seperti biaya transport, akomodasi, keperluan perlengkapan hanya beda-beda tipis.

Lantas berapa pemasukan klub tersebut. Sudah jelas klub klub Indonesia besar pasak dari pada tiang. Subsidi dari PT Liga Indonesia baru? Ada tapi tak sampai seperempat dari kebutuhan.

Lainnya dari mana? Kantong sendiri yang koyak. Ini gambaran sekilas bagaimana keperluan dan kebutuhan klub yang harus dipenuhi oleh pemilik klub. Jadi wajar kalau pemilik klub yang modal pas-pasan takkan mau terlalu memaksa kehendak untuk bermain di Liga 1.

Tapi jangan salah. Banyak juga orang yang gila bola itu tak memperhitrungkan pengeluaran. Lihat saja salah satu klub yang jelas-jelas tak ada pendukung seperti Bhayangkara FC atau Dewa United, penonton minim tapi masih tetap bertahan.

Lalu bagaimana dengan nasib Persiraja untuk promosi ke Liga I tahun ini? Apakah sudah siap, kalau siap dan bisa promosi apa hanya numpang lewat seperti tahun 2022?

Karena bermain di Liga 1 nanti biaya yang dikeluarkan nyaris dua kali lipat dari yang dibutuhkan ketika bermain di Liga 2. Ini persoalan dasar tiap-tiap klub apalagi kalau dana sendiri/pribadi bukan konsorsium. Mana tahan keluar duit terus menerus tiap tahun kalau rugi terus.

Memasuki babak 8 besar ini, biasanya klub diberi kesempatan untuk menambah pemain. Artinya mereka bisa membeli pemain yang berkualitas untuk memperkuat tim. Biasanya dicari sesuai kebutuhan tim, apakah hanya perlu pemain back atau penyerang. Paling hanya 3 atau 4 pemain tambahan.

Babak 8 besar direncanakan mulai 18 Januari 2025. Tapi saya lihat di website PSSI dan PT LIB sampai Rabu, 15 Januari 2025 belum ada jadwal.

Tapi sejak 13 Januari 2025 sudah beredar waktu babak 8 besar dari 18 Januari sampe 23 Februari 2025. Bisa jadi ini ada bocoran dari PT LIB. Tapi jelas yang resmi dari PT LIB belum ada. Tapi kemungkinan akan berputar dan juga harus kita perhitungkan pertandingan lanjutan antara Deltras vs Persibo belum dilaksanakan (ini sudah 15 Januari 2025). Paling tidak harus menunggu hasil ini untuk melengkapi satu klub lagi ke babak 8 besar.

Dari jadwal babak 8 Besar yang beredar, pertandingan berlangsung dua putaran. Grup X di mana Persiraja bergabung dengan PSPS Riau, PSIM Joga dan Deltras/Persibo.

Ada 6 pertandingan, 3x di kandang dan 3x di luar. Dari jadwal ini Persiraja sedikit lebih beruntung. Karena pada putaran pertama sekali bermain di Banda Aceh dan dua kali di luar.

Putaran kedua, dua kali kandang sekali tandang. Bermain 2 kali di putaran kedua di kandang, keutungannya adalah kita bisa meliahat apakah masih bisa lolos atau tidak apalagi lawan yang kita hadapi sudah tertutup peluangnya, biasanya mereka tak tampil habis-habisan.

Kalau pertandingan pertama lawan PSPS Riau di Lampineung bisa menang, maka suatu keuntungan besar. Sebab 3 kali kesempatan sebagai tuan rumah harus dapat hasil maksimal.

Tahun lalu dalam babak 8 Besar, Persiraja kurang beruntung karena tak bisa bermain di Banda Aceh (bermain di Stadion Langsa), Stadion Lampinueng dan Harapan Bangsa lagi direhab untuk PON. Sekarang bisa digunakan keduanya.

Dalam babak penyisihan grup yang baru selesai, Persiraja dua kali bermain draw di kandang, masing-masing vs PSPS Riau dan PSKC Cimahi. Artinya dari 8 kali laga kandang 6:2. Kurang bagus juga, seharusnya minimal 6:1. Tertolong tambahan point ada menang di luar yang dapat menutupi kehilangan poin di kandang.

Ada 4 kali menang di luar dari PSMS Medan, Sriwijaya, PSKC Cimahi dan Persikabo. Jika berhasil menyapu bersih 3 laga kandang dan sekali menang dan draw di luar (9+4) minimal posisi runner-up grup bisa didapat atau bisa juga juara grup tergantung hasil pertandingan lainnya.Tapi minimal untuk runner-up di kisaran 11-13 poin.

Duet pelatih Akhyar Ilyas dan Wahyu AW, mereka sudah lama di Persiraja. Kesempatan pertama keduanya memagang Persiraja tahun 2014, saat Persiraja dulu morat marit tak ada dana, tapi ketika saya tawarkan memegang tim mereka terima dengan gaji atau honor yang tak jelas.

Saya salut mereka bekerja dan membina tim dengan penuh dedikasi. Kalau berhasil keduanya adalah pelatih lokal pertama yang berhasil mengangkat Persiraja promosi ke liga teratas, setelah sebelumnya dilakukan oleh Parlin Siagian, Hery Kiswanto dan Hendri Susilo.[]