Empat Pesan Wapres Untuk Perbankan Syariah

Ma'ruf Amin berbincang dengan Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi dan Komisaris Utama Bank BSI, Muliaman D Hadad di Jakarta, Senin, 13 mei 2024. (Dok BSI)

PORTALNUSA.com | JAKARTA – Wakil Presiden RI,  K.H. Ma’ruf Amin, menitip empat pesan untuk pengembangan industri perbankan syariah Indonesia.

Sejumlah pesan tersebut disampaikannya saat menghadari Halal Bi Halal Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Senin, 13 Mei 2024.

Wapres menyebutkan, peningkatan ketahanan dan daya saing adalah hal  utama dalam menjaga kualitas tata kelola dan manajemen risiko.

Selanjutnya yang tak  kalah penting kata Wapres peningkatan kapasitas dan kualitas sember daya manusia serta digitalisasi perbankan syariah.

Kemudian peningkatan kontribusi perbankan syariah dalam perekonomian nasional  diikuti dengan  memperkuat senergi dan kolaborasi peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah.

“Dalam perjalanannya  industri perbankan syariah sudah menunjukkan daya tahan dan pertumbuhan yang berkelanjutan  meski berhadapan dengan tekanan dan ketidak pastian global,” ujar Wapres.

Ma’ruf Amin juga mengapresiasi kemajuan perbankan syariah yang terlihat dari berdirinya PT Bank Syariah Indonesia Tbk, transformasi BPD Syariah, kehadiran BPR Syariah di berbagai daerah hingga berkembangnya skema pembiayaan KPBU syariah.

Ketua Umum Asbisindo, Hery Gunardi pada kesempatan itu menyebutkan, selain menjalankan prinsip konsep  Islami  bank syariah relatif memiliki daya tahan lebih baik dibandingkan  bank umum konvensional.

“Kita baru saja melewati ekonomi pasca-covid dan kini dihadapkan pada kondisi ekonomi global dan domestik yang sangat menantang dipicu oleh geopolitik,” sebut Hery Gunardi yang  juga  Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk.

Bank syariah di Indonesia kata Hery berjumlah 33 dengan rincian  14 Bank Umum Syariah (BUS) dan 19 Unit Usaha Syaraih (UUS) dengan jumlah layanan mencapai 2.392.

Data OJK lanjut Hery Gunardi  juga menunjukkan fungsi intermediasi bank syariah berjalan dengan baik, terbukti dengan  pembiayaan yang disalurkan (PYD) dan dana pihak ketiga (DPK).

Perbankan syariah tumbuh positif masing-masing sebesar 15,8% (yoy) menjadi Rp571 triliun dan 8,15% (yoy) menjadi Rp660 triliun, kinerja positif itu juga mendorong aset perbankan syariah naik 10,4% (yoy) menjadi Rp851 triliun.

“Secara kualitas bank syariah juga membaik terindikasi dari Non Performing Financing (NPF) BUS yang per posisi Februari 2024 2,05% turun dibandingkan 2,37% per Februari 2023 dan NPF UUS turun menjadi 2,09%  dibanding 2,31% per Februari 2023,  dari sisi ketahanan juga cukup solid dengan rasio kecukupan modal capital adequacy ratio Bank Umum Syariah (BUS) sebesar 25,35%,” Hery merincikan.

Hery juga mengucapkan terima kasih atas support, komitmen, serta konsistensi pemerintah dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah yang  telah diakui di tingkat global.  Salah satunya, Indonesia dinilai terus konsisten menjadikan kebijakan ekonomi dan keuangan syariah sebagai salah satu bauran strategi pembangunan nasional yang berkelanjutan dan berkeadilan.

“Terbukti, peringkat ekonomi syariah Indonesia menurut catatan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2023 berada di peringkat tiga secara global atau  naik satu peringkat dari tahun sebelumnya,” papar Hery.

Hanya saja  lanjut Hery, masih terdapat tantangan untuk  sama-sama mendorong literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia. Sebab, berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022, indeks literasi keuangan syariah di Indonesia baru mencapai 9,14%, sedangkan inklusi keuangan syariah sebesar 12,12%. Angka tersebut masih jauh di bawah indeks literasi dan inklusi keuangan nasional yang masing-masing sebesar 49,68% dan 85,1%. []

 

Penulis: AlimangeuEditor: Redaksi